Kumpulan Cerita Tentang Hewan (Dongeng Rakyat Indonesia)

Dongeng rakyat Indonesia yang akan Kakak kisahkan malam hari ini termasuk dalam kumpulan cerita tentang hewan daerah Maluku. Jika pada cerita rakyat maluku sebelumnya menceritakan tentang asal muasal empat kesultanan yang ada di Maluku Utara, maka pada kesempatan kali ini Kakak akan mendongeng cerita tentang hewan terbaik di wilayah tersebut. Saking serunya dua dongeng cerita tentang hewan ini, kakak mengumpulkannya dalam Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia terbaik.

Kumpulan Dongeng Rakyat Indonesia (Cerita Tentang Hewan) : Buaya Tembaga

Pada zaman dahulu hiduplah seekor buaya besar di Tanah Genting Baguala yang menghubungkan Jazirah Lei Timur dan jazirah Lei Hitu. Warga menamakannya Buaya Tembaga karena kulit tubuhnya berwarna kekuning-kuningan. Buaya Tembaga merasa senang dan betah tinggal di Tanah Genting Baguala karena keindahan dan kenyamanannya. Selain itu, warga juga memujanya sehingga Buaya Tembaga itu kian betah tinggal di tempat berdiamnya itu.

Tak jauh dari Tanah Genting Baguala, tepatnya di pesisir pantai selatan Pulau Buru, hiduplah seekor ular besar. Ia hidup bertengger di atas batang pohon Mintanggor. Si ular besar selalu mengganggu warga dan juga makhluk-makhluk hidup Iainnya di tempat itu. Ia kerap memangsa ikan-ikan, buaya-buaya, dan juga hewan-hewan Iainnya.

Kumpulan Dongeng Rakyat Indonesia Cerita Tentang Hewan Buaya Tembaga
Kumpulan Dongeng Rakyat Indonesia Cerita Tentang Hewan Buaya Tembaga

Segenap hewan yang bermukim di pesisir pantai selatan Pulau Buru lantas berkumpul dan berembuk untuk melenyapkan si ular besar. Mereka bersepakat, hanya Buaya Tembaga saja yang mampu mengalahkan ular besar yang sangat meresahkan itu. Mereka bersepakat meminta bantuan Buaya Tembaga.

Buaya Tembaga memenuhi permintaan itu. Ia segera menuju pantai selatan Pulau Buru. Kedatangannya disambut hangat sekalian hewan yang bermukim di sana. Mereka mengadakan upacara penyambutan yang dilangsungkan selama dua hari dua malam. Pada hari ketiga, Buaya Tembaga mulai melaksanakan tugasnya. Ia mengintai tempat di mana ular besar itu berdiam. Ketika Buaya Tembaga mendekati pohon Mintanggor, ia diserang ular besar yang melilitkan tubuhnya pada batang pohon Mintanggor. Pertarungan yang seru segera terjadi. Setiap kali ular besar menyerang dengan pagutannya, Buaya Tembaga menangkis serangan itu dengan kibasan ekornya yang kuat dan bertenaga.

Pertarungan antara Buaya Tembaga dan ular besar itu berlangsung lebih dari sehari semalam. Segenap hewan hanya bisa menyaksikan pertarungan itu dari kejauhan. Mereka berharap Buaya Tembaga dapat mengalahkan ular besar yang sangat merepotkan itu.

Pada hari kedua pertarungan, ular besar terlihat kepayahan. Pagutan mematikannya berulang-ulang dapat ditangkis dan dihindari Buaya Tembaga, sementara hantaman ekor Buaya Tembaga berulang-ulang mengenai kepala dan tubuhnya. Pada kesempatan yang menentukan, Buaya Tembaga kembali berhasil menghantamkan ekor besarnya ke arah kepala ular besar. Kepala ular besar itu remuk dan matilah ia tak lama kemudian. Tubuh si ular besar terhempas ke laut setelah lilitannya pada batang pohon Mintanggor terlepas.

Segenap hewan yang berdiam di pesisir pantai selatan Pulau Buru bersorak gembira menyambut kemenangan Buaya Tembaga. Mereka telah terbebaskan dari kekejaman si ular besar. Mereka tak lagi merasa takut mencari makanan di sekitar tempat itu setelah si ular besar yang sangat meresahkan itu menemui kematiannya.

