Cerpen Kisah Nabi Hud Lengkap dengan Azab bagi Kaum Ad

Cerpen kisah nabi Hud AS singkat pernah kami posting sebelumnya yaitu pada posting Sejarah Kisah Nabi Hud AS. Pada posting kali ini kembali kami menceritakan perjuangan Nabi Hud AS, agar kita semua dapat memetik hikmah dari cerita nabi ini.

Cerpen Kisah Nabi Hud bersama Kaum Ad

Allah SWT menguasai apa pun yang ada di langit, bumi, dan di antara keduanya. Semuanya berada dalam genggaman Allah SWT. Mengapa? Karena Allah SWT adalah Sang Maha Pencipta. Tidak hanya menciptakan makhluk, tapi Allah SWT juga mengatur makhluk-Nya tersebut sesuai dengan kehendak-Nya.

Adik-adik, tahukah kalian bahwa angin topan itu juga termasuk ciptaan Allah SWT? Allah membuat angin topan untuk melakukan perintah Allah SWT, termasuk membinasakan kaum yang ingkar kepada-Nya. Angin topan itu meninggalkan puing-puing dari peradaban yang ada sebagai pelajaran bagi seluruh manusia.

Kaum Ad Membuat Bendungan

Nah, kaum ‘Ad, kaumnya Nabi Hud, adalah salah satu kaum yang diazab. Mereka dihukum oleh Allah SWT dengan angin topan karena keingkaran mereka. Kaum yang dikenal makmur itu pun binasa.

Yuk, kita ikuti saja kisah selengkapnya!

‘Ad, Kaum yang Kuat dan Hebat

Kaum ‘Ad adalah penduduk Arab yang tinggal di jazirah Arab bagian selatan. Wilayah itu bernama Al-Ahqaf. Wilayah ini terletak di antara Oman dan Yaman.

Al-Ahqaf sangat gersang, tandus, dan kering kerontang. Cuaca gurun yang panas dan tak bersahabat pun sudah biasa bagi kaum ‘Ad.

Tapi, kondisi alam yang kejam itu justru membuat kaum ‘Ad menjadi orang-orang yang kuat dan tangguh. Mereka tak mudah menyerah oleh keadaan. Mereka pun mencari cara untuk menghadapi alam yang tak bersahabat itu.

“Kita dan anak cucu kita akan mati jika kita tak melakukan sesuatu,” kata seorang tetua. “Kita tak bisa terus menunggu musim hujan jika ingin bertanam.”

“Ya, kita semua tahu akan hal itu. Tapi, apa yang bisa kita perbuat?” sahut salah seorang kaum ‘Ad.

“Bagaimana jika kita membangun sebuah bendungan?” usul tetua itu.

Kaum ‘Ad setuju. Meskipun membuat bendungan memerlukan tenaga manusia yang banyak dan biaya yang tak sedikit, tapi bendungan itu akan sangat berguna bagi mereka. Bendungan itu akan menjamin kemakmuran perkebunan dan pertanian mereka.

Siang dan malam mereka bekerja tak kenal Ielah untuk menyelesaikan bendungan itu.

“Sebelum musim hujan datang, bendungan ini harus sudah selesai. Jika tidak, akan percuma. Air hujan yang melimpah itu tak bisa kita tampung dan kita tak bisa memanfaatkannya di musim kemarau nanti,” seru pemimpin kaum ‘Ad.

“Siaaap!” jawab kaum ‘Ad, kompak.

Akhirnya, bendungan itu pun selesai. Mereka menyelesaikannya tepat waktu.

“Horeee! Kita berhasil menyelesaikannya!” teriak kaum ‘Ad dengan penuh kebanggaan. Mereka saling berpelukan satu sama lain karena saking bahagianya.

Benar saja, dengan pengelolaan air yang tepat, bendungan itu menyejahterakan hidup kaum ‘Ad. Sepanjang waktu, mereka bisa bercocok tanam tanpa menunggu datangnya musim hujan.

