Ada beberapa Cerita Rakyat Irian Jaya yang kakak miliki. Beberapa diantaranya yang sangat populer adalah cerita rakyat papua Asal Usul Sungai Manokwari dan dongeng dari papua asal usul nama Irian. Kedua dongeng Irian Jaya tersebut akan kakak ceritakan malam hari ini. Selamat membaca
Cerita Rakyat Irian Jaya : Asal Muasal Sungai Maruwai
Zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda bernama Maruwai bersama kedua orangtuanya. Maruwai adalah pemuda yang bertubuh kekar. Ia pandai berburu dan mempunyai senjata berupa panah dan sebuah keris yang terbuat dari tulang burung kasuari.
Suatu waktu, desa mereka dilanda kekeringan. Mereka kesulitan mendapatkan air. Orangtua Maruwai menyuruhnya untuk mencari air.
Maruwai mulai berjalan menuju hutan. Dari kejauhan, ia melihat langit mendung di atas bukit.
“Ah, mendung! Sebentar lagi disana pasti akan turun hujan. Aku akan mendapatkan air!” ujar Maruwai. Pemuda itu berlari ke puncak bukit, tidak memedulikan banyaknya semak belukar yang harus dilaluinya. Ternyata sesampainya di atas, cuaca kembali cerah. Tidak setitik pun air hujan turun. Maruwai sangat kecewa.
Untuk mengobati kekecewaannya, ia singgah di rumah tetangganya, Bodofon.
“Ah Maruwai! Aku senang kau mampir!” sambut Bodofon.
“Aku ingin minta tolong kepadamu, kawan,” ujar Maruwai
“Apa yang bisa kubantu?” jawab Bodofon
Maruwai menceritakan masalahnya, ia diminta orangtuanya untuk membawakan air, karena desa dilanda kekeringan.
“Aku akan membantumu. Ikutilah aku!” kata Bodofon.
Kemudian, mereka berjalan ke tebing. Di sana terdapat air terjun yang deras sekali. Maruwai tercengang melihatnya. Bodofon menyodorkan sebuah upih (tempat air).
“Kau boleh mengambil air di sana dengan upih ini, tetapi ada syarat yang harus kau penuhi,” Bodofon.
“Apakah itu?” tanya Maruwai.
“Jangan kau letakkan upih ini di sembarang tempat,” kata Bodofon.
“Mengapa begitu? Apakah yang akan terjadi jika aku lupa?” tanya Maruwai
Bodofon tak ingin memberitahu akibatnya, “Maaf aku tidak akan memberitahu. Sekarang, tinggal katakan apakah kau bersedia memenuhi syarat ini?”
“Aku akan menjaganya!” ujar Maruwai. Lalu, ia mengambir air menggunakan upih tersebut dan pamit kepada Bodofon untuk pulang.
Dalam perjalanan ulang, Ia sangat berhati-hati menjaga upih tersebut. Di tengah jalan, ia melihat seekor burung kasuari melintas. Maruwai ingin sekali memanahnya, tetapi ia ingat janjinya kepada Bodofon. Ketika melanjutkan perjalanan, ia melihat seekor babi hutan yang amat gemuk melintas. Tanpa pikir panjang lagi, ia meletakkan upih dan memanah babi itu.
Maruwai senang sekali bisa menapatkan babi hutan tersebut. Namun, ketika melihat upih, ia menjadi sangat terkejut. Air di dalam upih itu tumpah dan mengalir menjadi sungai. Akhirnya, sungai tersebut dinamakan Sungai Maruwai.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Irian Jaya : Asal Muasal Sungai Maruwai adalah tepatilah janjimu agar kamu disukai dan sukses dimasa yang akan datang.
Cerita Rakyat dari Papua : Asal Usul Nama Irian
Di sebuah desa di Biak Selatan, tinggallah seorang iaki-laki muda bernama Mananamakrdi. Ia menderita penyakit kudis yang cukup parah, sehingga tidak ada satu pun tetangga mau dekat dengannya.
Saudara-saudaranya pun membencinya, karena merasa jijik dengan penyakit Mananamakrdi. Mereka tidak mau sekamar dengan Mananamakrdi dan menyuruh saudaranya itu tidur di luar. Mananamakrdi tidak menolak ketika harus tidur di luar. Namun, ternyata lama-kelamaan saudara-saudaranya semakin tidak tahan tinggal serumah dengan Mananamakrdi yang bepenyakit kudis dan bau. Mereka mengusir Mananamakrdi dari rumah.
