Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Nusantara Terbaik

Dua kisah rakyat yang kami posting kali ini adalah Cerita Cerita Rakyat Nusantara Terbaik yang ada di Indonesia. Kedua cerita rakyat ini memiliki latar tempat yang berbeda, cerita rakyat singkat pertama berlatarkan wilayah Kalimantan Timur, sedangkan cerita rakyat pendek kedua berlokasi di Sulawesi Utara. Dua-duanya sangat menarik untuk disimak. Kami yakin adik-adik sudah tidak sabar menunggu kisah lengkapnya. Ini dia ceritanya

Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Nusantara Terbaik : Legenda Sungai Kerbau Keramat

Pada ratus tahun silam berdirilah sebuah kerajaan. Kutai Kertanegara namanya. Tepian Batu nama ibukotanya. Syandan, Kerajaan Kutai Kertanegara ketika itu dipimpin Sultan Kutai Kertanegara III. Kejayaan, kebesaran, dan kekuatan Kerajaan Kutai Kertanegara memuncak ketika itu. Kemakmuran dan kesejahteraan tercapai. Kekayaan alamnya yang melimpah-ruah mampu diolah sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat. Terlebih-lebih Kerajaan Kutai Kertanegara juga mendapatkan upeti dari berbagai kerajaan yang menyatakan tunduk pada kekuasaan Kerajaan Kutai Kertanegara.

Suatu ketika Sultan Kutai Kertanegara III berkehendak memperindah istana kerajaannya. Baginda Sultan menginginkan istana kerajaannya itu dipenuhi dengan berbagai ukiran yang indah. Untuk mewujudkan keinginan Baginda Sultan, Pangeran Mangkubumi menyarankan agar mendatangkan ahli-ahli ukir dari Keraton Jawa. “Baginda Sultan, mereka telah terbiasa mengukir istana. Jika kita mendatangkan mereka, niscaya mereka akan dapat mewujudkan keinginan Baginda Sultan.”

Sultan Kutai Kertanegara III menyetujui saran Pangeran Mangkubumi. Segera dikirimkan utusan ke Keraton Jawa untuk meminta bantuan ahli pahat Keraton Raja Jawa untuk mengukir di istana Kerajaan Kutai Kertanegara.

Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Nusantara Legenda Sungai Kerbau Keramat
Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Nusantara Legenda Sungai Kerbau Keramat

Raja Jawa berkenan mengirimkan dua ahli ukir istana ke Kerajaan Kutai Kertanegara. Keduanya adalah kakak beradik. Kepiawaian keduanya dalam mengukir kayu segera terlihat sesampainya mereka di Kerajaan Kutai Kertanegara. Berbagai motif ukiran dapat mereka buat untuk memperindah bagian-bagian istana kerajaan sesuai kehendak Baginda Sultan. Kedua ahli ukir itu mampu memadukan seni ukir dari daerah-daerah setempat dengan seni ukirJawa hingga menghasilkan ukiran yang indah serta unik. Keduanya bekerja dengan giat lagi tekun dan serasa dibantu tenaga gaib hingga mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu relatif singkat.

Sultan Kutai Kertanegara III sangat terkagum- kagum dengan hasil ukiran dua kakak beradik yang dikirimkan Raja Jawa itu. Berbagai hadiah yang indah pun diberikan Baginda Sultan kepada kedua ahli ukir itu. Selain itu, Baginda Sultan juga memperkenankan kedua ahli ukir itu untuk tinggal di dalam lingkungan dalam istana. Mereka diperkenankan berhubungan dengan keluarga Baginda Sultan. Kedua ahli ukir itu menyatakan terima kasih. Mereka tetap mengedepankan sopan santun dan tata krama meski mendapat kebebasan yang luas dari Baginda Sultan.

Baginda Sultan sangat kagum dengan kepribadian dua ahli ukir dari Keraton Jawa itu. Baginda Sultan menghormati dua ahli ukir itu. Namun, tidak bagi beberapa pejabat Kerajaan Kutai Kertanegara. Mereka iri dan merasa tersingkirkan. Mereka lantas berembuk untuk mencari cara guna menyingkirkan dua ahli ukir dari Keraton Jawa itu. Dua cara pun akhirnya mereka dapatkan. Cara pertama adalah melakukan fitnah terhadap dua ahli ukir itu dan cara kedua adalah menghasut Baginda Sultan.

Fitnah yang mereka lancarkan sangat keji melakukan perbuatan tercela terhadap dayang-dayang istana. Mereka mengadu kepada Baginda Sultan. “Aku tidak percaya jika dua ahli ukir itu melakukan tindakan tercela seperti yang kalian laporkan,” kata Baginda Sultan. “Bagaimana mungkin dua orang yang sangat sopan lagi menjunjung tinggi tata krama itu berbuat begitu rendah.”

Para pejabat istana itu berusaha keras meyakinkan agar Baginda Sultan percaya dengan laporan mereka. Mereka pun menjalankan siasat kedua mereka, “Jika dua ahli ukir itu mendapat pengampunan Baginda Sultan dan dibiarkan hidup, kelak mereka akan dapat bekerja untuk raja atau sultan lain. Mereka akan dapat mengukir di istana kerajaan lain. Dengan demikian keindahan istana kerajaan ini pun akan dapat tersaingi oleh istana-istana lain. Cita-cita Baginda Sultan untuk membuat istana kerajaan terindah akan sia-sia karenanya.”

Karena kepintaran para pejabat istana itu dalam menghasut, Sultan Kutai Kertanegara III pun akhirnya terhasut. Baginda Sultan lantas menjatuhkan hukuman mati bagi kedua ahli ukir itu atas perbuatan yang tidak pernah mereka lakukan.

Dua ahli ukir yang sesungguhnya sangat sakti itu pun lantas ditangkap dan dipenjarakan. Sehari sebelum pelaksanaan hukuman mati, salah seorang ahli ukir itu dapat melarikan diri. Ia menghilang dari pandangan para prajurit yang hendak membawanya. Salah seorang lainnya akhirnya harus merelakan nyawanya meski tidak melakukan perbuatan tercela seperti yang dituduhkan padanya. Sebelum ia melaksanakan hukuman mati, si ahli ukir berujar, “Sepuluh hancur luluh, sebelas menjadi alas!”

Hukuman mati pun dijatuhkan atas diri si ahli ukir. Mayatnya lantas dibuang ke Sungai Kerbau. Keanehan pun terjadi mayat ahli ukir itu tidak hanyut ke hilir, melainkan terapung-apung menuju hulu sungai. Karena keanehan itu, maka sungai itu pun kernudian disebut Keramat Sungai Kerbau.

Adapun ucapan si ahli ukir sebelum dijatuhi hukuman mati akhirnya terwujud. Kerajaan Kutai Kertanegara mengalami kehancuran total pada waktu pemerintahan Sultan Kutai Kertanegara kesepuluh karena serangan para perompak kejam dari Philipina Selatan.

Pada pemerintahan Sultan Kutai Kertanegara kesebelas, ibukota Kerajaan Kutai Kertanegara itu menjadi alas atau hutan.

Pesan moral dari kumpulan cerita cerita rakyat nusantara terbaik : Legenda Sungal Kerbau Keramat adalah iri dan dengki adalah perbuatan keji yang sudah seharusnya kita hindari. Adapun fitnah adalah tindakan yang sesungguhnya jauh lebih kejam dibandingkan pembunuhan hingga pantas untuk ditinggalkan atau dihindari jauh-jauh.

Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Nusantara : Ratu Adioa Dan Empat Sahabatnya

Tersebutlah lima pemuda pada masa lampau yang tinggal di daerah Sulawesi Utara. Mereka saling menjalin persahabatan yang karib.

