Cerita daerah nusantara pertama yang kakak ceritakan malam ini diambil dari kumpulan dongeng dan cerita rakyat Jawa Barat. Cerita rakyat ini menceritakan asal mula terbentuknya gunung tangkuban perahu. Kisah rakyat nusantara kedua memiliki kemiripan dengan dengan cerita rakyat pertama, kisah rakyat kedua diambil dari kumpulan dongeng dan cerita rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Kisah ini memberi latar terbentuknya Candi Prambanan yang merupakan tujuan wisata domestik yang sangat terkenal.
Kumpulan Dongeng dan Cerita Rakyat : Sangkuriang
Dahulu kala di Jawa Barat hiduplah seorang Putri Raja bernama Dayang Sumbi yang mempunyai seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang. Sangkuriang amat senang berburu, setiap berburu ia ditemani oleh anjingnya, Si Tumang. Sangkuriang tidak mengetahui bahwa anjing itu adalah titisan dewa langit yang sebenarnya adalah ayah Sangkuriang.
Suatu hari Sangkuriang dan Si Tumang pergi berburu ke hutan namun kali ini Si Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Sangkuriang sangat kesal melihatnya, kemudian ia mengusir Tumang ke dalam hutan dan sangkuriang langsung kembali ke istana. Kemudian ia menceritakan kejadian itu pada ibunya.
Mendengar cerita anaknya, Dayang Sumbi sangat marah pada Sangkuriang, “Apa yang kau lakukan, Sangkuriang?! Mengapa kau begitu tega membuang Tumang ke hutan?! Perlu kau tahu anjing itu adalah ayahmu!!” teriak Dayang Sumbi marah, tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi hingga berdarah dan membekas di kepala Sangkuriang.
“Pergi!! Pergi kau dari sini!” usir Dayang Sumbi masih sangat marah. Sangkuriang sangat kecewa, ia kemudian pergi dan mengembara ke daerah lain. Tak berapa lama kemudian setelah kejadian itu, tiba-tiba Dayang Sumbi amat menyesal telah mengusir anak satu-satunya itu.
Semenjak itu ia selalu berdoa dan rajin bertapa setiap waktu hingga para dewa memberinya sebuah hadiah untuknya yaitu berupa kecantikan, Dayang Sumbi akan cantik dan muda selamanya. Sementara itu Sangkuriang yang telah bertahun-tahun mengembara memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya. la melakukan perjalanan yang sangat jauh sampai akhirnya tiba di sana.
Sangkuriang terkejut karena melihat istananya telah berubah, di dalam istana itu ia bertemu dengan seorang wanita muda yang amat cantik yang tak lain adalah Dayang Sumbi, namun Sangkuriang maupun Dayang Sumbi tak mengetahui bahwa meraka adalah anak dan ibu.
Akhirnya Sangkuriang jatuh cinta pada Dayang Sumbi dan melamarnya. Dayang Sumbi pun sebaliknya, ia jatuh cinta pada Sangkuriang dan menerima lamarannya sampai pada akhirnya sebentar lagi pernikahan mereka akan segera berlangsung.
Suatu hari Sangkuriang akan pergi berburu dan meminta izin kepada Dayang Sumbi yang merupakan calon istrinya, “Kekasihku, aku akan pergi berburu ke hutan, bisakah kau merapihkan ikat kepalaku,” pinta Sangkuriang pada Dayang Sumbi. Kemudian Dayang Sumbi menurutinya, namun alangkah terkejutnya saat ia melihat luka di kepala suaminya persis sekali dengan luka anaknya yang telah pergi beberapa tahun yang lalu karena diusir olehnya.
Seketika itu Dayang Sumbi gemetar, ia memperhatikan wajah calon suaminya itu dalam-dalam, dan ternyata wajahnya sangat mirip dengan wajah anaknya. Maka yakinlah ia, bahwa laki-laki ini adalah anaknya. Dayang Sumbi segera mencari akal untuk menggagalkan pernikahannya itu.
Setelah Sangkuriang kembali dari hutan, Dayang Sumbi segera menghampirinya dan berkata, “Aku akan menikah denganmu jika kau memenuhi dua buah syarat yang aku ajukan untukmu,” kata Dayang Sumbi.
“Katakanlah, Dinda. Aku akan memenuhinya!” sahut Sangkuriang. Dayang Sumbi menarik napas panjang, “Syarat yang pertama adalah kau harus membendung sungai Citarum dan syarat yang kedua engkau harus membuatkan aku sebuah perahu besar untuk ku pakai berkeliling danau. ingat kedua syarat itu harus kau kerjakan sebelum mataharu terbit,” jelas Dayang Sumbi.
