Salah satu karya Hans Christian Andersen yang terkenal lainnya adalah dongeng anak itik buruk rupa. Cerita rakyat ini sangat melegenda dan sudah tersiar ke seluruh penjuru dunia. Pada kesempatan kali ini kami memposting dongeng itik buruk rupa versi asli dari HC Andersen. Semoga kami bisa mengambil pelajaran dari cerita anak ini.
Cerita Dongeng Itik Buruk Rupa Versi Asli
Di sebuah desa di dekat sungai, hiduplah keluarga bebek. Ada Pak Bebek, Ibu Bebek, dan telur-telur bebek yang sedang dierami. Pak Bebek sangat senang saat telur-telur yang telah dierami lbu Bebek menetas satu per satu.
“Kwekk… Kwekk… Kwekk…” bunyi anak-anak bebek yang telah menetas dari telur. Wah. suasana rumah mereka menjadi amat ramai.
Pak Bebek dan Ibu Bebek sangat menyayangi bebek-bebek kecil yang baru menetas itu. Namun sayang, telur bebek yang terakhir menetas ternyata berbeda dari saudara-saudaranya.
“Ooorrkk…. Ooorrkk…” begitu bunyi anak bebek yang terakhir.
“Mengapa yang terakhir menetas sangat berbeda suaranya denganku?” tanya Pak Bebek dengan penuh keheranan.
“Mungkin karena dia baru menetas, makanya jadi berbeda,” jawab Ibu Bebek.
Tetapi, perbedaannya terlalu mencolok. lbu Bebek dan Pak Bebek memiliki warna tubuh kuning keemasan dan berparuh oranye. Sedangkan anak bebek yang terakhir ini memiliki bulu yang hitam dan berparuh cokelat. Wajahnya pun tak secantik saudaranya.
Pak Bebek amat marah. Dia mengira bahwa anak bebek yang terakhir adalah hasil hubungan lbu Bebek dengan hewan Iainnya. Karena kemarahannya itu, Pak Bebek pergi meninggalkan keluarganya. Semua bebek kecil sedih dan menangis.
Karena ditinggalkan Pak Bebek, Ibu Bebek menjadi kesal. Saat menyusuri hutan, dia membiarkan bebek kecil buruk rupa itu tertinggal jauh. Saudara-saudara bebek kecil pun terus mencerca si bebek kecil. Bahkan, lbu Bebek tidak mau mengakui si bebek kecil buruk rupa sebagai anaknya.
Sungguh malang nasib bebek kecil buruk rupa itu. Dia tidak bisa berenang. Dia ditinggalkan begitu saja oleh Ibu Bebek dan saudara-saudaranya. Hatinya amat sedih dan setiap hari, dia menangis sendirian di tepi sungai.
Tiba-tiba, datang dua ekor bebek yang sama buruk rupanya dengan dirinya. Kedua bebek buruk rupa itu mencoba menghibur bebek kecil yang sedari tadi menangis sendirian.
Tak lama kemudian, datang induk dua bebek tersebut. Ia kebingungan mencari dua anaknya yang tak kunjung pulang. Ketika menemukan anak-anaknya bersama bebek kecil buruk rupa, ia menghampiri bebek kecil.
“Mengapa kamu menangis, makhluk manis?” tanya induk itu.
“Aku tertinggal sendirian di sini. Aku dibiarkan begitu saja oleh indukku, karena aku amat buruk rupa. Aku berbeda dengan saudaraku yang cantik dan pandai berenang,” jawab si bebek kecil sembari menangis tersedu-sedu.
“Wahai makhluk Tuhan yang manis, tenanglah. Kamu tak perlu bersedih dan berkecil hati,” ucap si induk.
“Tetapi, aku tak punya siapa-siapa lagi sekarang,” ujar si bebek kecil.
“Aku yang akan merawatmu. Semua makhluk diciptakan berbeda. Ibumu dan saudara-saudaramu tidak memiliki apa yang kamu punya. Begitu juga sebaliknya. Kamu tidak memiliki apa yang mereka punya,” jawab si induk dengan penuh rasa sayang dan kelembutan.
“Kamu lihat wajahmu di air sungai itu. Kamu sama seperti anak-anakku. Kamu bukan anak bebek, melainkan anak itik. Saat ini memang rupamu terlihat kurang baik. Tetapi percayalah, setelah kamu tumbuh besar nanti, kamu akan menjadi hewan yang cantik,” jelas si induk yang ternyata adalah induk itik.
Ya, bebek kecil buruk rupa itu adalah itik. Akhirnya, itik kecil tidak lagi bersedih, sebab kini ia telah mendapatkan keluarga baru yang menyayanginya.
Pesan Moral jadilah anak yang penyayang kepada sesama makhluk. Maka, kamu juga akan mendapatkan kasih sayang dari makhluk lain.
Kami pernah memposting versi lain dari kisah ini sebelumnya yaitu: