Cerita rakyat dari yogyakarta yang singkat mengenai Syekh Belabelu sangat disukai masyarakat. Kisah ini berlatarkan saat agama islam baru masuk ke pulau Jawa. Ini dia cerita lengkapnya.
Cerita Rakyat Dari Yogyakarta Yang Singkat : Syekh Belabelu
Pada zaman dahulu, hiduplah dua orang yang bernama Syekh Belabelu dan Syekh Maulana Maghribi. Syekh Belabelu sebenarnya bernama Raden Jaka Bandem. Dia adalah putra Raja Majapahit, Prabu Brawijaya terakhir yang melarikan diri karena tidak mau memeluk Islam. Diceritakan, Raden Jaka Bandem beserta para pengiringnya menetap di Bukit Pemancingan.
Setelah Raden Jaka Bandem cukup lama menetap di bukit itu, datanglah Syekh Maulana Maghribi yang diperintahkan oleh Raden Patah untuk menyebarkan ajaran Islam di wilayah itu. Setelah selesai mendirikan pondok di Bukit Sentana, ia mengundang orang-orang di sekitarnya untuk datang ke pondoknya. Syekh Maulana Maghribi mulai menyiarkan ajaran agama Islam. Banyak yang tertarik dengan ajaran yang disampaikan Syekh Maulana, termasuk Raden Jaka Bandem,
Setelah masuk Islam, Raden Jaka Bandem berganti nama menjadi Syekh Belabelu. Menurut cerita, sejak masih muda Syekh Belabelu suka melakukan tirakat di luar kebiasaan orang banyak. Kebiasaan ini membuat heran Syekh Maulana Maghribi. Pada suatu hari ia bertanya kepada Syekh Belabelu,”Mengapa caramu bertapa tidak seperti yang dilakukan orang-orang?”
“Ini cara yang tepat buat saya. Saya yakin akan berhasil mencapai tujuan, jawab Syekh Belabelu.
“Kalau begitu, kita uji dan kita buktikan hasilnya. Kita akan bertapa selama satu bulan, dengan cara kita masing-masing. Setelah itu, kita lihat mana yang lebih berhasil.” Setelah Syekh Maulana Maghribi berkata demikian, Syekh Belabelu pun sepakat. Mereka berdua mulai menjalankan tirakat dengan caranya masing-masing. Setelah satu bulan, mereka akan mengadu kecepatan menempuh jarak dari pantai Parangtritis sampai ke Mekkah untuk shalat Jumat.
Pada hari yang telah ditentukan, Syekh Maulana Maghribi pagi-pagi datang ke pondok Syekh Belabelu. Setibanya di sana, ternyata Syekh Belabelu masih sibuk menanak nasi.
“Bukankah pagi ini kita akan pergi shalat Jumat ke Mekkah, mengapa kamu belum siap-siap?” kata Syekh Maulana Maghribi.
“Ya, saya tahu. Tetapi, sebelum pergi saya harus makan dulu. Silakan kamu berangkat lebih dulu. Saya akan menyusul nanti setelah selesai makan,” kata Syekh Belabelu. Syekh Maulana Maghribi segera berangkat menuju Mekkah, sedangkan Syekh Belabelu masih menikmati makanan dengan santai.
Syekh Maulana Maghribi bernapas lega ketika ia sudah sampai di Mekkah. Ia melihat telah banyak orang yang datang untuk shalat Jumat. Tiba-tiba Syekh Maulana Maghribi terkejut. Dilihatnya Syekh Belabelu telah duduk bersila di dalam masjid itu. Dengan rasa heran, Syekh Maulana Maghribi akhirnya duduk di dekat Syekh Belabelu. Dalam hatinya ia berguman tak mengerti, tetapi ia mengakui keunggulan temannya itu.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Dari Yogyakarta Yang Singkat : Syekh Belabelu adalah
Setiap orang hendaknya saling menghargai dalam menjalankan ibadah dengan cara yang diyakininya. Perbedaan dalam tata cara beribadah tidak harus dipersoalkan dan tidak merasa benar sendiri. Karena Tuhan selalu mencintai kedamaian dan akan menunjukkan kekuasaannya.