Cerita rakyat yang akan Kakak ceritakan hari ini diambil dari kumpulan cerita anak dongeng nusantara dari daerah Jambi dan Bengkulu. Kedua kisah ini sangat menarik dan ada pesan moral yang baik yang bisa diambil.
Jika adik-adik sudah membaca cerita anak pada artikel ini dan menyukainya, Kakak sarankan jangan lupa untuk membaca Cerita Anak Rakyat Nusantara Terpopuler lainnya, pasti adik-adik suka
1. Kumpulan Cerita Anak Dongeng Nusantara : Si Yatim
Syahdan hiduplah seorang raja di Jambi pada masa lampau. Sang Raja terkenal kejam dan sewenang-wenang perilakunya. Mudah pula Sang Raja menjatuhkan hukuman bagi seseorang yang dianggapnya bersalah, termasuk hukuman yang terhitung berat. Sang Raja juga dikenal bodoh. Karena kebodohannya, sang raja mudah ditipu atau dikelabui orang lain.
Sang Raja banyak mempunyai kerbau. Kerbau-kerbau itu digembalakan oleh seorang anak remaja yang tidak lagi mempunyai bapak dan ibu. Si Yatim, begitu si gembala itu biasa dipanggil.
Setiap pagi si Yatim menggembalakan kerbau-kerbau milik Sang Raja di padang penggembalaan. Hampir seharian penuh si Yatirn menjaga kerbau-kerbau itu. Menjelang senja si Yatim akan menggiring kerbau-kerbau itu kembali ke kandangnya. Ia cermat menghitung jumlah kerbau-kerbau gembalaannya karena tidak ingin mendapat hukuman yang sangat berat dari Sang Raja jika kerbau gembalaannya hilang.
Si Yatim mempunyai kegemaran ketika menggembala. Ia biasa menangkap ekor kerbau dengan seruas bambu. Jika kerbau mengibaskan ekornya, baik ke kanan atau ke kiri, si Yatim akan bergerak cepat untuk menangkap ekor kerbau itu dengan bambunya. Hampir setiap saat si Yatim melakukan kegemaran itu hingga ia sangat terampil menangkap gerakan ekor kerbau dengan bambu. Selain itu si Yatim juga terampil memainkan pisau. Ia mempunyai sebilah pisau kecil yang tajam yang disimpannya di balik lipatan celananya.
Waktu terus berlalu. Si Yatim pun tumbuh menjadi pemuda yang gagah lagi tampan wajahnya. Pada suatu hari Sang Raja memeriksa kerbau miliknya. Semula Sang Raja sangat gembira mendapati jumlah kerbaunya kian meningkat banyak dan kesemuanya terlihat gemuk-gemuk tubuhnya. Narnun, ketika Sang Raja mengamati ekor kerbau miliknya, ia menjadi keheranan. Kesemua ekor kerbau miliknya itu terlihat cacat karena luka. Dengan kemarahan yang mulai meninggi, Sang Raja lantas bertanya pada si Yatim, “Mengapa semua ekor kerbau milikku ini terdapat bekas lukanya?”
Si Yatim menjawab jujur. Selama menggembala, ia biasa menangkap ekor-ekor kerbau itu dengan seruas bambu. “Ampun Tuan Raja, hamba melakukannya untuk mengurangi rasa jenuh yang hamba rasakan karena seharian berada di padang penggembalaan.”
Tak terperikan kemarahan Sang Raja mendengar jawaban si Yatim. Ia merasa harus menghukum si Yatim dengan hukuman yang sangat berat. Ia akan menghukum si Yatim secara diam-diam. Dengan wajah dan sikap yang diusahakannya tidak menampakkan kemarahan, Sang Raja kemudian berkata, “Kukira engkau tidak lagi pantas menjadi penggembala, lebih pantas kiranya engkau menjadi prajurit. Tubuhmu kuat dan juga gerakanmu gesit. Sebagai calon prajurit, engkau harus diuji.”
“Ampun Tuan Raja, ujian apa yang harus hamba lakukan?” tanya si Yatim.
“Engkau hendaknya menangkap aneka senjata yang kutusukkan,” jawab Sang Raja. “Aku akan menusukmu dengan keris, pedang, dan tombak. Engkau harus bisa menangkapnya. Engkau paham?”