Setelah mendengar syarat-syarat yang diajukan Dayang Sumbi itu, Sangkuriang segera pergi untuk melakukan tapa. Sangkuriang adalah seorang yang sakti, ia meminta bantuan makhluk gaib untuk membantunya menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu semalam. Kemudian Sangkuriang dan makhluk-makhluk gaibnya segera mengerjakannya dengan cepat.
Dayang Sumbi diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. la sangat khawatir setelah melihat pekerjaan Sangkuriang itu hampir selesai. Lalu ia segera memerintahkan pengawalnya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur untuk mengelabui Sangkuriang.
Ketika kain sutra merah itu di gelar dan Sangkuriang menyaksikan warna memerah di timur kota itu, ia sangat terkejut dan mengira hari sudah menjelang pagi. la sangat marah karena ia gagal memenuhi syarat dari Dayang Sumbi, itu berarti ia tak bisa menikahinya.
Sambil berteriak kencang penuh amarah dan dengan kekuatannya ia menjebol bendungan yang dibuatnya, yang kemudian terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. la juga menendang perahu besar yang dibuatnya hingga perahu itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang berbentuk seperti perahu terbalik yang disebut dengan Tangkuban Perahu.
Pesan moral dari Kumpulan Dongeng Dan Cerita Rakyat : Sangkuriang adalah berhati-hatilah dalam bertindak dan mengambil keputusan.
Kumpulan Dongeng dan Cerita Rakyat : Kisah Loro Jonggrang Dan Candi Prambanan
Pada zaman dahulu terdapat sebuah Kerajaan besar yaitu Kerajaan Prambanan. Rakyatnya hidup damai dan sejahtera. Namun ketenteraman Kerajaan Prambanan terusik dan berubah menjadi menakutkan karena diserang oleh Kerajaan Pengging. Para panglima dan pengawal tak mampu menghadapi pasukan Kerajaan Pengging yang datang tiba-tiba. Akhirnya Kerajaan Prambanan dijajah dan berhasil dikuasai oleh Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Semua rakyat Prambanan tak ada yang berani melawannya, karena Bandung Bondowoso adalah seorang yang kejam dan sakti. la mempunyai pasukan jin yang selalu membantunya. Bandung Bondowoso benar-benar berkuasa di Kerajaan Prambanan hingga pada akhirnya ia jatuh cinta pada Putri Raja Prambanan yaitu Loro Jonggrang. Loro Jonggrang adalah seorang putri yang amat cantik jelita dan lemah lembut hingga membuat Bandung Bondowoso menjadi tergila-gila.
Suatu hari Bandung Bondowoso mendekati Loro Jonggrang untuk menyatakan cintanya, “Wahai Tuan Putri, kau cantik sekali. Aku mencintaimu dan ingin menikahimu,” ucap Bandung Bondowoso sambil melihat wajah cantik Loro Jonggrang, “Maukah kau menikah denganku?” tanyanya kernudian.
Loro Jonggrang tersentak kaget mendengar perkataan Bandung Bondowoso yang tiba-tiba itu. Tentu saja Loro Jonggrang akan menolaknya, karena ia amat membenci Bandung Bondowoso yang jahat itu. Namun Loro Jonggrang kembali berpikir, jika ia menolaknya secara langsung maka Bandung Bondowoso pasti akan sangat marah dan mengancam keselamatan Kerajaan dan rakyat Prambanan.
Akhirnya ia menemukan akal untuk menghadapi Bandung Bondowoso, “Baiklah, aku bersedia menjadi permaisurimu, tapi ada syarat yang harus kau penuhi!” ucap Loro Jonggrang.
Bandung Bondowoso tersenyum sombong, “Apa syaratnya duhai Tuan Putri? Kau ingin emas? Harta berlimpah atau yang lainnya? Aku pasti sanggup!” jawabnya pongah.
Loro Jonggrang tersenyum penuh arti, “Aku tak menginginkan itu semua, aku hanya minta kau buatkanku candi dengan jumlah harus seribu buah,” tantang Loro Jonggrang, “Dan kau harus menyelesaikannya, dalam waktu semalam, apa kau sanggup?” tanya Loro Jonggrang.
Bandung Bondowoso terkejut mendengar tantangan dari Loro Jonggrang, “Kau gila! Seribu buah? Dalam waktu semalam?” teriak Bandung Bondowoso, “Tapi, baiklah. Aku terima tantanganmu!” ucapnya kemudian menyetujui. Dan sejak saat itulah Bandung Bondowoso terus berpikir bagaimana caranya membuat seribu candi. Lalu ia bertanya kepada penasihatnya, “Apa yang harus kulakukan?!” tanya Bondowoso setelah menceritakan semuanya kepada penasihatnya.
“Tenanglah Tuan, hamba percaya Tuan bisa membuat seribu candi itu dengan bantuan Jin,” usul penasihatnya.
Bandung Bondowoso tersenyum senang, “Ya! Usulmu bagus. Segera siapkan peralatan! Aku akan menemui pasukan jin dulu!” ujar Bondowoso seraya pergi menemui para Jin-nya.
Lalu Bandung Bondowoso berdiri tegak di depan batu, kedua lengannya ia bentangkan lebar dan berteriak memanggil pasukan in, “Wahai pasukan Jin, hadirlah di hadapanku! Aku membutuhkan bantuan kalian!” teriaknya dengan suara menggelegar. Langit menjadi gelap dan angin berhembus kencang, sesaat kemudian pasukan in sudah mengerumuni Bandung Bondowoso, mereka jumlahnya banyak sekali.
“Ada apa Tuan memanggil kami? Apa yang harus kami lakukan?” tanya pemimpin Jin.
“Bantulah aku membuat seribu candi,” pinta Bandung Bondowoso. Setelah semua peralatan siap, para jin mulai bergerak cepat membangun candi hingga dalam waktu sekejap bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah.
Ternyata secara diam-diam Loro Jonggrang mengamati dari kejauhan proses pembangunan seribu candi itu, ia menjadi cemas dan gelisah saat mengetahui Bandung Bondowoso dibantu oleh pasukan jin dan candi seribu buah telah hampir selesai dibuat.
Loro Jonggrang mencari akal lagi agar bisa menggagalkan pembuatan candi itu, akhirnya ia memanggil para dayang kerajaan untuk berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami sebanyak-banyaknya. Loro Jonggrang meminta para dayangnya untuk membakar semua jerami itu dan sebagian dayangnya yang lain diperintahkannya menumbuk lesung, ini bertujuan untuk mengelabui Bandung Bondowoso dan pasukan jin, akhirnya hasil dari pembakaran jerami dan bunyi lesung itu keluarlah semburat warna merah memancar ke langit yang diiringi suara hiruk pikuk layaknya mirip seperti matahari yang mulai terbit.
Pasukan jin melihat warna merah di langit dan suara yang saling bersahutan, mereka mengira sudah pagi dan akhirnya rnemutuskan untuk segera pergi, ayo kita pergi! Matahari sudah terbit!” seru salah seorang dari pasukan jin tadi. “Mari kita pergi dari sini sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,” tambah jin yang lain.
Kemudian para jin itu berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso yang melihat keadaan itu menjadi heran mendengar kepanikan pasukan jin. Namun ia tidak terlalu cemas karena ia mengira seribu candi yang disyaratkan Loro Jonggrang telah dibangun.
Esok paginya, Bandung Bondowoso menjemput Loro Jongrang lalu mengajaknya ke tempat candi yang telah dibangunnya semalam. “Lihat Tuan Putril! Candi yang kau minta telah berdiri tegak!!” teriak Bondowoso penuh kemenangan, “Kau tidak akan bisa menolakku, hahahha!” Bondowoso terus berteriak senang.
“Tunggu dulu! Aku akan menghitungnya dulu!” sanggah Loro Jonggrang yang mulai berjalan dan segera menghitungnya.
“Silahkan! Pasti jumlahnya seribu buah!” jawab Bondowoso angkuh. Namun ternyata setelah dihitung jumlah candi itu hanya 999 buah, masih kurang satu untuk mencapai seribu.
“Kau keliru, ternyata jumlahnya kurang satu! Kau gagal dan tak bisa menikahiku!” ucap Loro Jonggrang senang.
Bandung Bondowoso terkejut mengetahui jumlah candi yang dibangunnya kurang satu, “Tidak mungkin…!” kata Bondowoso menatap tajam Loro Jonggrang, “Kau mempermainkanku bukan? Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!” kata Bandung bondowoso sambil mengarahkan jarinya pada Loro Jonggrang dan akan merubahnya menjadi patung batu.
Sungguh ajaib, Loro Jonggrang Iangsung berubah menjadi patung batu melengkapi kekurangan candi yang telah dibuat Bandung Bondowoso. Akhirnya sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada, terletak di wilayah Prambanan. Masyarakat menyebutnya sebagai Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang.
Pesan moral dari Kumpulan Dongeng Dan Cerita Rakyat : Kisah Loro Jonggrang Dan Candi Prambanan adalah jangan berbuat semena-mena terhadap orang lain hanya karena kita memiliki harta dan kekuasaan.