Kisah Pangeran Biawak diambil dari Kumpulan Cerita Anak Kalimantan. Kisah yang berasal dari Kalimantan selatan ini sangat seru dan pasti disukai oleh anak-anak. Cerita dongeng nusantara Kisah Pangeran Biawak sangat disukai terutama karena memberikan contoh bahwa kebaikan, rasa bersyukur dan ikhlas menerima keadaan akan mendapatkan kebahagiaan di kemudian hari. Ceritakan kisah dongeng anak ini pada si kecil, kami yakin mereka akan senang.
Kumpulan Cerita Anak Nusantara : Legenda Pangeran Biawak
Tersebutlah sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Sang Raja mempunyai tujuh orang putri. Kesemuanya cantik dan menarik.
Tujuh putri raja itu pun beranjak dewasa usianya. Sangat mengherankan, ketujuh putri itu tidak menampakkan keinginannya untuk segera berumah tangga. Sang Raja menjadi sedih hatinya. Ia berkehendak melihat putri-putrinya itu menikah sebelum ia meninggal dunia. Namun, ketika kehendak Sang Raja itu disampaikan, tujuh putri Sang Raja memberikan alasan yang senada. Kata Putri Sulung yang mewakili enam adik-adiknya, “Ampun Ayahanda, kami belum berminat menikah karena kami belum menemukan sosok yang pantas menjadi suami kami. Kami menghendaki calon suami kami adalah pemuda-pemuda yang tidak hanya tampan wajahnya, namun juga mempunyai kesaktian tinggi.”
“Kesaktian seperti apakah yang kalian kehendaki?” tanya Sang Raja.
“Pemuda itu harus bisa membangun sebuah istana yang sangat megah di seberang sungai,” jawab Putri Sulung.
Sang Raja lantas mengadakan sayembara. Kepada pemuda yang mampu membangun sebuah istana megah di seberang sungai, maka ia berhak menikah dengan putri-putrinya.
Beberapa hari kemudian datanglah enam pemuda gagah yang menyatakan kesanggup mereka untuk memenuhi sayembara Sang Raja. Mereka segera bekerja keras dan bahu-membahu untuk membangun sebuah istana di seberang sungai. Keenamnya mengerahkan kesaktian mereka hingga sebuah istana yang megah dapat mereka bangun dalam waktu tak berapa lama. Istana itu lengkap isinya dan juga dihiasi sebuah taman yang sangat indah.
Sang Raja dan tujuh putrinya terlihat puas melihat istana yang megah itu. Namun, Sang Raja sedikit kecewa karena tidak ada sebuah jembatan yang menghubungkan istananya dengan istana megah itu. Sang Raja akhirnya kembali mengumumkan sayembaranya. “Siapa pun juga yang sanggup membangun sebuah jembatan besar yang menghubungkan istanaku dan istana megah di seberang sungai ini, maka ia akan kunikahkan dengan salah satu dari putriku.”
Sayembara itu segera disebarluaskan oleh para prajurit hingga menjangkau wilayah-wilayah terjauh kerajaan. Namun berhari-hari kemudian tidak ada juga seorang pemuda yang datang untuk memenuhi sayembara tersebut. Sang Raja menjadi cemas sekaligus heran. “Mungkinkah negeri ini sudah tidak ada lagi seorang pemuda sakti?” tanyanya mengungkapkan keprihatinannya.
Waktu terus berlalu. Beberapa saat kemudian datang seorang perempuan tua ke istana kerajaan. Ia membawa seekor biawak. Si perempuan tua lalu menghadap Sang Raja dan mengungkapkan, “Ampun, Baginda. Kedatangan hamba menghadap Baginda ini untuk menjawab sayembara Baginda. Anak hamba sanggup membuat jembatan besar seperti yang Baginda kehendaki.”
“Sayembara itu terbuka bagi siapa pun juga, termasuk untuk anakmu itu, perempuan tua,” jawab Sang Raja.
“Meskipun hamba hanya seorang yang miskin?”
“Aku tidak membeda-bedakan. Jika anakmu mampu mewujudkan jembatan itu, niscaya ia akan kunikahkan dengan salah seorang putriku”
Di hadapan Sang Raja dan juga para punggawa kerajaan, si perempuan tua lantas berbicara dengan biawak yang dibawanya, “Anakku, telah engkau dengar sendiri ucapan Baginda Raja, bukan? Kini, buktikan kesanggupanmu untuk mewujudkan kehendak Baginda Raja itu.”