“Paham, Tuan Raja,” si Yatim menganggukkan kepala. “Hamba memohon diberikan sarung aneka senjata itu ketika menangkap:’
Bagi Sang Raja, ujian itu sesungguhnya hukuman bagi si Yatim. Sang Raja akan menusukkan senjatanya ke tubuh si Yatim. Jika si Yatim Iengah atau tidak cekatan, ia bisa terbunuh oleh tusukan Sang Raja dan Sang Raja tidak bisa disalahkan karenanya.
Sesuai permintaannya, si Yatim mendapatkan sarung keris, sarung pedang, dan juga sarung tombak. Seketika ia mendapat tiga sarung itu, Sang Raja lantas melaksanakan niat buruknya. Dengan keris tajamnya ia menusuk tubuh si Yatim. Si Yatim menghadapi tusukan itu seperti yang biasa ia lakukan ketika menangkap ekor kerbau dengan bambunya. Dengan gerakan gesit ia menangkap tusukan keris Sang Raja dengan sarung keris.
Sang Raja sangat marah mendapati tusukan kerisnya dapat dengan mudah dihadapi si Yatim. Ia lantas menyabetkan pedangnya ke arah leher si Yatirn. lagi-lagi, sabetan pedang Sang Raja dapat dengan mudah ditangkap si Yatim dengan menyarungkan sarung pedang ke dalam pedang. Sang Raja kian murka. Sang Raja lantas rnenghujamkan tombaknya ke tubuh si Yatim. Tetap juga hujaman tombak itu mudah ditangkap si Yatim dengan menyarungkan sarung tombak yang dipegangnya.
Sang Raja serasa kebingungan untuk mengalahkan si Yatim. Akhirnya ia memerintahkan prajuritnya untuk menangkap si Yatim dan memasukkannya ke dalam keramba. “Tenggelamkan keramba itu ke sungai.” perintah Sang Raja.
Perintah kejam Sang Raja itu dilakukan. Si Yatim dimasukkan ke dalam keramba dan kemudian ditenggelamkan ke dalam sungai. Sang Raja sangat yakin jika si Yatim akan menemui kematiannya.
Ketika di dalam keramba yang ditenggelamkan di dalam sungai, si Yatim lalu mengeluarkan pisau kecil dari balik lipatan celananya. Tali pengikat keramba berhasil diputuskannya dengan irisan pisau kecilnya yang sangat tajam itu. Ia lalu naik ke permukaan sungai dan berenang menuju daratan.
Si Yatim tidak bisa tinggal diam mendapati kekejaman dan kesewenang-wenangan Sang Raja. Ia akan menghukum Sang Raja. Dipikirkannya cara yang cerdik untuk menghukum Sang Raja. Cara itu pun didapatkannya. Ia lalu membeli baju baru dengan uang simpanannya. Dengan mengenakan baju baru, si Yatim kemudian menghadap Sang Raja.
Sang Raja sangat terkejut mendapati si Yatim dapat lolos dari hukuman mengerikannya.
“Ampun Tuan Raja,” kata si Yatim setelah menghadap. “Kedatangan hamba untuk menghadap Tuan Raja ini untuk menyatakan terima kasih hamba yang tidak terkira.”
“Bagaimana maksudmu?” tanya Sang Raja dengan wajah menyiratkan keheranan dan kebingungan.
“Keramba itu ternyata jalan menuju surga, Tuan Raja,” kata si Yatim dengan wajah berseri- seri. “Ketika hamba berada di dalam surga, hamba bertemu dengan kedua orangtua hamba. Lihatlah pakaian yang hamba kenakan ini! Pakaian indah ini adalah pemberian kedua orangtua hamba. Betapa bahagianya hamba mendapatkan semua ini dan bertambah-tambah kebahagiaan hamba ketika juga menemukan kedua orang tua Tuan Raja di surga itu!”
“Engkau bertemu dengan kedua orangtuaku?”
“Benar, Tuan Raja,” jawab si Yatim. “Kedua orangtua Tuan Raja itu sangat rindu bertemu Tuan Raja. Mereka mengharapkan Tuan Raja dapat menjenguk mereka.”
