Adik-adik, setiap anak pasti terlahir dari seorang ayah dan ibu. Betul, tidak? Kalau tidak percaya, lihatlah ke sekeliling kalian! Teman-teman kalian pasti memiliki ayah dan ibu, bukan?
Jangankan manusia seperti kita, binatang seperti kelinci, domba, dan lainnya pun memiliki ayah dan ibu.
Tapi, tahukah kalian? Ternyata ada manusia yang lahir tanpa ayah dan ibu. Ya, mereka lahir secara ajaib atas kehendak Allah SWT. Mereka tercipta melalui suatu proses yang berbeda dengan manusia sekarang ini. Wah, siapakah mereka?
Benar sekali! Mereka adalah Adam dan Hawa. Adam adalah manusia pertama, sekaligus nabi pertama. Sedangkan Hawa adalah istri Adam. Jadi, Adam dan Hawa adalah nenek moyang dari miliaran manusia yang ada di bumi ini.
Yuk, kita ikuti bagaimana asal muasal terciptanya Adam dan Hawa.
Kisah Nabi Adam untuk Anak
1. Nabi Adam Diciptakan dari Tanah Lumpur
Pada masanya, bumi yang kita tinggali sekarang ini tak berpenghuni sama sekali. Tak ada seorang pun yang hidup di planet ini. Mengapa? Karena kala itu, Allah SWT belum menciptakan manusia.
Saat itu, semua makhluk masih hidup di surga. Di surga pun hanya ada malaikat dan iblis. Malaikat diciptakan Allah SWT dari cahaya (nur), sedangkan iblis diciptakan dari api.
Hingga kemudian, Allah SWT berencana menciptakan manusia. Allah SWT mengumumkan rencana-Nya tersebut. Namun, para malaikat merasa keberatan dan memohon kepada Allah agar membatalkan rencana-Nya itu.
Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’
Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’
Allah berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)
Para malaikat pun tak kuasa menentang dan mencegah Allah SWT. Mereka patuh sepenuhnya pada kehendak Allah SWT. Allah SWT kemudian menciptakan manusia pertama dari tanah lumpur hitam.
Allah SWT berfirman, “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (Q.S. Al-Hijr [15]: 26)
Setelah wujud Adam sempurna, Allah SWT meniupkan roh kepadanya.
Allah SWT berfirman, “Kun fayakun!” (Jadilah, maka jadi!)
Adam Manusia Pertama
Adam pun menjadi manusia pertama yang diciptakan Allah SWT. Adam lalu tinggal di surga bersama para malaikat dan iblis.
Di surga itu, Adam diajari oleh Allah SWT tentang nama-nama yang luar biasa banyak. Adam diberi kedudukan yang tinggi dan mulia oleh Allah SWT.
Manusia pertama ini bahkan menjadi guru bagi para malaikat. Adam mengajari para malaikat tentang ilmu yang ia kuasai.
“Dia (Allah) berfirman, ‘Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!’ Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, ‘Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?”‘ (QS. Al-Baqarah [2]: 33)
Adam pun diizinkan untuk menikmati seluruh kemewahan di surga sepuasnya. Tapi, meskipun Adam tinggal di surga dengan kenikmatan dan kemewahan yang berlimpah, Adam merasa masih ada yang kurang.
Adam merasa kesepian. Itu karena ia sendirian di surga, tanpa ada manusia lainnya. Adam pun tak punya teman yang bisa diajak mengobrol.
“Aduhai, sekiranya ada orang yang bisa aku ajak berbincang dan bercerita,” gumam Adam sambil melamun.
Ia membayangkan ada manusia lain di sampingnya.
Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Tahu tentu mengetahui kegelisahan dan kesepian yang dirasakan oleh Adam. Allah SWT pun berencana memenuhi keinginan Adam. Allah SWT akan menciptakan teman untuk Adam, yang bisa berbincang-bincang dengan Adam dan menemani hari-hari Adam di surga.
Hawa Tercipta dari Rusuk Adam
Pada suatu kesempatan, ketika Adam tengah tidur dengan sangat pulas, Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril untuk mencabut tulang rusuk Adam. Malaikat Jibril pun segera melaksanakan perintah Allah SWT.
Dengan hati-hati, Jibril mendekat ke Adam. Dalam sekali gerakan, Jibril berhasil mencabut salah satu tulang rusuk Adam. Meskipun cukup keras Jibril mencabutnya, tapi Adam sama sekali tak terbangun dan masih, terlelap tidur.
Jibril lalu menyerahkan tulang rusuk Adam kepada Allah SWT. Allah kemudian berfirman, “Kun fayakun!”
Atas kehendak-Nya, dalam sekejap tercipta seorang wanita yang sangat cantik. Wanita itu adalah Hawa. Selain cantik secara fisik, Hawa juga memiliki sifat-sifat yang sangat terpuji.
Kecantikan Hawa inilah yang kelak diwarisi oleh wanita-wanita keturunannya.
Ketika Adam terbangun dari tidurnya dan melihat Hawa, Adam kaget sekaligus senang. Alangkah bahagianya Adam karena kini ada manusia lain di surga. Adam pun bersujud. Ia bersyukur memuji kebesaran dan kemurahan Allah SWT terhadap dirinya.
