Cerita Rakyat Dari Jepang : Taro, Sang Saudagar Jerami

Sepertinya sudah cukup lama kakak tidak bercerita cerita rakyat dari Jepang. Dongeng Jepang terakhir yang kakak posting adalah Kumpulan Cerita Rakyat Jepang Terkenal. Saat ini kakak akan bercerita salah satu dongeng yang juga sangat terkenal di negeri matahari terbit tersebut

Cerita Rakyat Dari Jepang Terpopuler : Taro, Sang Saudagar Jerami

Di sebuah desa di Jepang, hiduplah seorang pemuda miskin yang bernama Taro. Setiap hari, ia bekerja di ladang orang lain. Lalu, saat malam tiba, ia menumpang tidur di sebuah kuil.

Taro selalu berdoa sebelum tidur. “Wahai, Dewa! Aku telah bekerja dengan sungguh-sungguh selama hidupku. Tapi, mengapa aku tetap saja miskin?

“Tolonglah aku, Dewa. Aku ingin hidup senang,” demikian doa Taro.

Pada suatu malam, ada suara misterius membangunkan Taro, “Taro, dengarlah baik-baik! Ambil dan bawalah selalu benda yang pertama kali kau dapatkan esok hari! Benda itu akan membuatmu bahagia.”

Keesokan harinya, ketika Taro keluar dari pintu kuil, Taro tersandung batu dan jatuh. Tanpa sadar, ia telah menggenggam sebatang jerami.

“Apakah benda ini yang dimaksud suara semalam itu? Tapi, ini hanya sebuah jerami? Bagaimana bisa jerami ini akan mendatangkan kebahagiaan bagiku?” pikir Taro.

Walaupun agak kecewa dengan benda yang didapatkannya, Taro tetap membawa jerami itu.

Saat Taro bekerja di ladang, seekor lalat besar mengganggunya. Lalat itu terbang di atas kepala Taro berulang-ulang. Kesal oleh ulah lalat itu, Taro menangkapnya dan mengikatnya dengan jerami yang ia bawa. Kemudian, Taro mengikat ujung jerami satunya di sebuah ranting sehingga lalat tersebut terbang berputar-putar bergantungan pada jerami.

Saat itu, lewat kereta kuda mewah yang diikuti dua pengawal yang menunggang kuda. Kereta kuda itu membawa orang kaya.

Di dalam kereta, seorang anak memerhatikan lalat yang diikat Taro dengan batang jerami. “Aku ingin mainan itu,” kata si anak yang mengira itu adalah mainan.

Kereta segera berhenti. Ibu anak itu keluar menghampiri Taro dan meminta “mainan lalat” milik Taro. Sang ibu berjanji memberikan tiga buah jeruk sebagai rasa terima kasihnya kepada Taro.

“Wah, sebatang jerami bisa menjadi tiga buah jeruk,” ujar Taro senang.

Saat hari mulai sore, Taro beranjak pulang. Di perjalanan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang beristirahat dan terlihat sangat kehausan.

“Aku haus sekali. Di mana aku menemukan mata air di sini?” tanya wanita itu.

“Ada di kuil, tetapi jaraknya masih jauh. Kalau Anda haus, ini kuberikan jerukku,” kata Taro sambil memberikan jeruknya kepada wanita itu.

“Terima kasih, anak muda. Sebagai rasa terima kasihku, terimalah kain tenun ini,” ujar wanita tua itu.

Taro gembira sekali mendapatkan kain itu. Tak lama kemudian, lewat rombongan samurai yang menunggang kuda. Tiba-tiba, kuda salah satu samurai terjatuh dan tidak bergerak lagi.

“Aduh, padahal kita sedang terburu-buru,” kata samurai.

Para Samurai pun mendiskusikan apa yang harus dilakukan terhadap kuda itu. Taro kemudian menawarkan diri untuk mengurus kuda itu. Sebagai gantinya, Taro memberikan kain tenun pemberian wanita tua kepada para samurai. Mereka pun setuju.

Lalu, Taro mengambil air dari sungai dan segera meminumkannya kepada kuda itu. Setelah itu, Taro membawa kuda yang sudah sehat.

Di sebuah rumah di pinggir desa, orang-orang tampak sangat sibuk memindahkan barang-barang. “Kalau ada kuda tentu sangat bermanfaat,” pikir Taro.

Kemudian, Taro masuk ke halaman rumah mereka dan bertanya apakah mereka membutuhkan kuda. Sang pemilik rumah berkata, “Wah, kuda yang bagus. Aku menginginkannya. Tetapi, saat ini aku tidak mempunyai uang. Bagaimana kalau kuganti dengan sawahku?” katanya.

“Baik, uang kalau dipakai segera habis. Tetapi, sawah bila digarap akan menghasilkan beras. Silakan kalau mau ditukar,” kata Taro.

“Kau bijaksana sekali. Bagaimana jika selama aku pergi ke negeri yang jauh, kau tinggal di sini untuk menjaga sawahku?” tanya si pemilik rumah.

“Baik, terima kasih, Tuan,” jawab Taro.

Sejak saat itu, Taro menjaga rumah itu sambil bekerja membersihkan rerumputan dan menggarap sawah yang didapatkannya. Ketika musim gugur tiba, Taro memanen padinya yang sangat banyak.

Semakin lama, Taro semakin kaya. Karena kekayaannya berawal dari sebatang jerami, ia diberi julukan “Saudagar Jerami.”

Pesan Moral dari Cerita Rakyat Dari Jepang : Taro, Sang Saudagar Jerami adalah Jadilah anak yang jujur dan baik hati. Ingatlah untuk selalu berdoa dan berusaha agar keinginanmu tercapai. Ingat jangan mudah rnenyerah dan putus asa. Sebab orang yang putus asa tidak akan mendapatkan apa-apa.

Temukan dongeng cerita rakyat Jepang terbaik pada posting kakak berikut ini Kumpulan Dongeng Dongeng Cerita Rakyat Dunia