Lambat laun, kaum’ Ad menjadi kaya raya. Hasil panen mereka berlimpah. Mereka pun bisa membangun rumah-rumah yang sangat mewah dengan tiang-tiang yang tinggi, besar, dan kokoh. Tak ada bangunan di negeri tetangga yang mampu menyaingi kemewahan rumah-rumah kaum ‘Ad.

Allah SWT berfirman, “Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad? (yaitu) penduduk Tram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain.” (QS. Al-Fajr [89]: 6-8)

Kekayaan Kaum Ad Membuat Mereka Terlena

Namun, kekayaan tersebut membuat mereka lupa diri. Bukannya bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan, mereka justru menjadi mungkar.

Mereka tak lagi menyembah Allah SWT. Mereka malah membuat patung-patung sebagai Tuhan baru mereka. Berhala-berhala itu menjadi tempat mereka mengadu dan menyandarkan nasib. Sehingga lama kelamaan kaum nabi Nuh menyembah berhala.

Salah satu perilaku buruk kaum ‘Ad adalah mereka belum puas dengan kekayaan mereka dan mudah iri dengan harta kekayaan orang lain.

Kaum ‘Ad pun tak segan merampok harta benda orang-orang dari negeri lain yang lewat atau singgah di Al-Ahqaf. Bahkan kaum ‘Ad akan menganiaya orang-orang asing itu jika mereka menolak dan melawan.

“Jangan kalian ambil harta ini! Ini adalah harta titipan sahabat saya untuk diberikan kepada yang membutuhkan,” pinta seorang pria dengan memelas, saat ia hendak dirampok segerombolan Ielaki Kaum ‘Ad.

Tapi, upaya pria tersebut siasia. Gerombolan kaum ‘Ad tetap merampas dan membawa pergi harta pria itu.

Nabi Hud AS Diutus untuk Kaum Ad

Allah SWT, Dzat Yang Mahakasih, tak ingin hambaNya terus berada di jalan yang sesat dan mungkar. Allah lalu mengutus Nabi Hud untuk mengajak kaum ‘Ad yang sudah sangat parah itu agar kembali ke jalan yang benar.

Nabi Hud adalah putra dari Sam bin Nuh (cucu Nabi Nuh)

“Wahai kaumku!” seru Nabi Hud, “Tidakkah kalian sadar? Sesungguhnya yang kalian lakukan ini benar-benar suatu kesesatan yang nyata. Bagaimana bisa kalian menyembah berhala-berhala yang tidak mendatangkan manfaat sama sekali untuk kalian?”

Nabi Hud terus menyeru mereka tanpa pernah merasa bosan dan lelah. Tapi, mereka tetap bersikeras dengan penyembahan berhala mereka itu.

“Hai kaumku! Sembahlah Allah! Beribadahlah hanya kepada-Nya!” seru Nabi Hud.

“Hai Hud!” kata seseorang dari kaum ‘Ad, “Sekeras apa pun usahamu untuk mengajak kami menyembah Tuhanmu, kami semua tak akan pernah meninggalkan berhala kami. Tahukah kamu apa sebabnya?”

Nabi Hud diam, tak menjawab sepatah kata pun.

“Itu karena kami semua tak pernah percaya kepadamu. Bagi kami, kamu tak lebih dari seorang pendusta! Bahkan kami yakin, ada yang tak beres dengan pikiranmu. Sudahlah! Berhenti memengaruhi kami dengan segala kegilaanmu itu!” ejek orang itu.

Begitulah, segenap tuduhan keji mereka lontarkan kepada Nabi Hud a.s.

Allah SWT berfirman, “Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata, ‘Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.”‘ (QS. Al-A’raaf [7]: 66)

Nabi Hud menghadapi semua penghinaan itu dengan penuh kesabaran. Cercaan tersebut justru semakin membuat Nabi Hud semangat untuk berdakwah. Beliau merasa malu kepada Allah SWT jika berhenti berdakwah hanya gara-gara dihina.