Pemuda pertama bernama Ratu Adioa. Ia dikenal cerdas dan baik hati. Sehari-hari ia berburu untuk mata pencahariannya. Ia piawai memanah burung. Pemuda kedua bernama Ratu Wulanwanna. Ia adalah anak seorang juragan kapal yang kaya raya. Karena kekayaannya itu membuatnya menjadi anak pemalas. Waktunya lebih banyak dihabiskannya untuk merenung dibandingkan untuk bekerja. Pemuda ketiga bernama Wonte Hall yang bekerja sebagai pembuat perahu. Pemuda keempat bernama Wonte Ulu yang bekerja sebagai nelayan. Sementara pemuda kelima adalah Wonte Tembaga yang terkenal sebagai tukang besi.

Dari lima orang itu, hanya Ratu Adioa yang dikenal sopan, rendah hati, dan sangat sayang terhadap kedua orang tuanya. Empat sahabat Ratu Adioa dikenal sebagai pemuda-pemuda yang kasar, sombong, kejam, dan sewenang-wenang.

Pada suatu hari lima sahabat itu berkumpul. Mereka berbincang-bincang dengan hangat. Secara tak terduga, Ratu Wulanwanna mengusulkan agar mereka membunuh kedua orang tua mereka masing-masing. Kata Ratu Wulanwanna, “Selama orang tua kita masih hidup, kita senantiasa mereka kekang. Jika mereka telah meninggal, kita tidak hanya dapat bebas, melainkan juga akan mendapatkan harta warisan yang banyak. Kita bisa hidup senang dengan harta warisan orangtua kita masing-masing.”

Kecuali Ratu Adioa, ajakan Ratu Wulanwanna itu disambut teman-temannya. Sama sekali Ratu Adioa tidak setuju dengan rencana keji tersebut. Ia sangat sayang dan hormat pada kedua orangtuanya. Namun, ia tidak berani menunjukkan penolakannya, karena empat sahabatnya itu telah berikrar, siapa pun di antara mereka yang tidak berani membunuh orangtuanya sendiri akan mereka bunuh secara beramai-ramai.

Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Nusantara Ratu Adioa Dan Empat Sahabatnya
Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Nusantara Ratu Adioa Dan Empat Sahabatnya

Ketika masing-masing sahabatnya itu membunuh orangtuanya, Ratu Adioa mengungsikan kedua orangtuanya ke sebuah gua terpencil yang berada di tengah hutan. Ia telah membekali kedua orangtuanya itu dengan makanan yang cukup. Setiap hari secara diam-diam ia juga menjenguk kedua orang tuanya itu dan membawakan makanan untuk mereka. Selain itu, Ratu Adioa juga membuat dua makam palsu di halaman rumahnya. Ia juga menyembelih ayam dan mengoleskan darah sembelihannya itu pada dua nisan makam palsu buatannya.

Empat sahabat Ratu Adioa hidup berfoya-foya dengan harta warisan orangtua masing-masing. Tidak berapa lama harta mereka pun telah habis dan mereka jatuh miskin.

Pada suatu hari tiga kapal besar dari Kerajaan Timur berlabuh di tempat Ratu Adioa dan empat sahabatnya itu berada. Penduduk segera datang ke pelabuhan untuk melihat tiga kapal besar itu.

Salah seorang awak kapal itu berteriak, “Wahai sekalian penduduk! Kami adatah utusan dari Raja Timur. Kami datang membawa teka-teki yang harus kalian jawab. Jika jawaban kalian benar, maka seluruh isi muatan kapal ini menjadi milik kalian. Namun, jika jawaban kalian salah, maka desa ini menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Timur.”

“Maaf, teka-teki apa yang harus kami jawab itu?” tanya Ratu Adioa.

Utusan Raja Timur menunjukkan dua tengkorak, due ekor anak itik, dan dua gayung berisi air. la meminta warga menebak mana tengkorak lelaki dan tengkorak perempuan untuk teka-teki pertama. Untuk teka-teki kedua, warga diminta menebak mana anak itik yang jantan dan mana pula yang betina. Adapun untuk teka-teki ketiga, warga diminta menebak mana air tawar dan mana pula air laut tanpa mencicipinya. “Kami memberi waktu seminggu bagi kalian untuk memecahkan tiga teka-teki kami ini,” kata utusan Raja Timur

Ratu Adioa dan empat sahabatnya berusaha keras memecahkan tiga teka-teki yang sekilas sederhana namun sulit itu. Berulang-ulang mereka mencoba, namun tetap sulit bagi mereka untuk menjawabnya. Empat sahabat Ratu Adioa itu bahkan menyatakan, siapa pun juga di antara mereka yang mampu menjawab tiga teka-teki itu akan mereka angkat sebagai raja mereka.

