Kumpulan Cerita Rakyat Pendek Nusantara Terbaik Terpopuler

27. Dongeng Cerita Rakyat Si Pahit Lidah

Dahulu di Sumatera Selatan tepatnya di daerah Sumidang ada sebuah kerajaan besar. Di Kerajaan itu hidup seseorang pangeran yang bernama Serunting. la memiliki sifat iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain. Pangeran Serunting telah memiliki istri. lstrinya memiliki seorang adik yang bernama Aria Tebing, yang kini menjadi adik ipar Pangeran Serunting.

Cerita Rakyat Sumatera Selatan Legenda Si Pahit Lidah
Cerita Rakyat Sumatera Selatan Legenda Si Pahit Lidah

Serunting dan Aria Tebing masing-masing memiliki ladang, letak ladang mereka bersebelahan yang hanya dipisahkan pepohonan. Dan di bawah pepohonan itu tumbuh tanaman Cendawan. Namun, Cendawan yang tumbuh itu menghasilkan hal yang jauh berbeda. Jika diamati Cendawan yang menghadap ke arah ladang milik Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas.

Sedangkan Cendawan yang menghadap ke arah ladang milik Serunting tumbuh menjadi tanaman parasit tanaman tidak berguna.Advertising

Mengetahui hal tersebut, Serunting menjadi iri hati pada Aria Tebing, setiap hari ia terus berburuk sangka pada adik iparnya itu, “Cendawan yang menghadap ke ladangku tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna, sedangkan yang menghadap ke arah ladang milik Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas. Aku yakin, Ini pasti perbuatan Aria Tebing”.

Keesokan harinya, Serunting menghampiri Aria Tebing dengan perasaan dendam dan marah, ia kemudian mengajak Aria Tebing untuk berduel. “Kau telah berbuat curang kepadaku! Aku menantangmu untuk berduel esok hari!!” ucap Serunting.

“Tapi, tapi aku tidak pernah berbuat curang,” sahut Aria Tebing. Serunting tidak memperdulikannya, ia tetap menantangnya untuk berduel. Aria Tebing kebingungan. la tahu bahwa kakak iparnya itu adalah orang yang sakti, setelah lama berpikir, akhirnya Aria Tebing mendapat ide.

la kemudian menceritakan kejadian itu dan membujuk kakak kandungnya yang tak lain adalah istri dari serunting untuk memberitahukan rahasia kelemahan Serunting.

“Kak, beritahukanlah aku rahasia kelemahan suamimu. Aku dalam keadaan terdesak, jika aku kalah maka aku akan terbunuh,” ucap Aria Tebing memohon.

“Maaf adikku, aku tak mau mengkhianati suamiku, aku tak bisa memberi tahumu,” jawab istri serunting keberatan.

“Percayalah kak, ini demi adikmu! Jika aku mengetahui kelemahan suamimu, aku tidak akan membunuhnya,” bujuk Aria tebing lagi.

Akhirnya istri Serunting iba melihat adiknya yang terus memohon, kemudian ia memberitahukan bahwa kesaktian Serunting berada pada tumbuhan ilalang yang bergetar meskipun tak tertiup angin.

Keesokan harinya, sebelum bertanding, Aria Tebing sudah menancapkan tombaknya ke ilalang yang bergetar meskipun tak tertiup angin. Serunting pun akhirnya terluka parah dan kalah.

Serunting mengetahui bahwa istrinya lah yang memberi tahu Aria Tebing tentang kelemahannya, merasa dikhianati akhirnya Serunting pergi mengembara, ia bertapa di Guning Siguntang.

Saat sedang bertapa, ia mendengar suara Hyang Mahameru, “Wahai Serunting! Aku akan menurunkan ilmu kekuatan gaib kepadamu, apakah kau maul’ tanya Hyang Mahameru.

“Aku mau kekuatan gaib itu, wahai Hyang Mahameru, aku mau kekuatan itu,” jawab Serunting.

“Tapi, ada satu syarat yaitu kau harus bertapa di bawah pohon bambu. Setelah tubuhmu ditutupi oleh daun-daun dari pohon bambu itu, maka kamu berhasil mendapatkan kekuatan itu,” ucap Hyang Mahameru.

Dua tahun berlalu, Serunting masih bertapa, akhirnya daun-daun dari pohon bambu sudah menutupinya. Kini ia memiliki kesaktian yaitu setiap perkataan yang keluar dari mulutnya akan menjadi kenyataan dan kutukan.