Nabi Hud pun bertawakal kepada Allah SWT.

“Cukuplah Allah sebagai penolong dan pelindungku!” batin beliau dalam hati.

Nabi Hud tidak hanya mendatangi tokoh-tokoh kaum ‘Ad di rumah mereka. Tapi, Nabi Hud juga mendatangi mereka ketika mereka sedang menyembah berhala di kuil-kuil mereka yang megah.

“Wahai kaumku!” seru Nabi Hud, “Berhala-berhala inikah yang menghalangi kalian untuk menyembah Allah SWT? Lihatlah, apa yang bisa dilakukan berhala-berhala ini terhadap kalian?”

Nabi Hud dengan berbagai cara terus mencoba menyadarkan mereka. Namun, semakin keras usaha yang dilakukan Nabi Hud, semakin keras pula mereka menyanggah beliau.

“Hai Hud! Kau telah membuat kami kehilangan kesabaran. Enyahlah kamu dari hadapan kami! Pergilah kamu dari sini!” teriak seorang lelaki sambil mendorong Nabi Hud dengan sangat kasar, hingga membuat Nabi Hud hampir jatuh ke tanah.

Cerpen Kisah Nabi Hud AS dihina Kaum Ad

Kaum `Ad yang lain pun meneriaki dan mencemooh Nabi Hud. Tapi, Nabi Hud tak henti mendoakan mereka. Beliau berdoa kepada Allah SWT agar mereka semua bertobat dan kembali ke jalan yang benar.

“Ya Allah! Ampuni mereka! Berilah mereka petunjuk-Mu!” doa Nabi Hud.

Topan, Azab untuk Kaum ‘Ad

Nabi Hud tidak pernah lelah dan bosan mengajak kaumnya agar ingat dan beribadah hanya kepada Allah SWT.

“Hai kaumku,” seru Nabi Hud. “Sungguh, takutlah kalian akan azab Allah yang pedih. Bagaimana bisa kalian menyembah patungpatung bath yang tak berdaya itu?”

Tapi, kaum ‘Ad justru menantang Nabi Hud agar mendatangkan azab Allah itu.

“Hai Hud, orang tua gila!” teriak mereka. Mereka tak lagi segan-segan melecehkan Nabi Hud secara terang-terangan.

Meskipun demikian, Nabi Hud tetap melakukan dakwahnya karena rasa pedulinya dan kasih sayangnya yang amat dalam kepada kaumnya. Nabi Hud tak ingin kaumnya terus tersesat dan dimurkai Allah SWT.

Mulanya, Nabi Hud masih bersabar menghadapi permintaan kaumnya yang minta didatangkan azab. Tapi, semakin lama kaumnya itu semakin menantang Allah SWT.

“Hai orang tua sinting! Mana azab Allah yang kamu ancamkan kepada kami itu? Mana?” ejek mereka dengan congkaknya. “Jika kamu memang benar utusan Allah dan Tuhanmu itu Maha Kuasa, segera datangkan azab yang kamu ancamkan itu!”

Melihat kaumnya yang sudah parah dan tidak bisa didakwahi itu, Nabi Hud berdoa kepada Allah. Beliau bertawakal kepada Allah SWT.

“Bagaimanapun, aku hanya seorang utusan dan tugasku hanya memberi peringat kepada mereka,” pikir Nabi Hud.

Allah SWT mendengar doa Nabi Hud tersebut. Allah SWT pun menurunkan azab kepada kaum `Ad secara perlahan.

Mula-mula, Allah SWT mendatangkan musim kemarau yang panjang kepada mereka. Alhasil, banyak binatang ternak mereka yang mati. Ladang, kebun, dan sawah mereka pun kering kerontang karena tak teraliri air.

“Hai Hud, tolonglah kami,” pinta kaum Nabi Hud.