Ratu Adioa teringat pada ayahnya yang diketahuinya cerdas lagi berpengalaman. Secara diam-diam ia lantas menemui ayahnya dan mengungkapkan tiga teka-teki yang rumit itu.

“Teka-teki itu tidak rumit, anakku,” kata ayah Ratu Adioa. “Mudah saja untuk menebaknya karena aku sendiri pernah melakukannya.”

“Bagaimana caranya, Ayah?” tanya Ratu Adioa.

“Gunakan sebatang lidi untuk mengetahui mane tengkorak lelaki den perempuan. Masukkan ke dalam lubang telinga tengkorak itu,” jawab ayah Ratu Adioa. “Jika lidi itu lurus, make itu tengkorak lelaki. Jika bengkok, berarti itu tengkorak perempuan.”

“Kalau membedakan anak itik yang jantan dan betina bagaimana caranya, Ayah?”

“Berilah makan dua anak itik itu. Jika anak itik itu makan sambil menengadahkan kepala, itu berarti anak itik jantan. Anak itik yang makan sambil menundukkan kepala adalah anak itik betina,” jawab ayah Ratu Adioa. “Adapun untuk Jika air itu tampak beriak, itu air laut. Jika air itu tampak tenang, itu air tawar.”

Ratu Adioa sangat gembira mendengar jawaban ayahnya untuk memecahkan tiga teka-teki tersebut. Seminggu sesuai waktu yang dijanjikan utusan Raaj Timur, Ratu Adioa datang ke pelabuhan bersama empat sahabatnya dan juga warga desa Iainnya. Baik empat sahabat Ratu Adioa dan juga segenap warga terlihat lesu karena belum mempunyai jawaban untuk menjawab tiga teka-teki yang diajukan utusan Raja Timur. Empat sahabat Ratu Adioa bahkan meminta Ratu Adioa untuk menjawab teka-teki itu agar desa mereka tidak dikuasai Kerajaan Timur.

Di hadapan utusan Raja Timur dan segenap warga desa, Ratu Adioa menjalankan cara yang ditunjukkan ayahnya. Dengan mudah ia bisa menebak mana tengkorak lelaki dan perempuan, menebak anak itik jantan dan betina, serta menebak air laut dan air tawar.

Utusan Raja Timur membenarkan semua tebakan Ratu Adioa. Sesuai janjinya, muatan tiga kapal besar itu diserahkan kepada Ratu Adioa. Empat sahabat Ratu Adioa dan juga segenap warga kemudian mengangkat Ratu Adioa sebagai raja mereka.

Setelah bertakhta sebagai raja, Ratu Adioa lantas menjemput kedua orangtuanya untuk tinggal bersamanya. Kepada empat sahabatnya itu ia menjelaskan bahwa semua jawaban atas teka-teki utusan Raja Timur itu didapatkannya dari ayahnya. “Seandainya orangtua kalian masih hidup, niscaya mereka dapat membantu kesulitan kalian,” katanya kepada empat sahabatnya itu.

Empat sahabat Ratu Adioa sangat menyesal dengan tindakan mereka. Tindakan mereka membunuh orangtua sesungguhnya tindakan keji dan menunjukkan kedurhakaan seorang anak terhadap orangtua. Tindakan yang hanya berbuah kemurkaan besar Tuhan.

Empat sahabat Ratu Adioa hanya bisa menyesali perbuatan keji mereka.

Pesan moral dari Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Nusantara : Ratu Adioa Dan Empat Sahabatnya adalah kepada orangtua hendaklah kita senantiasa menyayangi dan menghormati. Durhaka terhadap orangtua akan berbuah kemurkaan tuhan.

Komentar ditutup.