Segenap hewan lantas menganugerahi gelar untuk Buaya Tembaga dengan sebutan Yang Dipertuan di daerah Teluk Baguala. Mereka juga memberikan hadiah untuk Buaya Tembaga. Hadiah itu berupa ikan-ikan parang, make, papare, dan salmaneti yang diletakkan di dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu.

Buaya Tembaga lantas membawa hadiah itu untuk kembali ke tempat bermukimnya.

Sejak saat itu hingga kini di teluk Baguala banyak terdapat ikan parang, make, papare, dan salmaneti. Warga yang berdiam di sekitar teluk Baguala kerap menangkap ikan-ikan itu untuk dijual atau dijadikan makanan sendiri. Jika ada warga yang melihat kemunculan Buaya Tembaga, mereka merasa akan mendapatkan keberuntungan. Mereka percaya, Buaya Tembaga adalah buaya keberuntungan.

Pesan moral dari Kumpulan Dongeng Rakyat Indonesia (Cerita Tentang Hewan) : Buaya Tembaga adalah kebenaran akan dapat menumpas atau mengalahkan kebatilan atau kejahatan. Selain itu, kebaikan seseorang akan dikenang dengan baik oleh orang-orang sepanjang zaman.

Kumpulan Cerita Tentang Hewan (Dongeng Rakyat Indonesia) : Hikayat Rusa Dan Kulomang

Tersebutlah sekelompok rusa yang berdiam di sebuah hutan di Kepulauan Aru pada masa lampau. Rusa-rusa itu amat sombong karena merasa mempunyai kelebihan yang sangat luar biasa dalam hal berlari. Hewan-hewan yang terkenal cepat larinya pun dapat mereka kalahkan hingga membuat mereka kian sombong dan memandang rendah hewan-hewan lain.

Rusa-rusa itu juga mempunyai kebiasaan untuk menantang hewan-hewan lain untuk lomba lari dengan taruhan wilayah. Jika rusa-rusa itu menang, maka mereka akan mengambil wilayah itu menjadi wilayah kekuasaan mereka. Karena mereka selama itu tidak pernah terkalahkan, wilayah-wilayah yang dikuasai rusa-rusa itu pun semakin terbentang luas.

Di pinggir hutan tempat bermukim rusa-rusa itu terdapat pantai berpasir putih. Sekelompok kulomang atau siput laut tinggal berdiam di wilayah tersebut. Kulomang-kulomang itu dikenal sangat setiakawan. Mereka juga dikenal cerdik.

Kumpulan Cerita Tentang Hewan Dongeng Rakyat Indonesia Hikayat Rusa Dan Kulomang
Kumpulan Cerita Tentang Hewan Dongeng Rakyat Indonesia Hikayat Rusa Dan Kulomang

Pada suatu hari rusa mendatangi kulomang. Rusa menantang adu lari. Jarak yang dijadikan tempat adu Iari itu dari tempat tinggal kulomang hingga tanjung kesebelas. Siapa yang lebih dahulu tiba di tanjung kesebelas, maka dialah pemenang adu lari tersebut. Sebagai pemenang, ia berhak untuk menempati tempat pihakyang kalah. “Hei kulomang, engkau berani menerima tantanganku?” kata rusa dengan lagak sombongnya.

Kulomang sesungguhnya sadar, kemampuan berlarinya sangat jauh lebih rendah dibandingkan rusa. Namun demikian, kulomang berniat menghentikan kesombongan rusa. Maka dipikirkannya sebuah cara untuk mengalahkan rusa melalui kecerdikan siasatnya. Katanya setelah menemukan cara itu, “Baiklah, aku terima tantanganmu.”

“Jika engkau kalah, engkau harus pindah dari tempat tinggalmu sekarang ini. Ingat baik-baik itu!” kata rusa.

“Baik,” sahut kulomang. “Sekali-kali aku tidak akan mengingkari janjiku ini.”

Rusa sangat senang mendengar janji dan kesanggupan kulomang. Menurutnya, sangat gampang baginya mengalahkan kulomang dalam adu lomba Iari. Bukankah kulomang sangat lambat jalannya? Bahkan, hanya dengan berjalan santai pun, ia akan dapat mengalahkan kulomang yang amat Iambat jalannya itu. Terbayang di benak rusa akan luasnya wilayah pantai berpasir putih yang indah itu yang akan dapat dikuasainya.

