Cerita Rakyat Papua Barat (Dongeng Papua)

Tema dari posting cerita rakyat minggu ini adalah Cerita Rakyat Papua Barat (Dongeng Papua). Jika pada artikel sebelumnya kami sudah bercerita cerita rakyat dari papua yang mengisahkan asal muasal dari kata Pulau Irian maka pada kisah kali ini kami bercerita tentang masyarakat Papua pada jaman dahulu kala. Sudah penasaran dengan cerita rakyat nusantara ini. Yuk kita simak bersama-sama

Cerita Rakyat Papua Barat (Dongeng Papua) : Kisah Batu Keramat

Tersebutlah di sebuah gunung yang berada di daerah Wawuti, Yapen Timur. Gunung Kamboi Rama namanya. Warga yang berdiam di sekitar gunung itu sering berkumpul dan mengadakan pesta adat di gunung itu.

Di gunung Kamboi Rama itu tinggal Dewa Iriwonawai. Dewa Iriwonawai mempunyai sebuah tifa ajaib yang diberi nama Soworoi atau Sokirei. Jika tifa ajaib itu dibunyikan, orang-orang akan segera berdatangan dan berkumpul. Hanya orang-orang tua yang mempunyai kekuatan gaib saja yang dapat melihat tifa ajaib Soworai, meski orang-orang berusaha melihatnya.

Cerita Rakyat Papua Barat Dongeng Papua Kisah Batu Keramat
Cerita Rakyat Papua Barat Dongeng Papua Kisah Batu Keramat

Dewa Iriwonawai mempunyai sebuah dusun bernama Aroempi. Semula, banyak tanaman sagu tumbuh di dusun itu. Namun, tanaman-tanaman sagu itu terus berkurang jumlahnya hingga akhirnya habis tak tersisa. Dewa Iriwonawai menjadi murka. Karena takut dengan kemarahan Dewa Iriwonawai, rakyat pun berpindah tempat ke pantai yang kemudian tempat itu dinamakan Randuayaivi.

Di dusun Aroempi tinggal Dewa Iriwonawai beserta istrinya dan sepasang suami istri berna ma Irimiami dan Isoray. Syandan pada suatu hari Isoray berniat menjemur diri. Ia duduk di atas sebuah batu. Batu yang diduduki Isoray mendadak mengeluarkan asap panas. Isoray yang merasa kepanasan segara bangkit dari duduknya. Apa yang dirasakannya lantas diceritakannya kepada Irimiami. Irimiami lalu mencoba duduk di atas batu itu. Ia juga merasakan kepanasan. Ia mendapati uap panas mengepul keluar dari batu itu setelah meneliti.

Irimiami sejenak merenung. Teringat ia pada daging rusa simpanannya. Ia sangat penasaran, apa jadinya jika daging rusa itu diletakkan di atas batu itu? Irimiami lalu mengambil daging rusa dan meletakkannya di atas batu. Dilihatnya daging itu menjadi mengering dan ketika dicicipinya, rasa daging itu menjadi enak. Isoray juga mengakui, daging rusa itu lebih enak setelah diletakkan di atas batu panas. Maka, sejak saat itu Irimiami dan Isoray senantiasa meletakkan makanan di atas batu panas itu sebelum memakannya.

Pada suatu hari Irimiami dan Isoray menggosok-gosokkan bambu di atas batu panas. Bambu itu langsung putus dan akibat gosokan itu menimbulkan sesuatu yang berwarna kemerah-merahan. Rasanya panas ketika sesuatu berwarna kemerah-merahan itu terkena kulit tangan suami istri tersebut. Suami istri itu lantas mengumpulkan rumput dan daun kering dan meletakkannya di atas batu panas. Beberapa saat kemudian suami istri itu melihat asap putih bergumpal-gumpal muncul dari tumpukan rumput dan dedaunan kering. Irimiami dan Isoray pun sadar, batu itu bukan sembarang batu. Keduanya menganggap batu itu batu keramat dan mereka memujanya.

Ketika matahari bersinar terik, Irimiami dan Isoray meletakkan rumput, daun kering, dan ranting-ranting bambu di atas batu keramat. Keduanya menunggu apa yang akan terjadi pada benda-benda yang mereka Ietakkan di atas batu keramat. Keduanya sangat terkejut ketika mendapati sesuatu yang menyala berwarna merah terang. Sesuatu itu terasa sangat panas ketika suami istri itu mencoba memegangnya. Keduanya menjadi ketakutan ketika sesuatu itu bertambah besar hingga tumpukkan rumput, dedaunan kering, dan juga ranting-ranting bambu menjadi kehitaman terkena jilatannya.

Irimiami dan Isoray yang ketakutan segera memohon kepada Dewa Iriwonawai agar memadamkan sesuatu berwarna kemerah- merahan yang terasa sangat panas itu. Dewa Iriwonawai memperkenankan permohonan mereka.

Keesokan harinya Irimiami dan Isoray mengumpulkan rerumputan kering, dedaunan kering, dan juga kayu-kayu kering dalam jumlah yang banyak. Suami istri itu meletakkan semuanya di atas batu keramat. Tak berapa lama sesuatu yang berwarna merah terang terlihat menyala. Kian lama kian membesar nyalanya. Asapnya mengepul tebal di puncak Gunung Kamboi Rama. Tifa Soworai pun berbunyi. Terus berbunyi tifa itu selama enam hari. Masyarakat yang tinggal di Randuayaivi akhirnya berdatangan ke puncak Gunung Kamboi Rama. Mereka ingin melihat tifa ajaib milik Dewa Iriwonawai itu.

