Danau Kembar merupakan sebuah kenampakan alam yang berada di dua kecamatan yakni Kecamatan Lembang Jaya dan kecamatan Lembah Gumanti, Sumatera Barat. Danau ini tak lepas dari cerita rakyat turun temurun yang dipercaya masyarakat dan dikenal sebagai Legenda Danau Kembar.
Seperti apa cerita rakyat legenda dibalik keindahan danau dan keeksotisan alam yang ada di danau kembar Sumatera Barat? Di sini kita akan membahasnya untuk Anda!
Legenda Danau Kembar Sumatera Barat
Dahulu kala ketika pulau Sumatera masih dikenal sebagai Andalas, hidup seorang kakek tua yang dipanggil Inyik Gadang. Ia sangat terkenal di kalangan penduduk setempat.
Perawakannya besar dan tegap. Inyik Gadang juga terkenal memiliki kapak yang besarnya hampir sama dengan besar tubuhnya. Inyik Gadang sudah cukup berumur, namun meski demikian ia tetap bisa melakukan berbagai aktivitas yang biasanya dilakukan oleh anak muda termasuk menebang pohon menggunakan kapaknya hanya dengan sekali tebasan saja.
Meski terlihat cukup menakutkan, Inyik Gadang bukan orang jahat. Ia bahkan terkenal sebagai pribadi yang ramah dan suka membantu. Di sisi lain tepatnya di bagian ujung kampung, hidup seorang nenek tua yang tinggal sebatang kara.
Suatu hari ketika Inyik Gadang lewat, nenek tersebut tiba – tiba saja terhuyung. Beruntungnya, Inyik Gadang sigap menangkapnya sehingga si nenek tidak jatuh. Namun ketika ditanya perihal apa yang membuatnya jatuh, si nenek berkata bahwa dirinya terjatuh karena langkah kaki Inyik Gadang yang menggetarkan tubuhnya.
Meski demikian, si nenek tidak menyalahkan Inyik Gadang. Si nenek juga sadar bahwa bentuk tubuh yang seperti itu adalah pemberian Tuhan. Si nenek lantas berterima kasih karena Inyik Gadang sudah membantunya sehingga ia tidak terjatuh.
Sebelum mengakhiri pertemuan itu, si nenek juga bertanya kemana Inyik Gadang akan pergi. Inyik Gadang berkata bahwa ia akan pergi ke hutan untuk menebang kayu. Namun, sang nenek yang tahu beberapa hari ini ada suara dengkuran dari dalam hutan mencegah Inyik Gadang. Nenek khawatir Inyik Gadang yang baik itu terluka di hutan.
“Urungkan saja niatmu. Aku mendengar suara dengkuran keras dari dalam hutan. Pohon – pohon juga banyak yang tumbang. Aku khawatir kamu akan celaka jika memaksa pergi ke sana”, kata nenek tua itu.
Namun Inyik Gadang meyakinkan bahwa dirinya akan baik – baik saja. Ia pun pamit pergi. Hanya saja semakin dirinya masuk ke dalam hutan, apa yang tadi diucapkan si nenek terlintas semakin jelas di kepalanya. Terlebih ia juga menyaksikan sendiri pemandangan tak biasa.
Banyak pohon tumbang dan dahan berserakan di sepanjang jalur hutan yang ia lalui. Masih menggenggam kapaknya, ia pun memutar badan untuk pergi dari hutan. Hanya saja, belum sejengkal ia melangkah di depannya ada seekor naga besar yang menghalangi jalan Inyik Gadang.
Inyik mencoba tenang dan berusaha berbicara dengan sang naga. “Aku, minta maaf naga yang baik. Aku akan segera pulang. Mohon izinkan aku untuk pulang.”
Namun sang naga tersebut terlihat marah dan berkata, “Kau sudah mengganggu daerah kekuasaanku.”
Naga tersebut juga menyemburkan apinya ke arah Inyik Gadang. Sang naga juga menegaskan bahwa siapapun yang masuk ke hutan ini akan ia binasakan.
Meski begitu, Inyik Gadang masih mencoba bernegosiasi. “Naga, kau adalah makhluk Tuhan yang sangat baik. Jika kau membiarkan aku pergi, aku berjanji akan mengabarkan kepada semua penduduk desa untuk tidak datang ke hutan ini.”
Hanya saja naga tersebut tidak punya niat baik. Ia sudah terlanjur marah dan terus menerus menyemburkan api. Sebagian hutan pun sudah terbakar dengan semburan apinya. Inyik Gadang yang terdesak juga masih mencoba berpikir bagaimana cara untuk membuat naga tersebut tak lagi menyerangnya.
