Kisah Suri Ikun dan Dua Burung termasuk kedalam cerita rakyat singkat dari daerah Nusa Tenggara Timur. Cerita rakyat ini bercerita tentang seorang anak yang baik hati dan rajin. Apa yang terjadi pada anak rajin dan baik tersebut? Ini dia kisahnya.
Cerita Rakyat Singkat : Kisah Suri Ikun dan Dua Burung
Tersebutlah seorang anak lelaki yang hidup di Pulau Timor pada zaman dahulu. Suri Ikun namanya. Suri Ikun mempunya banyak saudara kandung, tiga belas jumlahnya. Enam saudara kandung lelakinya dan tujuh saudara kandungnya yang perempuan.
Mata pencaharian orang tua Suri Ikun adalah bertani. Orangtua Suri Ikun mempunyai kebun yang cukup luas. Namun, hasil pertaniannya itu tidak mencukupi kebutuhan keluarganya. Penyebabnya, tanaman pangan yang mereka tanam itu kerap dirusak oleh babi-babi hutan. Untuk mengatasi serang babi-babi hutan, orangtua Suri Ikun telah memerintahkan tujuh anak lelakinya untuk menjaga kebun secara bergiliran.
Dibandingkan saudara-saudaranya, Suri Ikun lebih pemberani dan rajin. Ia akan menghalau dan mengejar babi-babi hutan yang memasuki kebun orangtuanya. Dengan panahnya, Suri Ikun akan menghalau babi-babi hutan itu. Tidak jarang Suri Ikun pulang membawa babi hutan yang berhasil dipanahnya.
Pada suatu hari Suri Ikun kembali mendapat giliran untuk menjaga kebun.Ia berhasil menghalau babi-babi hutan yang memasuki kebunnya dan bahkan berhasil pula memanah salah seekor babi hutan. Suri Ikun membawa babi hutan itu pulang ke rumah.
Saudara-saudara Suri Ikun sangat senang mendapati Suri Ikun pulang membawa babi hutan. Mereka segera memotong-motong dan memasaknya. Kakak sulung Suri Ikun kemudian bertugas membagi-bagi potongan daging babi hutan itu. Namun, karena saudara-saudara Suri Ikun bersifat iri dan serakah, mereka hanya membagi bagian kepala babi hutan itu untuk Suri Ikun. Daging pada bagian kepala itu memang jauh lebih sedikit dibandingkan bagian-bagian tubuh Iainnya.
Kakak sulung Suri Ikun rupanya tidak hanya iri dan serakah, melainkan juga tidak senang dengan Suri Ikun. Ia sangat jengkel karena kedua orangtuanya senantiasa memuji dan membanggabanggakan Suri Ikun. Sebagai anak tertua, ia merasa dilecehkan. Ia pun menggagas sebuah rencana untuk melenyapkan Suri Ikun dari rumah.
Pada suatu hari kakak sulung Suri Ikun itu mengajak Suri Ikun untuk mencari gerinda ayah mereka yang tertinggal di hutan. Ketika itu hari telah senja. Suri Ikun sesungguhnya takut memasuki hutan, terlebih-lebih ketika waktu senja atau malam. Hutan itu terkenal angker karena menjadi tempat hunian para hantu jahat. Hantu-hantu jahat itu memangsa manusia yang berani memasuki hutan. Mereka akan menyesatkan manusia yang berani memasuki tengah hutan. Kakak sulung Suri Ikun sengaja mengajak Suri Ikun dan kemudian meninggalkannya di hutan agar dimangsa para hantu jahat penghuni hutan itu!
Suri Ikun berjalan di belakang kakak sulungnya. Pada sebuah kesempatan, kakak sulung Suri Ikun menyelinap dan segera mengambil jalan pintas untuk pulang kembali ke rumahnya. Suri Ikun yang tidak menyadari terus saja berjalan. Ia kian dalam memasuki hutan.