Sang Raja yang bodoh itu percaya dengan penjelasan si Yatim. Ia pun memerintahkan prajuritnya untuk membuatkan sebuah keramba yang besar yang dapat dimasukinya untuk menuju surga. Sebelum memasuki keramba, Sang Raja berpesan, selama ia tengah menuju surga, maka semua urusan kerajaan hendaklah ditangani si Yatim yang telah ditunjuknya menjadi wakilnya.
Sang Raja pun memasuki keramba dan meminta segera ditenggelamkan ke dalam sungai. Sesuai perintah Sang Raja, selama Sang Raja berada di dalam keramba, semua urusan kerajaan dilakukan oleh si Yatim. Si Yatim melakukan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Prajurit dan rakyat merasakan kedamaian dan ketenangan dalam pemerintahan si Yatim. Rakyat bahkan berharap Sang Raja Iebih lama lagi berada di surga agar mereka dapat lebih lama lagi hidup tenang dan tenteram.
Seminggu kemudian prajurit-prajurit yang menjaga pinggir sungai tempat ditenggelamkannya keramba berisi Sang Raja sangat terperanjat. Mereka mendapati Sang Raja mati mengapung di dalam keramba. Mereka segera membawa mayat Sang Raja dan menghadapkannya pada si Yatim.
“Aku rasa Sang Raja salah mengambil jalan menuju surga,” kata si Yatim. “Jika tidak, Sang Raja tentu ingin berkuasa di surga. Jelas, para prajurit surga tidak akan membiarkan raja asing bertakhta di surga. Sang Raja meninggal karena diserang prajurit-prajurit surga itu.”
Si Yatim lantas memerintahkan menguburkan jenazah Sang Raja. Seusai penguburan, si Yatim melamar putri Sang Raja. Putri Sang Raja yang sesungguhnya telah lama memendam rasa cintanya pada si Yatim tentu saja menyatakan kesediaannya. Mereka pun menikah dan pesta pernikahan mereka dilangsungkan secara besar- besaran selama tujuh hari tujuh malam.
Rakyat dan segenap prajurit menunjuk si Yatim menjadi raja baru pengganti Sang Raja. Mereka telah merasakan ketenangan dan kedamaian selama dalam pemerintahan si Yatim yang hanya beberapa hari saja selama menunggu Sang Raja kembali dari surga.
Si Yatim pun berkuasa di kerajaan itu. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Kecakapan dan kecerdikannya digunakannya untuk menyejahterakan kehidupan rakyat. Rakyat pun hidup aman, damai, dan sejahtera dalam pemerintahan si Yatim.
Pesan moral dari kumpulan cerita anak dongeng nusantara : si yatim adalah kesewenang-wenangan hanya akan merugikan diri sendiri dan akan dapat dikalahkan kebenaran di kemudian hari. Selain itu. gunakan akal sehat dan kecerdikan ketika menghadapi sesuatu masalah.
2. Kumpulan Cerita Anak Dongeng Nusantara : Asal Mula Nama Bengkulu
Pada jaman dahulu hiduplah seorang pangeran bernama Anak Dalam Muara Bengkulu. Ia putra Ratu Agung yang bertakhta di Kerajaan Serut. Ia mempunyai enam saudara. Adik bungsunya seorang perempuan bernama Putri Gading Cempaka.
Ketika Ratu Agung wafat, Anak Dalam Muara Bengkulu dinobatkan menjadi raja Serut yang baru. Anak Dalam Muara Bengkulu memerintah dengan adil dan bijaksana melanjutkan keadilan dan kebijaksanaan yang diterapkan ayahandanya. Rakyat Kerajaan Serut pun hidup dalam kedamaian, ketenangan, dan kesejahteraan. Perdagangan Kerajaan Serut maju pesat. Hasil hutan dan perkebunan Kerajaan Serut banyak dibeli para pedagang yang di antaranya berasal dari negeri- negeri yang jauh dari Kerajaan Serut.
Putri Gading Cempaka tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik wajahnya. Amat elok pula perangainya. Tidak sedikit lelaki yang mengidam-idamkan dapat hidup bersanding dengan adik bungsu Raja Anak Dalam Muara Bengkulu itu.
Syandan, kecantikan Putri Gading Cempaka diketahui oleh seorang pangeran dari Kerajaan Aceh. Sang pangeran yang terpikat segera mengutus utusan untuk datang ke Kerajaan Serut guna meminang Putri Cempaka Gading. Namun, pinangan itu ditolak Raja Anak Dalam Muara Bengkulu dengan halus.
