Cerita Rakyat Yunani : Petani dan Ketujuh Putranya

Dalam bersaudara kakak beradik seharusnya saling menyayangi, selalu berbagi suka dan duka, memahami satu dengan yang lain serta tidak pilih kasih antara saudara yang satu dengan saudara yang lainnya. Dengan demikian maka persaudaraan akan harmonis, membuat orang tua dan orang lain senang melihatnya.
Pada kisah yang akan kami ceritakan berikut ini adalah Cerita Rakyat Yunani : Petani dan Ketujuh Putranya. Ketujuh Putranya yang awalnya selalu bertengkar, namun sang ayah yang bijak dapat merubah hubungan anak-anaknya menjadi harmonis.

Selamat membaca Cerita Rakyat Yunani : Petani dan Ketujuh Putranya..!

Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang petani rajin yang tinggal di Yunani. Petani itu memiliki tujuh putra. Sayang, hubungan di antara ketujuh putranya itu kurang harmonis. Anak-anak itu sering bertengkar satu sama lain. Ada saja yang mereka ributkan, mulai dari barang- barang yang tidak dikembalikan pada tempatnya, karena rebutan lauk-pauk, atau karena cemburu, merasa sang ayah lebih sayang kepada salah satu di antara mereka.

Hal ini membuat si petani pusing. Ia sudah berulang kali mengingatkan anak-anaknya agar jangan bertengkar lagi, mengingat mereka merupakan saudara kandung. Namun, mereka tidak pernah memedulikan nasihat itu. Mereka masih saja ribut hampir setiap hari.

Kesabaran si petani habis. Ia sudah tidak tahan lagi melihat anak-anaknya bertengkar. Untunglah ia menemukan cara cemerlang untuk mengatasi masalah itu. Ia mengumpulkan tujuh potongan bambu, lalu mengikatnya menjadi satu. Setelah itu ia memanggil ketujuh anak-anaknya.

Cerita Rakyat Yunani Petani dan Ketujuh Putranya

“Ada apa, Ayah?” tanya si bungsu. Sang ayah tidak menjawab apa-apa. Ia hanya meminta si bungsu untuk mematahkan ketujuh bambu yang sudah ia gabung itu.

“Uggh… Iggh…,” si bungsu berusaha mematahkan bambu-bambu tersebut, tapi kesulitan. Padahal, tenaganya lumayan besar, setidaknya lebih besar daripada teman-teman seusianya. Akhirnya si bungsu pun menyerah.

“Ini terlalu sulit, Ayah. Aku tidak bisa mematahkannya,” lapor si bungsu. Sang ayah mengangguk-angguk dengan wajah datar. Kemudian ia meminta anak keenam ntuk melakukan hal yang sama dengan si bungsu.

Anak keenam mengerahkan seluruh tenaga untuk mematahkan bambu-bambu itu hingga berkeringat. Namun, gabungan bambu itu tidak patah sama sekali. Setelah beberapa kali mencoba, anak keenam pun menyerah.

“Sekarang giliran kamu,” ujar sang ayah sambil menyerahkan tujuh bambu yang sudah diikat itu kepada anak kelima. Anak kelima ini lebih besar dan lebih kuat daripada anak keenam dan ketujuh. Namun, rupanya ia juga tidak bisa  mematahkan bambu-bambu tersebut. Dan yang lebih mengejutkan, anak sulung yang paling kuat di antara mereka pun tidak bisa mematahkannya. Padahal ia sudah berusaha sekuat tenaga.

“Aku tidak bisa, Ayah!” seru si sulung sembari mengembalikan gabungan bambu itu kepada ayahnya. Sang ayah menerima bambu tersebut, lalu membuka ikatannya. Ia memberikan satu bambu kepada masing-masing anak.

“Sekarang coba kalian patahkan!” kata sang ayah.

Semua anak mencoba mematahkan potongan bambu mereka masing-masing. Dan mereka bisa melakukannya, termasuk si bungsu yang badannya paling kecil di situ.

“Ayah,” panggil si sulung, “apa sebenarnya tujuan Ayah menyuruh kami mematahkan bambu ini?”

“Tidakkah kalian mengerti?” ujar sang ayah, “Jika kalian bersatu, kalian akan sulit dipatahkan. Tapi jika kalian berpisah sendiri-sendiri, maka kalian akan mudah sekali dihancurkan. Renungkanlah hal ini.”

Ketujuh anak itu terpekur memikirkan ucapan sang ayah. Akhirnya mereka sadar bahwa pertengkaran di antara sesama saudara hanya merugikan mereka. Karena itu, mereka pun berjanji untuk saling membantu dan bekerja sama, tidak akan bertengkar lagi.

Pesan di balik Cerita Rakyat Yunani : Petani dan Ketujuh Putranya adalah :

Pepatah bilang, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Cerita di atas mencerminkan makna pepatah ini.

Pada masa lalu, penjajah bisa menjajah kita karena mereka mencerai-beraikan bangsa Indonesia.

Tapi ketika kita bersatu, maka kemerdekaan pun bisa kita raih bersama.

 

 

 

 

Simpan