Kumpulan Cerita Rakyat Pendek Nusantara Terbaik Terpopuler

21. Dongeng Fabel : Balasan Serigala

Suatu hari, seorang pemuda sedang mengendarai keledainya.

Ia hendak ke desa tetangga. Untuk sampai ke sana, ia harus melewati hutan yang lebat dan sangat menyeramkan.

Ketika berada di hutan, si keledai tampak kelelahan.

Karena kasihan dengan keledainya, si pemuda memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon.

Si pemuda dan keledainya lalu memakan bekal mereka.

Saat sedang makan, tiba-tiba seekor serigala mendekati mereka.

Keledai sangat ketakutan, namun si pemuda tidak merasa takut sama sekali.

Melihat keledainya ketakutan, ia pun mengusir serigala agar menjauh.

“Jangan usir aku. Aku mohon. Apakah kau tidak kasihan melihatku?” pinta serigala sambil memperlihatkan bekas luka di tubuhnya.

Karena kasihan, pemuda itu akhirnya membiarkan serigala duduk bersamanya.

Ketika hendak pergi melanjutkan perjalanan, serigala meminta agar si pemuda membawanya.

Ia takut akan disakiti oleh pemburu.

Alangkah baiknya si pemuda. Tanpa rasa curiga, ia memasukkan serigala ke dalam karung miliknya.

Karena karung itu sangat kecil, kaki serigala harus diikat agar semua tubuhnya masuk ke dalam karung.

Bersama keledainya, si pemuda melanjutkan perjalanannya menyusuri hutan.

Akhirnya pada suatu pagi, mereka berdua sampai di tempat yang mereka tuju.

Pemuda lalu melepaskan serigala.

Betapa kagetnya si pemuda karena serigala hendak memakannya.

“Aku sudah menolongmu. Mengapa kau justru mau memakanku?” tanya si pemuda, kesal.

“Sudah beberapa hari ini aku belum makan. Aku sangat lapar. Hahaha!” ucap serigala.

Si pemuda pun berteriak meminta tolong. Untunglah, ada beberapa warga yang berdatangan.

Pemuda lalu menceritakan semuanya. Sementara itu, serigala merasa takut melihat banyak manusia di sekelilingnya.

Ia pun langsung kabur berlari ke hutan.

22. Cerita Hikayat Abu Nawas

Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak.

Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.

Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan.

Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan.

Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah.

Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya.

Baginda berputus asa.

Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil abu nawas.

Abu nawas hadir menggantikan hakim. abu nawas tidak mau menjatuhkan keputusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin abu nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat.

Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi.

Abu Nawas memanggil algojo dengan pedang di tangan. abu nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.

“Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?” kata kedua perempuan itu saling memandang.

Kemudian abu nawas melanjutkan dialog.

“Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?”

“Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.

“Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.” kata abu nawas mengancam.

Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris.

“Jangan, tolong jangan di belah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu.” kata perempuan kedua.

Abu nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka.

Abu nawas segera mengambil bayi itu dan langsung menyerahkan kepada perempuan kedua.

Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih.

Apalagi di depan mata.

Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan abu nawas. Dan sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari abu nawas menjadi penasehat hakim kerajaan.

Tetapi abu nawas menolak. Ia lebih senang menjadi rakyat biasa.

Baca juga : Dongeng Cerita Abu Nawas dan Pencuri dari Timur Tengah