“Naga, kau lapar? Jika kau lapar, jangan buang tenagamu. Aku akan memberi tahu kamu bagaimana cara yang tepat untuk membuat perutmu kenyang dan bisa bertempur dengan tenaga penuh.”
Mendengar perkataan itu, sang naga mulai menghentikan serangannya. Sepertinya sang naga tertarik dengan apa yang diucapkan Inyik Gadang tadi. Melihat sang naga mulai tenang, Inyik Gadang berkata “Di ujung barat hutan ini ada lembah berisi banyak hewan ternak. Hewan ternak di sana juga gemuk – gemuk. Kalau kau pergi ke sana, kau bisa makan sepuasnya. Setelah kau sudah kenyang, baru kamu bisa melanjutkan pertarungan ini kembali jika kau mau.”
Sang naga yang tertarik dengan apa yang diucapkan Inyik Gadang pun segera pergi ke lembah yang ditunjukkannya. Hanya saja karena sudah terlalu sore, sang naga hanya menemukan satu saja sapi di lembah itu karena semua ternak sudah dibawa pulang penggembalanya.
Sang naga pun merasa dibohongi dan kembali marah. Sementara di hutan, Inyik Gadang masih berusaha memadamkan api dan bergegas untuk pulang. Sesampainya di kampung, ia juga memberitahu warga bahwa ada naga jahat di hutan. Ia juga menghimbau warga di kampungnya untuk tidak menyalakan penerang malam ini.
Namun jika naga datang ke kampung, warga harus pergi ke goa di kaki bukit untuk menyelamatkan diri. Benar saja, ketika malam tiba naga yang marah terbang di sekitar kampung. Namun karena gelap, penglihatan naga terbatas.
Naga pun menyemburkan api ke berbagai arah. Inyik Gadang yang melihat hal tersebut segera memberi tanda agar warga kampung pergi ke tempat tujuan yang tadi sudah diberitahukan. Warga kampung pun menurut.
Namun karena semburan api dari mulut naga terlalu kencang, banyak wanita dan anak – anak yang ketakutan. Mereka pun berlarian sambil menangis dan menjerit karena ketakutan.
Melihat kampungnya sudah kacau, Inyik Gadang memiliki ide untuk memancing sang naga agar pergi dari kampung. Ia menantang naga tersebut mengejarnya sampai ke lembah tempat padang penggembalaan. Sang naga yang sudah sangat marah mengejar Inyik Gadang sembari menyemburkan api.
Pertarungan antara naga dengan manusia pun terjadi. Beruntung karena sesampainya di lembah, Inyik Gadang mendapatkan kesempatan untuk menyerang naga. Ia berhasil menebaskan kapaknya ke ekor naga.
Hal tersebut membuat Inyik Gadang semakin bersemangat untuk mengalahkan naga. Berkali – kali ia mengecoh naga hingga akhirnya tubuh naga pun berhasil ditebas juga. Sang naga pun berhasil dikalahkan.
Naga tersebut meliuk kesakitan dan mengeluarkan banyak darah. Darah tersebut menggenangi tanah. Tubuh naga yang terbelah juga kemudian berubah menjadi dua cerukan yang sangat besar, sementara bekas genangan darahnya terisi air dan berubah menjadi dua buah danau.
Danau tersebut yang sekarang dikenal sebagai Danau Kembar. Danau atas merupakan tempat terkuburnya kepala naga dan bekas darahnya. Sementara danau bawah merupakan tempat terkuburnya ekor naga dan bekas darahnya.
Di dekat danau tersebut juga ada sebuah padang penggembalaan yang merupakan suatu tempat gembala dan dikenal sebagai Alahan Panjang. Sementara lembahnya dikenal sebagai Lembah Gumanti yang merupakan istilah dari lembah naga yang mati.
Bagaimana? Cukup seru bukan legenda Danau Kembar ini?
Ingin tahu cerita rakyat dari Sumatera Barat menarik lainnya? Baca : Cerita Dongeng Rakyat Sumatera Barat : Pak Lebai Malang
Informasi tentang cerita rakyat lainnya, baca : Cerita Rakyat Terpopuler Dengan Pesan Moral Bagus
Demikian informasi yang kami dapat sampaikan tentang legenda Danau Kembar yang menjadi salah satu cerita rakyat Sumatera Barat turun temurun yang sangat terkenal.