Suatu hari, ia berniat ingin pulang ke kampung halamannya, di Sumidang. Di perjalanannya, ia mengutuk semua pohon tebu menjadi batu. “Hai pohon tebu, jadilah Batu,” teriaknya lantang. Dan dalam sekejap, pohon-pohon tebu tersebut menjadi batu. Lalu di sepanjang tepi Sungai iambi, ia kembali mengutuk semua orang yang ia jumpai menjadi batu.

Lama-kelamaan Serunting menjadi orang yang angkuh dan sombong. Akhirnya orang menjulukinya dengan nama Si Pahit Lidah. Namun saat Serunting tiba di sebuah Bukit Serut yang gundul, ia mulai menyadari kesalahannya. Lalu ia mengubah Bukit Serut menjadi hutan kayu. Dalam sekejap bukit itu berubah menjadi hutan kayu hingga masyarakat setempat berterima kasih kepadanya karena bukit itu telah menjadi hutan kayu yang akan menghasilkan hasil kayu yang berlimpah dan dijual di pasar untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Kemudian ia melanjutkan perjalanan dan tiba di Desa Karang Agung. Serunting melihat gubuk tua yang dihuni suami-istri yang sudah tua. Serunting mendatangi sepasang suami istri tua renta itu. Serunting berpura-pura meminta seteguk air minum.

Sepasang kakek dan nenek itu sangat ramah dan baik hati. Ternyata sudah lama mereka ingin dikaruniai seorang anak untuk membantu mereka bekerja. Serunting pun mengabulkannya.

Ketika melihat ada sehelai rambut yang rontok menempel pada baju sang nenek, Serunting mengambilnya lalu mengubah rambut itu menjadi seorang bayi. Pasangan tua itu bahagia dan berterima kasih kepada Serunting.

Serunting bahagia bisa membantu orang lain. Di sisa perjalanannya, Serunting belajar untuk membantu dan berusaha menolong orang yang kesulitan. Namun meskipun kalimat yang keluar dari mulutnya adalah kalimat baik dan untuk membantu orang yang membutuhkan, tetap saja orang-orang masih menjulukinya dengan nama Si Pahit Lidah.

28. Dongeng Legenda Rakyat : Asal Mula Telaga Warna

Suatu hari, seorang permaisuri mengandung dan melahirkan seorang bayi perempuan. Seiring waktu, sang Putri tumbuh menjadi seorang gadis cantik, Ia sangat dimanja dan semua keinginannya dituruti.

Sebentar lagi, sang Putri akan berusia tujuh belas tahun. Seluruh rakyat kerajaan pun berlomba mengumpulkan hadiah. Hadiah itu dikumpulkan jadi satu dan diberikan kepada sang Raja. Hadiah yang berupa emas dan permata diolah menjadi kalung indah.

Tepat pada hari ulang tahun sang Putri, sang Raja menyerahkan kalung tersebut. Namun diluar dugaan, sang Putri tidak menyukai kalung tersebut. Sang Putri hanya melirik kalung itu sekilas. Melihat hal tersebut, sang Raja membujuk sang Putri agar mau mengenakan kalung tersebut.

Dongeng Telaga Warna Dari Banten
Dongeng Telaga Warna Dari Banten

“Tidak mau,” jawab sang Putri.

Mendengar jawaban tersebut, sang Permaisuri mengambil kalung tersebut lalu memakaikan di leher sang Putri. Namun sebelum terpasang, sang Putri menepis tangan sang Permaisuri hingga kalung itu jatuh. Kalung itu putus dan permatanya berserakan. Sang Putri segera bergegas masuk ke kamarnya.

Melihat hal tersebut, sang Raja, sang Permasuri, beserta tamu yang lain sangat sedih. Mereka menangis. Kabar kejadian itu tersebar hingga luar, sampai seluruh rakyat mengetahui. Mereka pun mulai menangis. Mereka tak pernah mengira sang Putri akan bertindak seperti itu.

Tiba-tiba, di tempat kalung jatuh muncul mata air. Mata air itu makin membesar, hingga seluruh kerajaan tergenang. Hingga akhirnya, terbentuklah sebuah danau yang luas. Hingga sekarang, penduduk menamai danau tersebut Telaga Warna.