Mereka seolah lupa dengan perbuatan mereka dahulu. Mereka selalu bersikap kasar dan jahat kepada Nabi Hud. Tapi sekarang, mereka malah mendatangi Nabi Hud dan meminta tolong agar kemarau segera usai.

“Sadarlah kalian! Sembahlah Allah dan berserah dirilah kepadaNya!” ucap Nabi Hud, memberi nasihat. Tapi, lagi-lagi mereka menolak nasihat itu.

“Hai Hud, mengapa kamu selalu mengatakan hal itu kepada kami? Sungguh, kami bosan mendengarnya. Jika hanya itu yang bisa kamu katakan dan lakukan, Iebih baik kami mencari bantuan di tempat lain. Huh! Kamu benar-benar orang tua yang menyebalkan!” kata mereka, lalu pergi berlalu.

Konon, mereka mencari pertolongan hingga ke Mekkah. Mereka mengutus seseorang untuk pergi ke sana. Setelah beberapa lama, utusan itu akhirnya pulang dari Mekkah. Rupanya dia telah menemui orang pintar di sana. Orang pintar tersebut mengatakan bahwa hujan akan tiba dan mengakhiri kemarau yang menyiksa itu.

“Hujan sebentar lagi tiba! Tanaman di ladang dan sawah kita akan kembali menghijau!” kata utusan itu.

Tak lama setelah itu, muncul awan hitam pekat di langit.

“Lihatlah langit itu! Sepertinya usaha yang kita lakukan berhasil. Tidak sia-sia kita mengirim utusan hingga jauh ke Mekkah. Hujan sebentar lagi tiba,” kata salah seorang dari kaum ‘Ad.

Kaum ‘Ad begitu bersemangat. Lelaki dan perempuan, anak-anak dan orang dewasa, berkumpul di luar rumah untuk menyambut datangnya hujan.

Namun, ternyata mereka salah. Awan hitam yang mereka kira akan membawa berkah itu, justru merupakan azab dari Allah SWT.

Mereka yang tadinya merasa gembira, Iangsung menjadi takut begitu menyaksikan petir dan kilat yang menyambar-nyambar dengan dahsyatnya. Angin topan yang dingin bertiup sangat kencang dari segala penjuru. Angin itu menghancurkan apa saja yang dilewatinya.

“Angin apa ini? Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya mereka, penasaran sekaligus merasa ngeri.

Mereka pun berlari masuk ke dalam rumah mereka masing-masing. Mereka menyelamatkan diri dari topan yang sangat dingin hingga menusuk tulang itu.

“Hrrrr… brrrrr…” Mereka menggigil kedinginan. Meskipun mereka sudah membungkus tubuh mereka dengan selimut tebal, mereka masih merasa kedinginan.

Azab dari Allah yang dulu mereka minta, telah tiba. Mereka tak bisa lagi menyelamatkan diri.

“Huuud! Tolonglah kamiii!” teriak mereka, meminta tolong kepada Nabi Hud. Tapi, ketetapan Allah sudah berlaku, dan tak ada seorang pun yang bisa membatalkannya.

Topan Azab untuk Kaum Ad

Angin topan itu berlangsung selama tujuh malam delapan hari. Negeri kaum ‘Ad hancur, dan kaum ‘Ad yang ingkar itu pun akhirnya musnah.

Allah SWT berfirman, “Sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?” (QS. Al-Haqqah [69): 6-8)

Tak ada yang tersisa sama sekali dari kaum ‘Ad, kecuali Nabi Hud dan beberapa pengikut setianya yang telah diselamatkan oleh Allah SWT.

Nabi Hud wafat pada usia 110 tahun.

Hikmah yang dapat dipetik dari kisah ini adalah apa yang sudah ditetapkan Allah SWT, tak ada seorang pun yang bisa mengubahnya atau membatalkannya!

Category: Cerita Anak Islami