Kisah Pangeran Keledai (Cerita Rakyat Jerman Koleksi Brothers Grimm)

Kembali di hari ini kami memposting salah satu cerita rakyat Jerman koleksi dari Grimm bersaudara.

Dongeng Jerman ini sebenarnya agak mirip dengan beberapa dongeng lainnya, baik salah satu dongeng nusantara maupun dengan dongeng dunia lainnya.

Baca kisah ini sampai selesai dan adik-adik pasti akan menemukan persamaanya. Selamat membaca.

Kisah Pangeran Keledai (Cerita Rakyat Jerman Koleksi Brothers Grimm Terbaik)

Kisah Pangeran Keledai Cerita Rakyat Jerman Koleksi Brothers Grimm
Kisah Pangeran Keledai Cerita Rakyat Jerman Koleksi Brothers Grimm

Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang Raja dan Ratu, yang memerintah di sebuah kerajaan makmur, dan memiliki hampir semua yang mereka inginkan.

Tetapi ada satu hal yang mereka inginkan namun belum mereka miliki.

Mereka tidak memiliki anak.

Sang Ratu meratapi keadaan ini siang dan malam, dia selalu berkata, “Aku seperti ladang di mana tidak ada yang tumbuh.”

Akhirnya Tuhan mengabulkan keinginannya.

Sang Ratu mengandung.

Namun sayangnya dia bukan melahirkan bayi manusia, melainkan seekor keledai kecil yang lucu.

Ketika sang Ratu melihat itu, dia sangat bersedih, ratapan dan jeritannya menyayat hati; dia bahkan berkata bahwa dia lebih suka tidak memiliki anak sama sekali daripada memiliki anak seekor keledai.

Sang Ratu bahkan sempat berpikir untuk membuang bayi keledainya kedalam sungai karena malu.

Tetapi Raja berpendapat lain, dia berkata, “Tidak, karena Tuhan telah mengirimnya untuk kita, dia akan menjadi putra dan pewarisku, dan setelah kematianku, dia akan duduk di takhta kerajaan, dan menjadi seorang raja.”

Oleh karena itu, si keledai dibesarkan dan didik dengan baik layaknya seorang pangeran.

Dia tumbuh sehat, pintar dan ceria.

Kulitnya bersih dan berkilauan tidak seperti keledai lain.

Keanehan lainnya pangeran keledai bisa berbicara layaknya manusia.

Si keledai sangat suka dengan musik, sehingga dia pergi ke seorang musisi terkenal dan berkata, “Ajari saya mengenai musik, agar saya dapat memainkan kecapi sebaik Anda. ”

“Ah, tuan kecil yang terkasih,” jawab si musisi, “itu akan sangat sulit bagi Anda, jari-jari Anda pasti tidak cocok untuk itu, dan terlalu besar. Saya khawatir senar itu tidak akan bertahan lama. “

Namun si keledai tidak mau menyerah, dia bertekad untuk bisa memainkan kecapi lebih dari seniman terbaik yang pernah ada.

Usaha memang tidak akan menghianati hasil, akhirnya pangeran keledai bisa memainkan kecapi sangat baik seperti gurunya sendiri.

Pada suatu hari pangeran keledai melihat kedalam sumur, saat itulah dia menyadari bentuknya yang tidak menyerupai manusia.

Dia mulai berpikir bagaimana perasaan orangtuanya memiliki putra berbentuk keledai.

Pada saat itulah dia memutuskan pergi kedunia luar kerajaannya untuk berpetualang.

Perjalanan panjang membawanya kesebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang Raja yang bijaksana.

Raja itu memiliki seorang putri yang sangat cantik.

Pangeran Keledai berkata dalam hati, “Di sini aku akan tinggal sementara,”

Dia mengetuk pintu gerbang, dan berteriak, “Seorang musisi datang dari kerajaan yang jauh, perbolehkan saya masuk.”

Namun, karena gerbang tidak dibuka, dia duduk, mengambil kecapi dan memainkannya dengan kedua kaki depannya.

Terdengar suara alunan kecapi indah, yang menghibur semua orang yang mendengarnya.

Kemudian penjaga pintu membuka matanya dengan sangat lebar, dan berlari ke arah Raja dan berkata, “Di luar dekat gerbang duduk seekor keledai muda yang memainkan kecapi degan sangat indah!”

“Kalau begitu biarkan musisi itu datang kepadaku,” kata Raja.

Namun, ketika seekor keledai yang masuk, semua orang mulai menertawakan pemain kecapi itu.

Dan sekarang keledai itu harus duduk dan makan bersama para pelayan.

Dia, bagaimanapun, tidak mau, dan berkata, “Saya bukan keledai biasa, saya seorang pangeran.”

Kemudian mereka berkata, “Jika itu yang engkau inginkan, duduklah bersama para prajurit.”

“Tidak,” katanya, “Aku akan duduk di samping Raja.”

Raja tersenyum, dan berkata dengan penuh humor, “Ya, itu akan menjadi seperti yang kau inginkan, keledai kecil, datanglah ke sini duduk disampingku.” Kemudian dia bertanya, “Keledai kecil, bagaimana menurutmu putriku?”

Keledai itu menoleh ke putri raja, menatapnya, mengangguk dan berkata, “Aku sangat menyukainya, aku belum pernah melihat wanita secantik dia.”

“Baiklah, kalau begitu, kau juga harus duduk di sebelahnya,” kata Raja.

“Itulah yang saya inginkan,” kata pangeran keledai, dan dia kemudian berpindah dan duduk diantara Raja dan Putri.

Dia menempatkan dirinya dengan sangat baik, makan dan minum, dan tahu bagaimana berperilaku sopan sesuai adat istana.

Ketika binatang yang mulia itu tinggal lama di istana Raja, dia berpikir, “Apa gunanya semua ini bagiku? aku memiliki semuanya di kerajaanku?”

Dia merasa sedih dan akhirnya pergi ke Raja dan meminta ijin untuk pergi meninggalkan kerajaan.

Tetapi Raja telah menyayanginya, dan berkata, “Keledai kecil, apa yang membuatmu sedih? Kamu terlihat sangat murung, aku akan memberikan apa yang kamu inginkan. Apakah kamu ingin emas? ”

“Tidak,” kata keledai itu, dan menggelengkan kepalanya.

“Apakah kamu ingin perhiasan dan pakaian mewah?”

“Tidak.”

“Apakah engkau menginginkan setengah kerajaanku?”

“Tidak.”

Kemudian raja berkata, “Aku tahu apa yang akan membuatmu bahagia. Maukah kamu menikah dengan putri cantik saya? ”

“Ah, ya,” kata keledai itu, “Dengan segala hormat sri baginda,” dan seketika itu juga pangeran keledai menjadi sangat ceria dan penuh kebahagiaan, karena memang itulah yang dia harapkan.

Maka terjadilah pernikahan yang megah dan mewah.

Di malam hari, ketika pengantin dibawa ke kamar tidur mereka, Raja ingin tahu apakah keledai itu akan berperilaku baik, dan memerintahkan seorang pelayan untuk bersembunyi di sana.

Ketika mereka berdua di dalam, pangeran keledai mengunci pintu, melihat sekeliling, dan karena dia percaya bahwa mereka hanya berdua, dia tiba-tiba membuang kulit keledainya, dan berdiri di sana dalam bentuk seorang pangeran kerajaan yang tampan.

“Sekarang,” katanya, “kamu lihat siapa aku, dan lihat juga bahwa apakah aku layak untukmu.”

Kemudian putri raja menjadi sangat bahagia, memeluk dan menciumnya, dan sangat mencintainya.

Ketika pagi tiba, pangeran keledai melompat, memasang kembali kulit binatangnya.

Dan tidak akan ada yang bisa menebak wujud pangeran tampan yang tersembunyi di dalamnya.

Beberapa saat kemudian datang Raja, “Ah,” teriaknya, “apakah keledai kecil itu gembira? Tapi tentunya kamu sedih? ” katanya kepada putrinya, “bahwa kamu tidak memiliki pria yang tepat untuk suamimu?”

“Oh, tidak, ayah tersayang, aku mencintainya seperti halnya jika dia yang paling tampan di dunia, dan aku akan menjaganya selama aku hidup.”

Raja terkejut, tapi pelayan yang menyembunyikan dirinya datang dan menceitakan segalanya pada Raja.

Raja berkata, “Itu tidak mungkin benar.”

“Coba lah sri baginda lihat sendiri dimalam nanti. Jika hal itu terjadi lagi, ambil dan bakarlah kulit keledainya dan dia akan menjadi pangeran tampan selamanya.”

“Nasihatmu bagus,” kata Raja, dan pada malam hari ketika mereka tertidur, dia menyelinap masuk, dan ketika dia sampai di tempat tidur dia melihat dengan cahaya bulan seorang pemuda gagah terbaring di sana.

Di lantai tergeletak kulit keledai. Jadi raja mengambilnya, dan menyalakan api besar di luar, dan melemparkan kulit itu ke dalamnya.

Dia menunggu sampai semuanya terbakar menjadi abu.

Namun, karena dia sangat ingin tahu apa yang akan terjadi, dia kembali mengendap masuk kedalam kamar putrinya dan tetap terjaga sepanjang malam untuk mengawasi.

Ketika pemuda itu bangun pada cahaya pertama di pagi hari, dan ingin memakai kulit keledainya.

Dia sangat panik karena tidak menemukan kulit keledainya.

Dengan penuh kesedihan dan kecemasan, berkata, “Sekarang saya harus pergi.” Dia merasa malu karena khawatir dianggap telah menipu Raja.

Tetapi ketika dia akan pergi, di sana berdiri Raja, yang berkata, “Anakku, ke mana kau akan pergi dengan terburu-buru? apa yang kamu pikirkan? Tinggallah di sini, engkau adalah suami dari putriku, engkau tidak akan pergi dariku. Sekarang aku akan memberikan kepadamu setengah kerajaanku, dan setelah kematianku kamu akan memiliki seluruhnya. “

Dan rajapun memberinya setengah kerajaan, dan dalam waktu satu tahun, ketika dia meninggal, pemuda itu memiliki seluruh kerajaan, dan setelah kematian ayahnya dia memiliki kerajaan lain juga, dan hidup dalam segala kebahagiaan.

Baca juga cerita rakyat Jerman terbaik lainnya yaitu:

Sumber : https://www.pitt.edu/~dash/grimm144.html