Pemuda itu pun meninggalkan rumahnya dengan perasaan sedih. Ia mendayung perahu mengarungi lautan. Akhirnya, ia terdampar di sebuah pulau di Biak Timur.
Mananamakrdi menetap di pulau tersebut. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, ia memangkur sagu. Ia juga membuat tuak dari air nira. Suatu hari, ia menemukan air niranya habis. Lalu, ia berniat mencari tahu siapa yang mencurinya.
Pada malam harinya, ia bersembunyi di dekat pohon-pohon kelapa tempat ia menggantungkan batang-batang bambu berisi air nira. Ketika itu, ia melihat sesosok makhluk yang bersinar sedang menghabiskan air nila miliknya. ia segera bergegas menangkapnya.
“Lepaskan aku. Aku adalah bintang pagi yang sebentar lagi harus menghilang, karena matahari akan muncul!”
“Aku akan melepaskanmu dengan syarat kau harus menyembuhkan kudisku dan memberiku istri yang cantik!” ujar Mananamakrdi.
“Mudah saja. Panjatlah batang pohon bitanggur yang terdapat di pinggir laut. Ketika gadis yang kau inginkan sedang mandi di laut, lemparlah satu buahnya ke tengah laut. Ia akan menjadi istrimu kelak!” ujar bintang pagi. Lalu, Mananamakrdi melepaskannya pergi.
Sejak saat itu, Mananamakrdi rajin duduk di bawah pohon betanggur. Suatu kali ia melihat seorang gadis cantik mandi di laut. Ia segera memanjat pohon tersebut. Gadis itu bernama insoraki yang merupakan putri kepala suku.
Mananamakrdi melemparkan buah bitanggur ke arah laut. Buah tersebut terombang-ambing dan mengenai tubuh lnsoraki. Berkali-kali Insoraki menepis buah tersebut, tetapi buah itu kembali terombang-ambing ke arahnya dan mengenai tubuhnya. Akhirnya, Insoraki bergegas pulang ke rumah.
Beberapa waktu setelah kejadian itu, Insoraki hamii. Gadis itu sangat bingung. Kemudian, lalu menceritakan kejadian di pantai kepada ayah dan ibunya. Beberapa bulan kemudian, ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberinya nama Konori.
Sesuai dengan tradisi, untuk bayi yang baru lahir diadakan pesta pemberian nama. Manonamakrdi ikut hadir pada upacara tersebut. Ketika acara sedang berlangsung, tiba-tiba Konori merangkak dan memeluk kaki Monanamakrdi sambil berteriak, “Ayah!”
Kejadian tersebut membuat Insoraki dan Mananamakrdi diharuskan menikah. Para penduduk merasa jijik dengan keadaan Mananamakrdi, sehingga mereka semua pergi meninggalkan desa. Mereka juga merasa takut tertular penyakit yang diderita laki-laki itu. Desa itu menjadi sangat sepi. Hanya Mananamakrdi, Insoraki, don Konori yang tinggal di sana.
Suatu hari, Mananamakrdi membuat sebuah api unggun di depan rumahnya. Tiba-tiba ia menceburkan dirinya ke dalam api unggun tersebut. Anak dan Istrinya menjerit ketakutan. Namun, keajaiban terjadi, tak berapa lama kemudian Mananamakrdi keluar di gumpalan api tersebut. Tubuhnya telah bersih, kudis di tubuhnya hilang sama sekali.
Wajahnya pun bersinar tampan. Mananamakrdi merasa menjadi manusia yang baru. Kemudian, ia mengajak anak dan istrinya meninggalkan desa tersebut dan berlayar ke arah Manokwari. Mereka menepi di sebuah pulau di dekat Manokwari.
Pulau tersebut sangat luas dengan pemandangan yang indah. Konori sangat senang bermain di pantainya. Ketika hari mulai siang, matahari bersinar terang. Udara menjadi sangat panas.
Konori berteriak memanggil ayahnya, ” Irian, Ayah! Irian!” Dalam bahasa orang Biak, irian berarti panas.
“Tenanglah, Nak. Ini adalah tanah nenek moyangmu, kita akan tinggal di sini,” ujar Mananamakrdi. Semenjak saat itu wilayah tersebut dinamakan Irian.
Pesan moral dari Cerita Rakyat dari Papua : Asal Usul Nama Irian adalah segala cobaan hidup harus dilalui dengan kesabaran.
Baca dongeng Irian lainnya pada artikel berikut ini cerita rakyat papua barat