Sang Raja dan semua yang hadir di balairung istana kerajaan itu tercengang saat mengetahui anak si perempuan tua itu adalah seekor biawak. Kian tercengang mereka ketika mereka mendengar, si biawak mampu menjawab, “Baiklah, Bu. Saya sanggup untuk mewujudkan sayembara Baginda Raja. Saya memohon doa restumu, Ibu:’
Si biawak ternyata mempunyai kesaktian yang luar biasa. Dalam waktu kurang dari semalam, jembatan yang besar telah tercipta. Istana Baginda Raja dan istana di seberang sungai itu pun akhirnya dapat dihubungkan.
Si biawak dinyatakan sebagai pemenang sayembara Sang Raja. Ia berhak untuk menikah dengan salah satu putri Sang Raja. Namun, siapakah dari tujuh putri raja itu yang bersedia menikah dengannya?
Putri Sulung hingga putri keenam menyatakan penolakannya untuk menikah dengan si biawak.
“Bagaimana denganmu, putri bungsuku, apakah engkau juga menolak menikah dengan biawak pemenang sayembara itu?” tanya Sang Raja.
Putri Bungsu tersenyum. Jawabnya, “Ayahanda, sesungguhnya ucapan seorang raja hendaklah terlaksana. Janji seorang raja hendaklah ditepati. Jika Ayahanda telah menjanjikan pemenang sayembara itu akan dinikahkan dengan salah seorang dari kami, maka hendaklah hal itu dilaksanakan pula. Jika semua kakak hamba tidak bersedia, maka hamba bersedia menikah dengan biawak, putra ibu perempuan itu.”
Maka, pernikahan namun Putri Bungsu menerimanya dengan ikhlas.
Ketika malam setelah pesta pernikahan itu berakhir, Putri Bungsu pun tidur di dalam kamarnya bersama si biawak. Putri Bungsu Iangsung tertidur karena lelahnya, sementara si biawak dengan gerakan perlahan-lahan menuruni ranjang. Ketika tengah malam tiba, Putri Bungsu mendadak terbangun. Ia sangat kaget saat mendapati seorang lelaki yang sangat tampan wajahnya berbaring di sisinya. Ia pun berteriak sekeras-kerasnya dengan menyebutkan adanya pemuda asing di dalam kamarnya. Para prajurit pun segera berdatangan ke kamar Putri Bungsu. Mereka terheran-heran ketika mendapati tidak ada pemuda asing yang disebutkan Putri Bungsu. Putri Bungsu sendiri juga terheran-heran karena pemuda asing itu mendadak menghilang.
Kejadian itu membuat Putri Bungsu merasa sangat penasaran. Ia tidak sedang bermimpi ketika mendapati seorang pemuda berwajah tampan berbaring di sebelahnya. Lantas, siapakah pemuda berwajah tampan itu? Mengapa pula pemuda itu bisa leluasa memasuki kamarnya tanpa diketahui para prajurit penjaga? Ke mana pula suaminya yang berwujud biawak itu berada?
Putri Bungsu merasa harus membuka rahasia besar itu. Keesokan malamnya ia berpura-pura tidur. Dalam keadaan terjaga itu ia merasakan kehadiran
seorang lelaki yang berbaring di sampingnya. Dengan gerakan cepat, Putri Bungsu langsung memegang tangan si pemuda dan berujar keras, “Siapakah engkau? Mengakulah, sebelum aku berteriak rnemanggil prajurit penjaga!”
“Janganlah engkau berteriak-teriak seperti itu, istriku;” jawab si pemuda.
“Apa? Aku ini istrimu? Jangan engkau sembarangan berbicara! Suamiku adalah seekor biawak!”
Si pemuda berwajah tampan itu pun membuka siapa jati dirinya. Ia adalah seorang lelaki yang dikutuk Dewa hingga menjadi seekor biawak karena kesalahannya. Katanya kemudian, “Lihatlah sendiri kulit biawak yang kuletakkan di sudut kamar itu,”
Putri Bungsu langsung mengambil kulit biawak itu dan membakarnya. Sejak saat itu si pemuda berwajah amat tampan itu tidak lagi bisa mengubah diri menjadi biawak. Kutukan Dewa padanya musnah seiring musnahnya kulit biawak itu dibakar oleh orang yang bersedia lagi ikhlas menikah dengannya.
Putri Bungsu akhirnya hidup berbahagia bersama suaminya yang sangat tampan wajahnya lagi sangat sakti itu. Keenam kakak Putri Bungsu merasa menyesal telah menolak menikah dengan biawak yang ternyata seorang pangeran berwajah sangat tampan itu.
Pesan moral dari Kumpulan Cerita Anak Kalimantan : Kisah Pangeran Biawak adalah orang yang ikhlas dan bersyukur dalam menerima sesuatu akan mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan di kemudian hari.