Sepeninggal rusa, kulomang lantas memanggil dan mengumpulkan seluruh kulomang yang terda pat di pantai berpasir putih. Ia pun menjelaskan rencananya untuk mengalahkan sekaligus menghentikan kesombongan rusa. “Dengan kebersamaan di antara kita, niscaya kita akan dapat mengalahkan rusa yang sangat sombong itu!” tegas si kulomang.

Pada hari yang telah ditentukan, rusa dan kulomang siap beradu Iari. Rusa sengaja mengundang semua kawan-kawannya untuk menjadi saksi atas kemenangan yang sangat yakin akan dapat dicapainya.

Tanpa disadari rusa, kulomang sesungguhnya telah mengatur siasat untuk mengalahkan rusa. Kulomang telah menyiapkan sepuluh temannya untuk bersiaga di masing-masing tanjung, dari tanjung kedua hingga tanjung kesebelas. Kulomang telah meminta kawan-kawannya untuk menyahut jika nanti rusa memanggil atau bertanya.

Perlombaan lari itu pun dimulai.

Ketika aba-aba lomba dimulai, rusa lalu berlari. Kulomang berlagak berlari, namun sejenak kemudian ia segera bersembunyi di balik batu karang. Dengan langkah tenang dan sikap sombong, rusa terus berlari. Beberapa saat kemudian ia telah tiba di tanjung kedua. Seketika berhenti, ia lantas menolehkan wajah ke belakang. Ia yakin, kulomang tentu masih tertinggal jauh di belakangnya. Maka, ia pun berteriak untuk memanggil, “Kulomang! Masih jauhkah engkau dari tanjung kedua ini?”

Kulomang kedua lantas muncul dari tempat persembunyiannya seraya berujar, “Lihat, aku telah berada di depanmu. Tidak perlu engkau berteriak-teriak seperti itu!”

Rasa sangat terkejut mendapati kulomang telah berada di depannya. Sama sekali ia tidak mengetahui jika kulomang yang berada di depannya itu kulomang yang berbeda dengan yang bersamanya di garis awal Iomba. Ia benar-benar tidak menduga jika kulomang mampu berlari begitu cepat hingga mampu mendahuluinya. Maka, ia pun berlari lebih cepat menuju tanjung ketiga.

Ketika rusa tiba di tanjung ketiga, kejadian seperti di tanjung kedua kembali terulang. Kulomang telah berada di depan rusa ketika rusa tiba. Rusa benar-benar tidak menyangka jika kulomang mampu berlari begitu cepat dan mampu mendahuluinya. Rusa tidak lagi memandang enteng kulomang. Ia berlari cepat menuju tanjung keempat. Namun, lagi-lagi rusa mendapati kulomang telah berada di depannya. Begitu pula yang terjadi di tanjung kelima, keenam, ketujuh, hingga kesepuluh. Setiap kali rusa tiba di tanjung itu, setiap kali itu pula kulomang telah berada di depannya. Bahkan, di tanjung kesepuluh, kulomang tersenyum dan mengejeknya, “Rusa! Bersiap-siaplah engkau untuk menerima kekalahanmu. Di tanjung kesebelas aku pasti akan mengalahkanmu!”

Tak terkirakan kemarahan rusa. Ia lantas mengerahkan segenap kemampuannya untuk berlari. Ia benar-benar keheranan dan sama sekali tidak menduga jika kulomang mampu berlari begitu cepat dan terus mendahuluinya di setiap tanjung. Ia merasa harus bisa mengalahkan kulomang di garis akhir lomba di tanjung kesebelas. Namun, lagi-lagi rusa terperanjat bukan alang kepalang ketika tiba di tanjung kesebelas. Ia mendapati kulomang telah berdiri menunggu kedatangannya!

Setibanya di tanjung kesebelas, rusa telah kehabisan napas setelah mengerahkan segenap kemampuan berlarinya. Tenaganya benar-benar telah terkuras habis. Ketika tiba di garis akhir lomba, tubuh rusa limbung dan jatuh. Tak berapa lama kemudian rusa yang sombong itu pun mati.

Begitulah yang terjadi. Dengan kecerdikan siasatnya, kulomang mampu memperdayai rusa.

Pesan moral dari Kumpulan Cerita Tentang Hewan (Dongeng Rakyat Indonesia) : Hikayat Rusa Dan Kulomang adalah kesombongan akan runtuh dl kemud1an hari. Kecerdikan akan dapat mengalahkan kekuatan otot.

Tinggalkan Balasan