Dongeng betawi yang kakak ceritakan malam hari ini adalah lanjutan dari posting sebelumnya yaitu Cerita Rakyat Jakarta (Dongeng Betawi). Pada posting kali inipun kakak bercerita dua dongeng mengenai asal muasal nama daerah di Jakarta. Kalian pasti akan suka dengan 2 cerita rakyat betawi ini. Selamat membaca.
Dongeng Betawi : Asal Usul Nama Pancoran
Kisah Tiga Pangeran
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja yang arif dan bijaksana. la memimpin kerajaan yang terletak antara Jakarta dan Bogor. Sang raja mempunyai tiga orang anak, yaitu Pangeran Jaya, Pengeran Suta, dan Pangeran Gerindra.
Suatu hari, Raja berencana memilih salah satu dari ketiga putranya untuk menggantikannya. “Seperti tradisi keluarga kita, untuk menggantikan posisi raja, kalian harus melewati ujian. Berangkatlah kalian besok meninggalkan istana,” ujar Raja kepada ketiga putranya
Ketiga pangeran itu pun memulai perjalanan. Mereka sampai di sebuah sungai. Ketiganya mandi di sungai yang sejuk tersebut. Setelah mandi, mereka pun berganti pakaian. Namun, Pangeran Jaya tidak mengganti pakaiannya. Kedua adiknya meminta Pengeran Jaya mengganti pakaiannya, karena sudah kumal. Menurut mereka, tidak pantas orang dari kerajaan berpakaian lusuh.
“Aku hanya membawa baju beberapa potong. Aku harus menghematnya. Maaf kalau aku berjalan bersama kalian dengan pakaian yang kotor.” ucap Pangeran Jaya.
Suatu ketika, di tengah perjalanan, mereka menemukan sebuah pancuran. Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra segera terjun ke telaga di bawah pancuran tersebut, kemudian minum dan mencuci muka. Setelah itu, tiba-tiba keduanya terkapar dan meninggal dunia. Pangeran Jaya sangat sedih dan berniat untuk ikut mati bersama kedua adiknya.
Namun, ketika hendak meminum air pancuran itu, tiba-tiba ada suara menghentikannya, “Jangan kau minum air itu! Apakah kau ingin mati bersama adik-adikmu yang berani meminum air pancuran tanpa meminta izin kepada yang punya?”
Tiba-tiba, muncullah seorang laki-laki tua yang berkata, “Akulah pemilik pancuran ini dan hanya bidadari yang boleh mandi di sini.”
“Biarlah aku menyusul adik-adikku!””
“Baiklah, kau boleh menyusul adik-adikmu, asal kau menjawab pertanyaanku. Jika adikmu bisa kuhidupkan kembali, apakah kau mau menggantikan adik-adikmu?”
Pangeran Jaya memikirkan jawabannya. Jika ia mati, ayahnya masih memiliki dua orang anak. Hal tersebut Iebih baik daripada kedua adiknya mati, yang berarti ayahnya hanya memiliki satu orang anak.
“Aku bersedia menggantikan adik-adikku, jika mereka bisa hidup kembali” jawab Pangeran Jaya.
Sang kakek mengizinkan Pangeran Jaya meminum air pancuran itu. Saat Pangeran Jaya mulai minum, tubuh Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra mulai bergerak-gerak dan hidup kembali. Pangeran Jaya mendapati dirinya tetap hidup, walaupun telah meminum air pancuran itu.
“Aku bangga dengan ketabahan dan pengorbananmu, Jaya” kata si kakek. Lalu, la menyerahkan sebilah tongkat ke arah ketiga pangeran itu. Tongkat sakti ini akan mengantar kalian pulang. Siapa yang bisa mengangkat tongkat ini, dialah yang berhak menduduki tahta kerajaan.” Kakek itu pun meghilang.
Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra mencoba rnengangkat tongkat itu, tetapi mereka tidak sanggup. Namun, Pangeran Ja ya dapat mengangkat tongkat itu dengan mudah. Kedua adik Pengeran Jaya sadar dalam melewati ujian dari sang ayah, kakak merekalah yang paling unggul.
Lokasi pancuran tersebut kemudian dinamakan Pancoran. Letaknya bersebelahan dengan Kalibata, Jakarta Selatan.
Pesan moral dari Dongeng Betawi : Asal Usul Nama Pancoran adalah Kita harus selalu bisa memilih hal-hal yang tepat untuk kita, jangan hanya mengikuti orang lain. Untuk dapat mencapai apa yang kita inginkan kita harus mau berkorban.
Cerita Rakyat Jakarta : Asal Usul Batu Ampar dan Bale Kembang
Dahulu kala hiduplah seorang perempuan yang sangat cantik bernama Siti Maemunah. Ia adalah putri pangeran Geger dan Nyai Polong. Kecantikan Siti Maemunah menjadi buah bibir sampai ke luar wilayah Jakarta.
Pada Suatu saat datanglah seorang pangeran dari Makasar benama Pangeran Tonggara. Ia ingin meminang Siti Maemunah untuk anak laki-lakinya bernama Pangeran Astawana. Siti Maemunah mau menerima pinangan tersebut dengan satu syarat, pangeran Astawana harus membangun sebuah rumah perisitirahatan yang letaknya di atas empang kali Ciliwung dan harus selesai dalam satu malam.
Pangeran Tonggara dan Pangeran Astawana menyanggupi syarat yang diajukan Siti Maemunah. Keesokan harinya sudah terbangun sebuah rumah dan sebuah bale peristirahatan di sebuah empang di pinggir Kali Ciliwung. Untuk menghubungkan rumah tersbeut dengan rumah keluarga Pangeran Tonggara dibangunlah sebuah jalan yang dilapisi (diampari) dengan batu. Kini, daerah tersebut dinamakan Batu Ampar. Sementara itu bale peristirahatan yang kelihatannya seperti mengambang di atas empang itu kini dinamakan daerah Bale Kembang.
Catatan dari Cerita Rakyat Jakarta : Asal Usul Batu Ampar dan Bale Kembang adalah Batu Ampar dan Bale Kembang adalah nama-nama kelurahan yang terletak di Wilayah Condet Jakarta Timur.
Baca dongeng betawi lainnya pada artikel berikut ini Kumpulan Cerita Rakyat Betawi : Si Pitung dan Sejarah Si pitung Jagoan Betawi.