Dongeng hewan tentang kesombongan Burung Kasuari menjadi cerita sebelum tidur untuk adik-adik pada malam hari ini. Kisah ini sangat sederhana dan mudah dimengerti sehingga cocok diceritakan untuk adik-adik yang berumur dibawah lima tahun. Bagi adik-adik yang sudah masuk kelas sekolah dasar dan sekolah menengah bisa membaca Dongeng Indonesia Pendek Dari Papua. Selamat membaca.
Cerita Dongeng Hewan dari Papua
Kumpulan Dongeng Hewan Dari Papua
Burung kasuari yang bertubuh besar dan bersayap lebar dan kuat itu benar-benar sombong. Ia memang mampu terbang tinggi, memetik buah-buahan yang telah masak lalu menyembunyikannya di bawah sayap. Saking rakusnya, ia menyembunyikan banyak sekali buah-buahan, sehingga burung-burung yang lain tidak kebagian. Itulah sebabnya, tak seekor burung pun mau berteman dengannya. Dan ia tak peduli, baginya mereka tak sederajat dengannya. Dia merasa sudah menjadi takdirnya menjadi burung terbaik di hutan.
Semakin lama, kesombongan burung kasuari semakin menjadi-jadi. Tak hanya buah-buahan di atas pohon yang diambilnya, buah-buahan yang jatuh ke tanah pun tak luput dari incarannya.
Sikapnya itu membuat burung-burung yang lain menjadi jengkel.
“Kita harus menghentikan kesombongannya. Kita harus mencari akal untuk membuatnya kapok,” kata si mungil burung pipit.
“Ya, aku setuju. Jika kita berdiam diri saja, bisa-bisa kita semua mati kelaparan,” jawab burung kenari berapi-api.
Setelah berembuk, mereka sepakat untuk melawan burung kasuari dengan kecerdikan, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Tiba-tiba, “Bagaimana jika lomba terbang? Siapa yang terbangnya paling tinggi dan paling jauh, akan jadi pemenangnya,” celutuk burung dara.
Suasana menjadi riuh, “Siapa yang bisa menandinginya? Kita tak akan menang,” jawab burung pipit pesimis.
Burung dara tersenyum, “Ingat, kita harus menggunakan akal. Percayakan semuanya padaku, aku akan melawannya dalam perlombaan ini.”
Semua yang hadir saling berpandangan. Mungkinkah burung dara yang bertubuh kecil mampu menandingi burung kasuari yang besar? Semua burung merasa ragu dengan ucapan burung dara. Namun demikian kelihatannya burung dara cukup percaya diri, ia yakin akan menang.
“Hahaha… Lomba terbang? Boleh… boleh…. Omong-omong, siapa lawanku?” tanya burung kasuari sambil tertawa geli pada burung pipit yang menyampaikan berita tersebut.
“Ah, aku tak peduli siapa lawanku. Siapkan saja burung terbaik, aku yakin aku tak akan terkalahkan,” katanya lagi.
Burung pipit bergegas meninggalkannya setelah menjelaskan tata cara dan tempat perlombaan.
Tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Semua burung telah hadir. Burung kasuari dengan pongah menantikan lawannya. Sebenarnya hati kecilnya penasaran, siapa kira-kira burung yang berani menantangnya. Begitu ia melihat burung dara maju dan menantangnya, tawa burung kasuari mele- dak sekeras-kerasnya.
“Hoahaha… kau bermimpi, ya? Aduh, sebaiknya kau menyerah saja daripada malu,” ejeknya.Tapi burung dara tak perduli, ia terus mendekati burung kasuari sambil berkata, “Kau boleh tertawa sekarang, tapi lihat saja nanti siapa yang tertawa belakangan.”
Sebelum pertandingan dimulai, burung pipit membacakan peraturan pertandingan. “Pertandingan ini ada syaratnya. Setiap peserta boleh mematahkan satu sayap Iawannya.”
Meski merasa aneh, burung kasuari menerima syarat itu. Ia optimis akan menang dengan sangat mudah. Walaupun yakin akan menang, burung Kasuari tetap berniat untuk mematahkan burung dara. Dia ingin memberi pelajaran pada burung dara dan burung lainnya agar tidak berani melawannya.
Sementara itu, burung dara menyelipkan sebuah ranting ke balik sayapnya. Ya, memang ia yang mengusulkan syarat pertandingan itu. Karena menurutnya, burung kasuari tak akan mampu terbang cepat dan tinggi dengan satu sayap saja.
Burung kasuari mendekati burung dara untuk mematahkan satu sayapnya. Kreekkkk… terdengar suara patahan.
Burung kasuari mengira ia telah mematahkan sayap burung dara, padahal itu adalah suara ranting. Sekarang, giliran burung dara yang mematahkan sayap burung kasuari, “KREKKK” bunyinya keras sekali. Burung kasuari menjerit kesakitan, tapi ia segera sadar bahwa ia tak boleh lemah di hadapan lawan-lawannya. Meski sayapnya tampak lemas, ia tetap yakin akan memenangkan pertandingan itu.
“Satu… dua… tiga… priiittttlllllt,” teriak burung pipit lalu membunyikan peluitnya.
Burung kasuari mencoba untuk terbang. Ia mengepak-kepakkan sayapnya, tapi gagal. Sedangkan burung dara dengan mudah melesat dan dengan lincah ia mengepak-kepakkan sayapnya ke langit biru.
Burung kasuari panik, ia heran bagaimana mungkin burung dara bisa terbang seperti itu. “Aku tak boleh kalah, aku harus mengalahkannya,” katanya dalam hati. Burung kasuari terus mencoba. Namun semakin ia mencoba, semakin sering pula tubuhnya jatuh ke tanah. Terbangnya tidak seimbang sehingga tubuhnya sering menabrak pepohonan.
Semua burung yang hadir menertawakannya, “Bagaimana rasanya menjadi makhluk yang lemah?” tanya burung kenari.
Burung kasuari tidak menjawab. Sadarlah ia, rupanya begini rasanya jika diejek. Padahal selama ini ia sering sekali melakukannya.
Berkat peristiwa itu, burung kasuari menyadari dan mengubah perilakunya. Lagi pula ia sudah tak bisa terbang dan harus mencari makan di tanah seperti hewan-hewan yang lain.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Hewan dari Papua untukmu adalah Jika tidak ingin disakiti, jangan menyakiti orang lain. Sifat sombong merupakan sifat yang tidak baik. Orang yang memiliki sifat sombong tidak akan disukai oleh orang lain.
Baca cerita fabel terbaik kami yang lain pada artikel kumpulan dongeng hewan dan cerita dongeng hewan