Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta yang kami posting malam hari ini merupakan cerita rakyat Yogyakarta yang sangat terkenal. Cerita ini hingga kini sangat disukai oleh masyarakat dan diceritakan ulang dari mulut ke mulut.
Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta : Asal Muasal Candi Prambanan
Alkisah, di Kerajaan Prambanan ada raja bernama Prabu Baka. Ia mempunyai putri bernama Rara Jonggrang. Suatu hari, Prabu Baka dikalahkan oleh Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso pun menguasai Kerajaan Prambanan. Ia terpesona oleh kecantikan Rara Jonggrang.
Rara Jonggrang tidak bisa menolak ketika hendak dipersunting Bandung Bondowoso. Akhirnya, ia mengajukan syarat, yaitu minta dibuatkan seribu candi dalam waktu satu malam sebagai mas kawin.
Bandung Bondowoso menyetujui syarat tersebut. Pada hari yang ditentukan, ia membangun candi yang diminta Rara Jonggrang. Makhluk halus anak buah Bandung Bondowoso begitu cepat bekerja. Sekitar pukul 4 pagi, hanya kurang lima candi.
Rara Jonggrang mencari akal agar Bandung Bondowoso gagal. Ia meminta para gadis untuk menumbuk padi serta menaburkan bunga. Ketika mendengar bunyi lesung dan mencium bau harum, rombongan makhluk halus menghentikan pekerjaannya karena mengira hari telah pagi. Padahal, candi yang belum dibuat tinggal satu.
Mengetahui usahanya gagal. Bandung Bondowoso marah. Ia mengutuk Rara Jonggrang menjadi patung. Patung Rara Jonggrang pun menjadi candi ke seribu.
Dongeng Legenda Yogyakarta : Asal Mula Tombak Kyai Plered
Tumenggung Wilatikta mempunyai dua anak, bernama Raden Sahid dan Rasa Wulan. Ketika kedua anaknya dewasa, sang Tumenggung menyuruh anak laki-lakinya untuk menikah, setelahnya akan disuruh menggantikannya. Mendengar hal tersebut, Raden Sahid kaget karena belum memiliki rencana untuk menikah.
Sesudah itu, Raden Sahid pamit untuk memikirkan permintaan sang Tumenggung. Selanjutnya, sang Tumenggung juga menyuruh agar Rasa Wulan mempersiapkan diri untuk menerima lamaran orang lain.
Malamnya, Raden Sahid gelisah. Ia tidak ingin menikah. Ia pun memutuskan untuk melarikan diri dari rumah. Mengetahui Raden Sahid melarikan diri, Rasa Wulan ikut pergi. Mengetahui kedua anaknya tidak ada di rumah, sang Tumenggung kebingungan. Ia segera menyuruh seluruh anak buahnya untuk mencari kedua anaknya, namun tiada hasil.
Bertahun-tahun Raden Sahid mengembara. Ia mengamalkan segala ilmu yang dipelajarinya selama ini untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Hingga akhirnya, di kemudian hari ia dikenal sebagai Kanjeng Sunan Kalijaga.
Sementara itu, Rasa Wulan, setelah bertahun-tahun mengembara, namun tak kunjung menemukan kakaknya. Akhirnya, ia memutuskan untuk tinggal di Hutan Glagahwangi.
Di hutan itu ada danau bernama Sendhang Beji. Di tepi danau itu ada pohon yang besar dan rindang. Pada salah satu cabang yang menjorok tersebut ada orang yang sedang bertapa. Orang itu bernama Syekh Maulana Mahgribi.
Suatu siang, Rasa Wulan datang ke Sendhang Beji. Saat itulah mereka bertemu. Singkat cerita, keduanya menikah. Dari pernikahan itu mereka mempunyai anak laki-laki yang diberi nama Kidangtelangkas. Setelah Kidangtelangkas dewasa, Syekh Maulana Mahgribi mencipta suatu tombak, lalu diberi nama Kyai Plered. Tombak itu diberikan kepada anaknya. Dengan tombak itu, Kidangtelangkas membuka lahan dan akhirnya kelak anak keturunannya menjadi raja-raja termasyhur di tanah Jawa. Hingga sekarang, pusaka tersebut disimpan di Keraton Yogyakarta.
Temukan cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta terbaik lainnya pada posting kami berikut ini Cerita Legenda Indonesia – Dongeng Rakyat Yogyakarta Terbaik dan Cerita Rakyat dari Yogyakarta : Asal Mula Gunung Merapi