Penolakan itu membuat Putra Raja Aceh menjadi berang. Segenap kekuatan Kerajaan Aceh segera disiagakan. Dengan menaiki kapal-kapal perang, berangkatlah kekuatan Kerajaan Aceh untuk menyerang Kerajaan Serut.
Raja Anak Dalam Muara Bengkulu mengetahui rencana serangan itu. Ia juga merasa kekuatan Kerajaan Aceh sangat kuat, perlu baginya menerapkan siasat khusus untuk menghadapinya.
“Untuk menghambat laju gerakan dan juga mencegah kapal-kapal Kerajaan Aceh itu mendarat di wilayah Serut, maka hanyutkan batang-batang kayu di hulu sungai!” perintah Raja Anak Dalam Muara Bengkulu.
Para prajurit Kerajaan Serut pun bersiaga. Mereka menebang pepohonan dan menyiapkan batang-batang kayu di pinggirsungai di bagian hulu.
Balatentara Kerajaan Aceh akhirnya tiba. Kapal-kapal perang mereka melewati sungai siap menggempur Kerajaan Serut. Seketika dirasa telah tiba waktunya, Raja Anak Dalam Muara Bengkulu Iantas memerintahkan penghanyutan batang¬batang kayu dari hulu. Para prajurit dan juga penduduk bahu-membahu menghanyutkan batang-batang kayu itu untuk menghambat laju gerakan balatentara Kerajaan Aceh.
Para prajurit Kerajaan Aceh terperanjat ketika melihat banyaknya batang-batang kayu yang hanyut di sungai dari arah hulu. Mereka bekerja keras untuk menghindarkan kapal yang mereka naiki terkena batang-batang kayu. Namun demikian, tak urung kapal-kapal perang mereka terkena batang-batang kayu itu dan laju pergerakan mereka menuju pusat Kerajaan Seru menjadi terhambat. Mendapati kenyataan itu beberapa prajurit Aceh berseru, “Empang ka hulu! Empang ka hulu!”
Panglima Perang Kerajaan Aceh terus rnenyerukan agar menghindari dan menyingkirkan batang-batang kayu yang hanyut itu. Berkat kerja keras mereka, kapal- kapal mereka akhirnya dapat melaju dan mendarat di sebuah kaki bukit. Seketika mendarat, para prajurit Aceh itu berlompatan ke daratan.
Para prajurit Serut yang telah menunggu segera menyerbu. Maka, peperangan yang dahsyat segera terjadi di bukit itu. Kedua belah pihak berperang dengan gigih. Korban-korban mulai berjatuhan dari kedua belah pihak. Namun hingga perang berlangsung beberapa saat, belum juga terlihat kekuatan mana yang lebih unggul. Tampaknya kedua kekuatan terlihat seimbang.
Tak terperikan kesedihan Raja Anak Dalam Muara Bengkulu mendapati banyaknya korban yang berjatuhan. Ia seperti tak bisa lagi menyaksikan pertumpahan darah itu. Dengan diiringi enam adiknya, kerabat kerajaan, dan juga beberapa pengikutnya yang setia, Raja Anak Dalam Muara Bengkulu bergegas menyingkir menuju Gunung Bungkuk. Mereka bertahan di tempat itu.
Perang akhirnya berhenti tanpa ada yang menang maupun kalah. Kedua kekuatan sepakat berdamai. Namun demikian Raja Anak Dalam Muara Bengkulu beserta seluruh pengikutnya tetap berada di Gunung Bungkuk.
Nama wilayah Kerajaan Serut kemudian berubah penyebutan namanya. Dari teriakan para prajurit Aceh, Empang ka hulu, nama wilayah tersebut berubah menjadi Pangkahulu. Dalam sebutan penduduk, kata Pangkahulu itu berubah kemudian menjadi Bangkahulu dan akhirnya menjadi Bengkulu.
Pesan moral dari kumpulan cerita anak dongeng nusantara : asal mula nama bengkulu adalah perselisihan, perkelahian dan juga peperangan hanya akan merugikan kedua belah pihak yang terlibat didalamnya. tidak ada kemenangan sejati dalam peperangan. namun kehancuran pasti akan dirasakan baik pihak yang kalah ataupun yang menang.