Dongeng anak anak Indonesia yang kakak ceritakan hari ini merupakan Cerita Rakyat Sulawesi Barat. Kisah ini menceritakan I Tui Ting dan Gadis Berbedak Arang. Siapakah I Tui Ting? Dan kenapa dia sering dihina orang lain? Sebentar lagi adik-adik akan tahu jawabannya.
Cerita Dongeng Anak Anak Indonesia : I Tui Ting dan Gadis Berbedak Arang
ÏTuTuing adalah seorang anak laki-laki yang kulitnya bersisik seperti ikan terbang. Ia tinggal bersama orang tuanya di sebuah desa di daerah Mandar, Sulawesi Barat.
Dalam bahasa Mandar, tui tuing berarti ikan terbang. Dulu, sebelum I Tui Tuing lahir, orangtuanya sudah lama menantikan kehadiran seorang anak. Mereka berdoa dikarunia anak, meskipun ia menyerupai ikan terbang.
Lalu, ibunya hamil dan melahirkan I Tui Thing, ayahnya pun menerima dengan hati lapang. “Ini memang permintaan kita Bu, kita tidak boleh bersedih. Kita harus menerima dan merawat anak ini dengan baik,” katanya pada istrinya.
Bertahun-tahun kemudian, I Tui Tuing tumbuh besar. Orang tuanya sangat menyayanginya, segala permintaan I Tui Tuing selalu dipenuhi. Meski demikian, I Tui Tuing bukanlah anak yang manja. Ia selalu membantu ayah nya berlayar ke Teluk Mandar dan juga rajin membantu ibunya enyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Suatu hari, I Tui Tuing berkata, “Ayah, Ibu, sekarang aku telah dewasa. Usiaku sudah cukup untuk berumah tangga. Maukah kalian mencarikan istri untukku?”
Ayah dan ibu I Tui Tuing terkejut. Tapi, mereka berusaha bersikap tenang, “Anakku, Iihatlah keadaan dirimu. Seluruh kulitmu penuh sisik, Ayah takut tak ada gadis yang menerima pinangan kami,” jawab ayahnya.
“Kenapa Ayah tak mencobanya dulu? Aku tak muluk-muluk, gadis itu tak perlu cantik. Yang penting ia mau menerima keadaanku dan bersedia hidup bersamaku,” jawab I Tui Tuing. Dengan berat hati, orangtua I Tui Tuing mencoba memenuhi keinginan anak semata wayangnya itu.
“Apa? Kau sungguh menghina putriku! Kau kira kami sudi punya menantu seperti anakmu itu?” teriak salah satu keluarga saat orangtua I Tui Tuing berkunjung untuk meminang putrinya. “Keterlaluan! Keluar kalian dari rumahku! Putriku hanya akan bersanding dengan pemuda yang tampan dan kaya!” teriak keluarga yang lain.
Seharian itu orangtua I Tui Tuing mendatangi setiap rumah yang memiliki anak gadis. Namun hanya hinaan dan cercaan yang mereka terima. Dengan putus asa, mereka pulang ke rumah. “Maafkan kami Nak, kami sudah berusaha. Tak ada yang merelakan putrinya menikah denganmu,” kata ibunya.
“Ayah, Ibu, apakah kalian sudah mendatangi semua anak gadis di desa ini?” tanya I Tui Tuing.
Ayahnya rnenggeleng, “Belum Nak, kami suah Ielah rnendengar hinaan-hinaan mereka. Memang ada satu rumah yang belum kami dutangi, yaitu Juragan Kaya. Ayah rasa percuma saja, karena mereka juga pasti akan menghina Ayah.” I Tui Tuing tetap rneminta orangtuanya agar mendatangi rumah Juragan Kaya. “Mereka punya enam putri, aku yakin salah satu di antara mereka mau menikah denganku,” kata I Tui Tuing mantap.
Keesokan harinya, orangtua I Tul Tuing bertamu ke rumah Juragan Kaya. Ia memiliki enam anak gadis yang cantik-cantik, namun berhati dengki. Hanya satu yang berhati baik, yaitu putri ketiga yang bernama Siti Rukiah.
Siti Rukiah dibenci oleh saudara-saudaranya. Selain hatinya baik, ia juga berparas cantik. Saudara-saudaranya iri dengan kecantikannya. Mereka tak ingin pemuda di desa itu menyukai Siti Rukiah. Itulah sebabnya, mereka mengoleskan bedak dari arang ke wajah Siti Rukiah setiap hari agar wajahnya tampak hitam clan mengerikan.
Kedatangan orangtua I Tui Tuing disambut baik oleh Juragan Kaya. Namun tidak dengan putri-putrinya. Berbagai hinaan mereka lontarkan, kecuali Siti Rukiah. “Jika tak ada yang mau menikahi I Tui Tuing, aku bersedia,” katanya. Juragan Kaya terkejut, namun ia tak melarang.
Semua saudara Siti Rukiah bertepuk tangan gembira.
Mereka senang karena Siti Rukiah menikah dengan pria bersisik dan akan keluar dari rumah mereka. Pesta pernikahan pun digelar. I Tui Tuing sangat bahagia.
Keesokan paginya, I Tui Tuing pergi berlayar. Selama kepergian suaminya, Siti Rukiah memasak dan mencuci, kemudian mandi. Ia ingin membersihkan semua arang yang masih tersisa di wajahnya. Ya, saat pesta pernikahan, saudara-saudaranya masih mengoleskan bedak arang ke wajah Siti Rukiah.
Usai mandi, ia masuk ke kamar untuk merias diri. Saat sedang menyisir rambut, ia mendengar pintu depan terbuka. “Siapa itu?” tanyanya sambil melangkah keluar. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat seorang pria tampan berkulit bersih di ruang depan. “Siapa kau?”tanya Siti Rukiah ketakutan.
“Kau juga siapa?” tanya pria itu. Keduanya saling bertukar pandang dengan heran. Setelah mereka mengamati satu sama lain, ternyata pria itu adatah I Tui Tuing. Kulitnya sekarang halus dan tak bersisik. Rupanya keajaiban dari Tuhan telah menghilangkan sisik di kulitnya. “Selama ini aku bersisik karena orangtuaku meminta pada Tuhan untuk dikaruniai anak, meskipun bersisik seperti ikan terbang. Namun setetah menikah denganmu, sisik itu hilang,” I Tui Tuing berusaha menjelaskan.
Siti Rukiah ternganga mendengar penjelasan suaminya. “Lalu, mengapa wajahmu tak hitam lagi? Rupanya istriku adalah seorang wanita yang cantik,” tanya I Tui Tuing lagi.
Kini giliran Siti Rukiah menjelaskan kalau selama ini saudara-saudaranya telah mengoleskan bedak arang ke wajahnya. I Tui Tuing segera memeluk istrinya, “Aku sungguh bahagia, punyai istri yang baik hati dan berparas cantik,” katanya. Suami-istri itu hidup rukun dan bahagia.
Pesan moral dari Dongeng Anak Anak Indonesia : Kisah I Tui Ting untukmu adalah jangan pernah putus asa meskipun kesusahanmu sangat berat. Mintalah pertolongan Tuhan dan teruslah berusaha.
Jika kalian suka dengan posting kakak kali ini, pasti kalian juga akan suka dengan posting kakak sebelumnya yaitu 2 Cerita Dongeng Anak Sebelum Tidur dan Kumpulan Dongeng Anak Pendek Indonesia Terbaik