Adam memandang Hawa lekat-lekat. Ia masih tak percaya jika kini ada seorang wanita di dekatnya. Adam pun mendekati Hawa.
“Kamu siapa?” tanya Adam kepada Hawa.
“Aku Hawa,” jawab satu-satunya wanita di surga itu.
Adam merasa tak puas dengan jawaban Hawa. Adam pun bertanya lagi.
“Kamu berasal dari mana? Lalu kamu sebenarnya diciptakan untuk siapa atau untuk tujuan apa?”
Hawa pun menjawab pertanyaan Adam dengan suaranya yang lembut dan merdu, “Aku berasal dari tulang rusukmu dan aku diciptakan untukmu.”
Mata Adam berbinar-binar. Ia bahagia mendengar jawaban Hawa yang jelas itu. Tak sedikit pun ada keraguan dari Hawa bahwa ia memang tercipta untuk Adam.
Adam kembali bersujud, memuji kemurahan dan keagungan Allah SWT.
Adam dan Hawa Menikah
Hawa tidak hanya ditakdirkan sebagai teman Adam, tapi ia juga menjadi pasangan hidup Adam. Allah SWT kemudian memerintahkan Adam dan Hawa untuk menikah.
Dengan disaksikan oleh para malaikat, kedua manusia itu melangsungkan pernikahan di surga. Pernikahan tersebut adalah pernikahan pertama dalam sejarah umat manusia.
“Dan Kami berfirman, ‘Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!”‘ (Q.S. Al-Bacgarah [2]: 35)
Setelah pelaksanaan pernikahan itu, Adam merasa sangat bahagia. Ia tak lagi kesepian. Kini ada Hawa yang selalu mendampinginya, berada di sisinya setiap waktu.
Mereka berdua pun berjalan-jalan menikmati segala keindahan, kemewahan, dan kenikmatan surga. Tak lupa, mereka bersyukur kepada Allah SWT.
Allah SWT memang mengizinkan mereka untuk menikmati apa pun yang ada di surga, kecuali satu, yaitu buah pohon khuldi.
Adam dan Hawa Turun ke Bumi, Terusir dari Surga
Sebelumnya, iblis telah dikutuk oleh Allah SWT karena menolak tunduk dan bersujud kepada Adam. Iblis pun bertekad untuk menghasut Adam.
“Aku harus bisa menjerumuskan Adam pada perbuatan dosa. Perbuatan yang bisa membuat Allah SWT murka kepadanya,” pikir iblis.
Iblis pun merencanakan segala tipu dayanya. Oleh Allah SWT, iblis memang diizinkan untuk menjerumuskan Adam dan anak keturunannya.
“Hai Adam, kemarilah! Lihatlah buah pohon ini,” ucap iblis sambil menunjuk pohon khuldi yang sedang berbuah lebat dan ranum.
“Semua yang ada di surga ini sudah pernah kamu cicipi dan rasakan, kecuali buah pohon ini. Apakah kamu tidak tertarik sama sekali? Amatilah, buah ini terlihat begitu lezat!” rayu iblis.
“Allah SWT melarang kami berdua memakan buah itu,” jawab Adam. “Jangankan menikmatinya, mendekatinya pun kami tak diperbolehkan.”
Iblis tak putus asa. Ia terus mengerahkan segala tipu dayanya untuk mengelabui Adam dan Hawa. Iblis kemudian bersumpah dengan nama Allah bahwa sebenarnya dia adalah penasihat yang baik untuk mereka berdua.
“Apa untungnya aku menipu kalian berdua? Aku hanya ingin memberi tahu kalian sebuah rahasia kecil. Tahukah kalian, bahwa sebenarnya buah itu dapat membuat kalian tinggal abadi di surga ini? Itu jika kalian berani memakannya. Demi Allah, itulah kenyataan sebenarnya yang aku tahu,” kata iblis.
Mendengar iblis bersumpah dengan nama Allah, Adam dan Hawa pun akhirnya percaya. Mereka kemudian memakan buah terlarang tersebut. Mereka tak sadar jika mereka telah terperangkap tipu daya iblis.
“Ya, Allah, ampunilah kami!” kata keduanya setelah mereka sadar bahwa mereka ditipu oleh iblis.
“Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”‘ (Q; S. Al A’raaf [7]: 23)
Allah SWT mengampuni kesalahan mereka berdua. Tapi, Adam dan Hawa harus meninggalkan surga dan hidup di bumi. Ya, tempat yang baru dan sangat asing bagi mereka. Tapi, begitulah takdir yang telah ditetapkan Allah SWT. Adam dan Hawa menjadi wakil (khalifah) Allah di muka bumi.
Mulanya, Adam dan Hawa turun di berbeda tempat. Tapi, kemudian mereka dipertemukan oleh Allah SWT di Padang Arafah. Dari keduanya, lahirlah anak-anak manusia yang kini tersebar luas dan memenuhi setiap sudut dunia.
Hikmah dari Cerita Nabi Adam dan Siti Hawa adalah
- Jalankan perintah Allah dan jauhi larangannya. Allah maha tahu apa yang terbaik untuk kita.
- Allah itu Maha Pencipta. Dia menciptakan sesuatu dari ketiadaan dalam sekejap. Tinggal mengucap “kun fayakun” Jadilah, maka jadi!
Referensi