Irimiami dan Isoray menyambut kedatangan masyarakat Randuayaivi dengan baik. Suami istri itu lantas menceritakan pengalaman mereka sehubungan dengan adanya batu keramat. Penduduk Randuayaivi tercengang mendengar penuturan suami istri itu. Mereka juga keheranan ketika merasakan daging yang sebelumnya diletakkan di atas batu keramat. Daging itu menjadi Iebih lezat. Berbagai makanan lainnya terasa lebih lezat setelah diletakkan di atas batu keramat.

Penemuan batu keramat itu ditindaklanjuti dengan pesta adat. Masyarakat Randuayaivi pun berdatangan ke puncak Gunung Kamboi Rama seraya membawa bahan-bahan makanan, seperti sagu, keladi, dan juga daging yang mereka miliki. Mereka kemudian berkumpul setelah meletakkan bahan makanan yang mereka bawa di atas batu keramat. Puncak Gunung Kamboi Rama terlihat terang benderang. Pesta adat itu berlangsung selama tiga hari.

Irimiami dan Isoray lantas memerintahkan masyarakat Randuayaivi dan juga mereka yang hadir di puncak gunung Kamboi Rama itu untuk mengelilingi batu keramat sambil menari-nari dan memujanya. Maka, sejak saat itu hingga kini masyarakat Papua tetap mengeramatkan batu api penemuan Irimiami dan Isoray tersebut. Mereka sangat percaya, Irimiami dan Isoray adalah orang-orang pertama yang menemukan api di dunia ini.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Papua Barat (Dongeng Papua) : Kisah Batu Keramat adalah hendaklah kita bersikap jujur. Jangan berbohong karena kebohongan akan terbuka di kemudian hari.

Cerita Rakyat Papua Barat (Dongeng Papua) : Laba-laba yang sabar

Cerita Rakyat Papua Barat Dongeng Papua Laba-laba yang sabar
Cerita Rakyat Papua Barat Dongeng Papua Laba-laba yang sabar

Seekor laba-laba tinggal di sebuah pohon yang terletak di pinggiran hutan sang laba-laba membuat sebuah sarangnya yang terbuat dari jaring-jaring yang lengket dia membuat rumahnya dengan sangat hati-hati dan penuh ketelitian dengan sabar sehingga rumahnya itu terlihat sangat baik apalagi ketika matahari terbit, sinarnya yang menerpa sarang laba-laba itu membuat pantulan-pantulan cahaya sehingga terlihat sarang laba-laba itu dipenuhi dengan warna. Warna-warna itu membuat para serangga datang menghampiri sarang laba-laba karena para serangga senang dengan sesuatu yang berwarna mengkilap. Setiap hari sang laba-laba menunggu serangga datang ke jaringnya dengan sabar meskipun jaring laba-laba itu selalu rusak di hantam oleh binatang besar seperti burung yang melintas namun sang laba-laba selalu membuat ulang sarang itu dengan penuh ketelitian.

Sudah 3 pekan sang sang laba-laba tidak makan namun dia tetap sabar menunggu serangga kecil yang terjerat di jaringnya, hingga pada suatu hari seekor kupu-kupu terbang melintasi jaringnya itu namun sang kupu-kupu itu tidak terjebak, kini sang laba-laba harus menunggu lagi serangga yang terjebak di jaringnya.

Beberapa hari kemudian seekor capung terbang mencari makanan dia melihat sesuatu yang mengkilap dan menhampirinya, lalu dia memeriksa benda itu dan mencoba untuk meraihnya karena rasa penasarannya tubuh sang capung menempel di jaring laba-laba tersebut, seketika sang capung meronta-ronta menggerakan tubuhnya agar tubuhnya lepas dari lengketnya jaring tersebut hal tersebut membuat getaran pada jaring laba-laba, laba-laba yang telah menunggu mangsa sekian lama kini merasa bahagia, sekejap sang laba-laba menyuntikan racunnya pada sang capung kemudian capung itu langsung pingsan, sang laba-laba mengeluarkan jaringnya dan memutar-mutar tubuh sang capung untuk dia bungkus lalu setelah dia bungkus.

Namun sebelum sang laba-laba menyantap capung tersebut seekor burung gagak hitam tidak sengaja melewati jaring tersebut dan menghancurkannya, kini sang laba-laba harus kehilangan makanannya yang jatuh ke tanah dan dibawa oleh para semut dan dia juga harus membuat ulang sarangnya kembali. Keesokan harinya sang laba-laba membuat kembali sarangnya meskipun sarangnya telah hancur beberapa kali sang laba-laba tidak merasa gusar, dia selalu bersabar dan bersikap tenang menghadapinya. Setelah selesai sang laba-laba membuat sarang seekor sore hari kemudian seekor ngengat terperangkap di jaring tersebut, kemudian sang laba-laba menyuntikan kembali racunnya agar ngengat tersebut pingsan dan membungkusnya. Kini jaringnya tidak lagi hancur oleh binatang-binatang besar lainnya dan keesokan harinya sang laba-laba dapat menyantap makanannya yang dia tunggu dengan penuh kesabaran.

Hal tersebut selalu terulang bagi sang laba-laba dia harus menunggu kembali serangga-serangga yang terjerat jaringnya dengan sabar dan harus membuat sarangnya kembali ketika sarangnya hancur dikarenankan oleh binatang-binatang besar yang melintasi sarang tersebut.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Papua Barat (Dongeng Papua) : Laba-laba yang sabar adalah kesabaran akan membuahkan hasil yang manis dimasa yang akan datang.

Tinggalkan Balasan