Suri Ikun terus berjalan. Sesaat kemudian ia tersadar, kakak sulungnya tidak dilihatnya di depannya. Dalam keremangan senja, ia terus berusaha memperhatikan keadaan di depannya dan berharap melihat sosok kakak sulungnya itu. Ketika sosok kakak sulungnya tidak dilihatnya, ia pun memanggil nama kakak sulungnya itu. Suri Ikun merasa lega dan tenang karena mendengar sahutan kakaknya. Sama sekali ia tidak menduga jika para hantu jahat yang sebenarnya menjawab panggilannya. Para hantu jahat itu sengaja meniru suara kakak sulung Suri Ikun untuk menyesatkan Suri Ikun sebelum akhirnya merencanakan untuk memangsanya.
Ketika Suri Ikun telah tiba di tengah hutan, para hantu jahat segera menangkapnya. Seketika itu mereka hendak memangsangnya. Namun beberapa hantu jahat itu enggan memangsa Suri Ikun ketika itu karena tubuhnya yang terlalu kurus. “Sebaiknya kita kurung ia dulu,” saran salah satu hantu jahat itu. “Jika ia telah gemuk badannya, baru kita mangsa dia.”
Saran itu disetujui hantu-hantu jahat yang lain. Maka, mereka pun mengurung Suri Ikun di sebuah gua yang sangat gelap. Mereka memberikan makanan dan minuman untuk Suri Ikun dan berharap tubuh Suri Ikun akan segera gemuk.
Sejak ditangkap para hantu jahat hingga akhirnya dikurung, Suri Ikun merasakan ketakutan yang sangat. Ia berusaha keras mencari jalan keluar dari gua tempatnya disekap. Hingga ia menemukan sebuah celah yang menyebabkan bagian gua itu sedikit lebih terang karena terkena sinar matahari yang menerobos masuk. Ketika Suri Ikun melongok ke dalam celah, ia melihat dua anak burung yang terlihat sangat kelaparan. Suri Ikun merasa sangat kasihan. Ia lantas memberi makanan kepada dua anak burung itu.
Waktu terus berlalu. Dua anak burung itu telah tumbuh menjadi dua ekor burung yang besar. Tubuhnya terlihat kekar lagi kuat. Keduanya hendak membalas budi Suri Ikun yang telah memberi mereka makanan selama itu. Mereka mengetahui jika Suri Ikun dikurung di dalam gua sebelum akhirnya menjadi santapan para hantu jahat. Dua ekor burung itu berencana membebaskan Suri Ikun dari sekapan para hantu jahat.
Kesempatan itu akhirnya tiba. Dua burung besar itu melihat pintu gua dibuka para hantu jahat yang hendak memangsa Suri Ikun. Seketika pintu gua dibuka, dua burung itu lantas menyerang hantu-hantu jahat dengan paruh, cakar, dan kedua kaki mereka yang kuat. Sekalian para hantu jahat menjadi kalang kabut mendapat serangan mendadak yang sangat mengejutkan mereka. Ketika para hantu jahat berlarian, dua burung itu lantas menerbangkan Suri Ikun. Keduanya membawa Suri Ikun terbang melintasi hutan, sungai, dan bukit. Keduanya membawa Suri Ikun menuju daerah berbukit-bukit. Sangat mengherankankan, di daerah berbukit-bukit itu terdapat sebuah istana kerajaan yang sangat indah lagi megah yang merupakan ciptaan dua burung besar tersebut. Dengan kekuatan gaibnya pula dua burung itu menciptakan para prajurit, hulubalang, dayang-dayang dan juga pelayan istana kerajaan. Mereka mempersilakan Suri Ikun untuk berdiam di istana kerajaan itu dan mengatur kerajaan selaku raja.
Daerah di sekitar bukit-bukit itu dikenal subur lagi indah. Rakyat banyak akhirnya berpindah ke daerah itu dan mereka menyatakan ketundukkannya kepada Suri Ikun yang mereka anggap sebagai raja.
Suri Ikun memerintah kerajaannya dengan adil dan bijaksana.Ia mengusahakan kesejahteraan rakyatyang dipimpinnya. Rakyat pun hidup dalam ketenangan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Singkat : Suri Ikun dan Dua Burung adalah orang yang baik sifat dan kelakuannya akan mendapatkan balasan atas kebaikannya itu di kemudian hari. Berbuat baik tidak hanya semata-mata kepada manusia lain, melainkan juga kepada hewan karena sesungguhnya hewan itu juga makhluk hidup ciptaan Tuhan.