Contoh dongeng singkat yang baik, bisa diambil dari legenda rakyat yang ada di masyarakat. Dua dongeng anak yang kami ceritakan hari ini kami ambil dari cerita rakyat Indonesia yang di dongengkan dari generasi ke generasi.
Contoh Dongeng Singkat : Putri Pandan Berduri
Alkisah, di Pulau Bintan ada seorang batin atau pemimpin suku bernama Lagoi. Suatu hari, Batin Lagoi mendengar suara tangisan bayi. Alangkah kagetnya ia ketika menemukan bayi perempuan di semak-semak. Karena iba, bayi itu dibawa pulang dan diberi nama Putri Pandan Berduri.
Putri Pandan Berduri tumbuh menjadi gadis yang baik hati dan halus budi pekertinya. Orang-orang sekitar sangat menyayanginya. Suatu hari, Putri Pandan Berduri jalan-jalan ke pasar. Di sana, ia bertemu nenek yang membawa kayu bakar. Ia segera menghadap Batin Lagoi dan minta izin untuk membantu nenek yang dijumpainya di pasar dan belajar arti hidup.
Karena Pandan Berduri bersikukuh, Batin Lagoi memberi izin. Setelah itu, Pandan Berduri tinggal bersama si Nenek. Setiap harinya, Putri Pandan Berduri mencari kayu bakar, menanak nasi, mencuci baju, dan membantu membersihkan rumah. Walaupun lelah, ia menikmati pekerjaannya. Si Nenek sangat senang kepada Pandan Berduri. Si Nenek terus mengajarinya tentang arti hidup dan bekerja keras.
Setelah beberapa lama, Pandan Berduri pulang. Ia sudah mengerti anti perjuangan hidup. Hal ini membuat Batin Lagoi senang.
Sekarang, Pandan Berduri semakin bijaksana. Hal ini menarik perhatian seorang pemuda yang bernama Jenang Perkasa. Pemuda berbudi baik itu menghadap Batin Lagoi untuk meminang Pandan Berduri. Gayung bersambut, Pandan Berduri rupanya juga menaruh hati. Tidak lama kemudian, dilangsungkan pernikahan keduanya. Kelak, anak cucu mereka menjadi cikal bakal penduduk Pulau Bintan, Kepulauan Riau.
Dongeng Anak Pendek : Asal Mula Ikan Patin
Dulu ada seorang nelayan tua bernama Awang Gading. Ia tinggal seorang diri di tepi sungai. Pekerjaannya adalah menangkap ikan dan mencari kayu di hutan.
“Air pasang telan ke insang
Air surut telan ke perut
Renggutlah…!
Biar putus jangan rabut,”
Itu adalah nyanyian yang ia sering lantunkan sewaktu memancing ikan. Suatu hari, ia tidak menemukan seekor ikan pun. Waktu perjalanan pulang, ia mendengar suara tangis bayi. Karena penasaran, ia mencari asal suara itu. Betapa terkejutnya ia karena menemukan bayi perempuan mungil di atas batu. Ia pun membawa bayi tersebut pulang.
Sesampainya di rumah, Awang Gading memberi nama bayi itu Dayang Kumunah. Ia membesarkan Dayang Kumunah seperti anaknya sendiri. Ia juga membekali Dayang Kumunah berbagai ilmu pengetahuan.
Seiring waktu, Dayang Kumunah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan berbudi pekerti luhur. Ia juga sangat rajin membantu ayahnya. Namun sayang, Dayang Kumunah tidak pernah tertawa.
Suatu hari, seorang pemuda kaya dan tampan melamar Dayang Kumunah. Pemuda itu bernama Awangku Usop. Dayang Kumunah menerima pinangan tersebut dengan syarat jangan pernah memintanya untuk tertawa. Awangku Usop menyanggupi syarat tersebut. Pernikahan pun dilangsungkan dengan meriah.
Suatu hari, Awang Gading meninggal dunia karena sakit. Peristiwa itu membuat Dayang Kumunah bersedih. Untungnya, kesedihan itu terobati dengan kelahiran anak-anaknya yang berjumlah lima orang.
Sejak pertemuan pertama kali hingga kini, istri Awang Usop belum pernah tertawa sama sekali. Suatu sore, Dayang Kumunah bersama keluarganya sedang berada di teras rumah. Mereka bercanda ria dan semua tertawa, kecuali Dayang Kumunah. Pada saat itu, Awangku Usop mendesak Dayang Kumunah ikut tertawa. Akhirnya, Dayang Kumunah pun tertawa. Pada Saat itulah muncul insang ikan di mulut Dayang Kumunah.
Dayang Kumunah segera berlari ke arah sungai dan berubah menjadi ikan. Awang Usop menyesal karena telah mendesak istrinya untuk tertawa. Tetapi semua sudah terlambat. Ikan dengan bentuk badan cantik dan kulit mengilat tanpa sisik inilah yang sekarang orang-orang sebut sebagai ikan patin.
Awangku Usop dan anak-anaknya sangat sedih melihat Dayang Kumunah telah menjadi ikan. Mereka pun berjanji tidak akan makan ikan patin karena dianggap sebagai keluarga mereka. Itulah sebabnya sebagian orang Melayu tidak makan ikan patin.
Temukan contoh dongeng singkat terbaik kami lainnya pada posting berikut ini dongeng anak islami dan dongeng singkat cinderella