Kami memiliki cukup banyak cerita rakyat Lampung yang sering diceritakan di Masyarakat. Dari berbagai cerita rakyat Indonesia dari Lampung, kami paling suka kisah Aminah yang cerdik. Saya yakin banyak dari adik-adik yang suka cerita rakyat dari Lampung ini. Cerita rakyat nusantara ini mengisahkan seorang gadis yang cerdik yang bisa mengatasi masalah disaat kesulitan. Selain Legenda Buaya Perompak dan Aminah yang cerdik tersebut kami juga akan menceritakan sebuah fabel yang memiliki pesan moral yang baik. Selamat membaca.
Cerita Rakyat Lampung : Aminah yang Cerdik
Aminah sedang mencuci di sungai. Kali ini ia sendirian, tidak bersama teman-temannya. Aminah adalah gadis yang cantik dan pintar. La tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah desa di dekat Sungai Tulang Bawang, Lampung. Saat mencuci, Aminah tak sadar bahwa ada sepasang mata dalam sungai yang sedang mengawasinya. Ya, itu adalah mata Buaya Perompak, buaya Penunggu Sungai Tulang Bawang. Keganasan Buaya Perompak sudah terkenal. Banyak manusia yang hilang begitu saja saat mencuci di sungai itu. Namun Aminah tidak takut, ia tetap mencuci sambil bersenandung kecil.
Tiba-tiba, byuurrrrrrr… muncullah Buaya Perompak dari dalam sungai. Aminah sangat terkejut. Ia tak mengira bahwa Buaya Perompak berwajah begitu mengerikan. Badannya sungguh besar, giginya runcing dan tajam. Aminah pingsan seketika.
“Di mana aku? Ibu… Ibu..” panggil Aminah lemah. Aminah berusaha bangkit dari tidurnya.
Tiba-tiba terdengar suara “Ah… rupanya kau sudah sadar.” Aminah menoleh. Ternyata Buaya Perompak yang mengajaknya bicara. Meski ketakutan, Aminah berusaha tenang. Aminah yakin, jika ia tak melawan, buaya itu pasti tak akan membunuhnya. “Kau sekarang berada di gua kediamanku. Gua ini Ietaknya jauh di dasar sungai. Tak ada seorang pun yang bisa menolongmu,” kata Buaya Perompak.
“Apa yang kau inginkan dariku? Mengapa kau tak membunuh dan memakanku saja?” tanya Aminah.
“Ha… ha… ha… kau terlalu cantik untuk kumakan. Aku ingin menjadikanmu istri. Kau bersedia, bukan? Lihat perhiasan emas berlian di ujung sana. Aku akan memberikan semuanya padamu jika kau bersedia,” jawab Buaya Perompak.
Aminah heran, dari mana asal semua perhiasan itu? Ia lalu berpikir keras. “Jika aku menolak, pasti aku akan dibunuhnya. Lebih baik kuterima saja Iamarannya, sambil mencari akal bagaimana keluar dari gua ini.” Aminah lalu menyetujui permintaan buaya itu. Mereka pun menikah dan menjadi suami-istri. Buaya itu benar-benar memanjakan Aminah. Ia memberi banyak perhiasan yang indah-indah pada istrinya. Ia juga menyediakan aneka makanan yang lezat.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Aminah merasa bosan. Ia merasa sudah saatnya keluar dari gua itu dan kembali pada orang tuanya. Pelan- pelan, Aminah berusaha mengorek keterangan dari Buaya Perompak.
“Dari mana kau mendapatkan semua perhiasan ini, Suamiku?” tanya Aminah suatu hari. Sambil bertanya, ia berpura-pura mengagumi sebuah kalung mutiara yang cantik.
“Itu adalah hasil dari merampok orang-orang kaya. Sebenarnya aku adalah seekor buaya jadi-jadian. Namaku Somad, aku dulu adalah seorang perompak yang termahsyur.
Namun kemudian aku dikutuk karena perbuatan jahatku. Jadilah wujudku seperti sekarang,” jawab Buaya Perompak panjang lebar. Aminah mengangguk-angguk tanda mengerti.
“Pantas saja kau bicara seperti manusia. Lalu dari mana kau mendapatkan semua makanan ini? Tiap hari kau memberiku makanan yang lezat.” tanya Aminah lagi.
“Itu mudah saja. Setiap bulan purnama, aku akan berubah wujud kembali menjadi manusia. Pada saat itu aku akan menjual sedikit perhiasan-perhiasan untuk ditukarkan dengan bahan makanan,” jelasnya.
“Oh begitu.” jawab Aminah sambil mengangguk-angguk.
“Apa orang-orang tidak curiga jika secara tiba-tiba kau keluar dari sungai ini?” tanya Aminah memancing. Buaya Perompak tak sadar kalau Aminah sedang berusaha mengorek keterangan darinya. “Ha… ha… tentu saja aku tak sebodoh itu. Aku telah membangun terowongan di balik gua ini. Terowongan itu langsung terhubung dengan desa yang kutuju,” kata buaya itu.
Aminah mengingat semua perkataan suaminya dengan baik. Sekarang ia tahu cara untuk melarikan diri. Ia akan menunggu sampai buaya itu lengah, lalu ia akan Ian melalui terowongan itu.
Saat yang ditunggu pun tiba. Suatu siang, Buaya Perompak tidur dengan pulasnya. Ia bahkan lupa menutup gua, sehingga Aminah dapat keluar dengan mudah. Aminah berjingkat- jingkat keluar menuju ke balik gua itu. “Ah, ternyata ini terowongannya,” kata Aminah dalam hati. Ia lalu menoleh ke belakang, memastikan bahwa Buaya Perompak tidak mengikutinya.
Setelah memastikan semuanya aman, Aminah lalu masuk ke terowongan itu dan berjalan dengan cepat. Sesekali ia tersandung batu, karena keadaaan dalam terowongan itu gelap gulita. Kemudian, Aminah melihat seberkas cahaya. “Syukurlah, sebentar lagi aku akan sampai,” kata Aminah sambil mempercepat langkahnya. Aminah sampai juga di ujung terowongan itu. Buaya Perompak benar, ternyata ujung terowongan ini adalah sebuah desa di tepi Sungai Tulang Bawang.
Aminah amat senang, akhirnya ia bebas. Ia menyusuri desa itu dan bertanya jalan tercepat menuju desa tempat tinggalnya. Setelah mendapatkan petunjuk dari beberapa orang, Aminah pun bergegas pulang ke desanya, ke rumah orangtuanya.
Ayah dan ibunya menyambutnya dengan gembira. Mereka tak menyangka kalau Aminah masih hidup. “Kami kira kau sudah mati dimakan Buaya Perompak, Nak,” kata ibunya sambil memeluk Aminah erat-erat.
Aminah tersenyum dan menceritakan pengalamannya. Berkat kecerdikannya, Aminah lolos dari sekapan Buaya Perompak. Berkat kecerdikannya pula, semua penduduk desa mengetahui rahasia Buaya Perompak. Sejak saat itu, penduduk desa menjadi lebih berhati-hati bila mencuci di Sungai Tulang Bawang.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Lampung : Aminah yang Cerdik untukmu adalah jangan mudah panik saat menghadapi masalah. Gunakan akal dan pikiranmu, pasti ada jalan keluarnya.
Cerita Rakyat Lampung : Kumbang Macan dan Seekor Tawon
Seekor tawon keluar dari sarangnya untuk mencari sebuah kebun penuh dengan bunga, sang tawon bersarang di hutan dan ketika para tawon mencari makanan mereka harus melewati hutan dan mencari kebun yang penuh dengan bunga, sang tawon terbang menyusuri hutan dan ditengah perjalanan sang tawon melihat seekor kumbang macan sedang diam di atas sebuah dahan kering, sang tawon menghampiri kumbang macan itu dan bertanya kepadanya “selamat siang tuan kumbang macan yang gagah perkasa maaf aku mengganggu mu, aku tawon yang bersarang di hutan ini dan aku dalam perjalanan untuk menari sebuah kebun yang dipenuhi oleh bunga untuk kami ambil sarinya, apa kau pernah melihat kebun itu?” sang kumbang macan menjawab “tuan tawon tidak usah memujiku seperti itu, selama aku terbang aku sama sekali tidak pernah melihat bunga di luar hutan ini tapi aku pernah mendengar kabar dari beberapa ekor lebah madu pekerja bahwa diluar hutan ke arah utara ada sebuah tempat yang dipenuhi oleh berbagai macam bunga, namun jarak dari hutan ini sangatlah jauh, kau harus melewati berbagai macam rintangan yang sangat sulit. Jika kau ingin pergi kesana aku juga akan pergi kesana karena disana kudengar dari para lebah para kumbang macan berkumpul disana.” jelas sang kumbang.
Sang tawon setuju untuk pergi bersama dan berkata kepada sang kumbang “ya aku sangat ingin pergi kesana bersamamu, meskipun rintangan menghadang jika kita bekerjasama layaknya teman baik mungkin kita bisa mengatasinya.” setelah mereka berbincang kini mereka pergi ke arah utara menuju tempat itu, awalnya perjalanan mereka biasa saja tidak ada satupun dari mereka menghadapi bahaya. Namun ketika sang kumbang macan beristirahat di sebuah dahan karena lelah tiba-tiba seekor bunglon datang menghampiri ketika sang bunglon akan memakan sang kumbang sang tawon langsung menyengatnya beberapa kali hingga sang kumbang selamat dari ancaman.
Setelah kejadian itu mereka melanjutkan perjalanan dan ditengah perjalanan sang tawon lengah, dia terjerat di sebuah sarang laba-laba, sang tawon berontak melepaskan dirinya dari jaring laba laba yang lengket ketika itu seekor laba-laba mendekatinya, sang kumbang yang melihat hal itu langsung menubruknya dengan kedua tanduknya sambil terbang, sarang laba-laba itu rusak dan sang tawon selamat meskipun sang kumbang terjerat oleh jaring-jaring yang putus namun dia berhasil melepaskan diri dari jaring-jaring itu.
Kini mereka melanjutkan kembali perjalanannya hingga mereka sampai pada tempat yang diceritakan oleh para lebah, mereka terkejut ketika sampai disana ternyata tempat itu melebihi apa yang mereka pikirkan tempat itu sangat dipenuhi bunga, dan tempat itu dipenuhi juga oleh para kumbang macan. Selama perjalanan mereka saling membantu dalam menghadapi rintangan hingga akhirnya mereka mampu mencapai tujuan dengan selamat.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Lampung : Kumbang Macan dan Seekor Tawon adalah bekerjasama dan saling bantu membantu akan membuat pekerjaan sulit menjadi lebih mudah.