Dongeng Pendek untuk Anak TK, PAUD, SD untuk Membangun Karakter

Banyak sekali dongeng pendek untuk anak baik untuk usia Taman Kanak-Kanak (TK), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) maupun Sekolah Dasar (SD). Kami sisipkan pesan oral didalamnya agar semua cerita anak yang ada di blog ini dapat dijadikan media untuk membangun karakter anak.

Kumpulan Dongeng Pendek untuk Anak terbaik dengan Pesan Moral

Dongeng Pendek untuk Anak : Legenda Sungai Kawat

Seorang nelayan sedang memancing ikan di sungai. Sudah lama ia menunggu di atas perahu, tapi tidak ada satu pun ikan yang mau memakan umpannya.

“Ke mana ikan-ikan ini? Mengapa tak ada satu pun ikan yang mau memakan umpanku,” ucap Nelayan.

Nelayan merasa sangat bingung. Jika hari ini ia tak mendapatkan ikan, bisa-bisa keluarganya tak makan.

Ya, ia mendapatkan uang hanya dari memancing ikan.

Nelayan tetap sabar menunggu. Tak terasa, hari sudah beranjak petang. Nelayan harus pulang. Nelayan pun menarik kailnya dari sungai. Olala, ada sesuatu yang berat saat Nelayan menarik pancingnya.

“Wah, mungkinkah ini ikan yang sangat besar?” tebak Nelayan.

Dengan susah payah, Nelayan menarik pancingnya itu. Ternyata kawat emas yang terjerat di pancingnya. Kawat itu sangat panjang, dan seolah tak ada ujungnya.

“Jika aku dapat mengambil semua kawat ini, aku bisa menjadi kaya,” ucap Nelayan sambil terus menarik kawat emas

Tiba-tiba, terdengar suara yang entah dari mana asalnya.

Cerita Rakyat Kalimantan Barat Asal Usul Sungai Kawat

“Nelayan, sudah cukup, kawat emas yang kamu ambil sudah cukup untuk kebutuhanmu, dan akan membuatmu menjadi orang kaya. Potonglah kawat itu sekarang!” perintah suara itu.

Namun, Nelayan tidak mengindahkan perintah itu. Ia ingin mendapatkan kawat emas yang panjang.

“Aku tak mungkin melepaskan kawat emas ini. Kawat emas ini milikku,” ucap Nelayan.

Ah, Nelayan sudah tak bisa berpikir jernih. Yang ia pikirkan hanya membawa pulang semua kawat emas itu.

“Potonglah kawat itu!” kembali terdengar peringatan.

“Tidak akan!” hardik Nelayan, menolak perintah suara misterius.

Tiba-tiba, kawat emas yang ditariknya menjadi berat. Lama-kelamaan, kawat emas itu menarik Nelayan ke dalam sungai. Nelayan pun berusaha menarik kawat itu kembali.

Sayang, tarikan kawat emas itu semakin kuat. Alhasil, kawat emas, Nelayan, dan perahunya terbawa ke dalam sungai. Nelayan itu pun tenggelam.

Pesan moral dari Dongeng Pendek untuk Anak adalah selalu bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan kepada kita. Ingat, jangan serakah.

Baca cerita rakyat pendek lainnya:

Cerita Rakyat Pendek : Saat yang tak tepat

Suatu sore, seorang anak laki-laki tampak tengah bermain di pinggir sungai yang dalam. Ia bermain seorang diri.

Namun, tiba-tiba … Byuur!

Anak laki-laki itu terjatuh ke sungai. Olala, anak laki-laki itu tak bisa berenang. Ia pun hampir tenggelam. Beruntung, ada kayu bekas pohon roboh yang hanyut terbawa arus. Tanpa membuang waktu, anak laki-laki itu meraih pohon itu, dan naik ke atasnya.

Untunglah, saat itu kakaknya melintas di tepi sungai.

Anak laki-laki itu pun langsung memanggil kakaknya.

“Kakak, tolong aku!” teriak anak laki-laki  itu.

Tanpa membuang waktu, kakaknya pun menyelam untuk menolong adiknya. Dengan cekatan, sang kakak membawa anak laki-laki itu ke tepi sungai.

Tiba-tiba, anak laki-laki itu teringat sesuatu. Kakaknya sangat suka menasihati. Pasti ia akan mendapat nasihat selama perjalanan pulang.

“Kenapa main di sungai? Kamu tahu, kan, kamu tidak bisa berenang,” ucap sang kakak.

Benar saja, ia mulai menasihati adiknya ketika berjalan pulang.

Anak laki-laki itu hanya mendengarkan ucapan kakaknya.

“Kalau kamu ingin bermain di sungai, sebaiknya jangan sendirian. Lihatlah, seperti ini jadinya,” sambung sang kakak.

“Kalaupun mau bermain di sungai sendirian, setidaknya belajar berenang terlebih dahulu,” sang kakak terus saja menasihati adiknya.

Sementara sang adik, tidak terlalu mendengarkan nasihat kakaknya. Badannya menggigil kedinginan, akibat tercebur ke sungai tadi.

“Coba bayangkan. Jika aku tak datang, apa yang akan terjadi denganmu?” lanjut sang kakak.

“Sudahlah, Kak. Aku tahu, aku salah. Tapi, setidaknya pinjami aku jaketmu. Badanku menggigil kedinginan,” ucap sang adik.

Mendengar ucapan sang adik, sang kakak merasa malu. Ah, ia menasihati adiknya di waktu yang tidak tepat. Ia bahkan sampai melupakan hal yang terpenting, yaitu menjaga agar adiknya tidak kedinginan.

“Ini, pakailah,” kata sang kakak seraya mernberikan jaket yang dipakainya.

“Terima kasih, Kak,” balas sang adik. Mereka berdua pun kembali berjalan bersama menuju rumah mereka.

Pesan moral dari contoh cerita bergambar ini adalah kita boleh menasihati adik atau teman kita. Tapi, lihat waktu dan tempat, ya. Lihatlah situasi dan kondisi, agar tidak ada yang tersinggung.

Baca juga :