Cerita rakyat dari Yogyakarta pertama yang akan kakak ceritakan di hari libur ini adalah mengenai kisah terbentuknya Gunung Merapi. Selain itu kakak juga akan menceritakan sebuah dongeng Yogyakarta yaitu mengenai asal usul gubug rubuh pada dongeng ini mengandung sejarah mengenai masuknya agama Islam ke daerah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang saat itu dikuasai oleh Kerajaan Majapahit yang menganut agama hindu. Kakak jamin pengetahuan kalian bertambah setelah membaca dua kisah ini.
Cerita Rakyat dari Yogyakarta : Asal Mula Gunung Merapi
Konon, Pulau Jawa memiliki tanah yang miring dan tidak rata. Untuk itu, para dewa di khayangan ingin menyeimbangkan Pulau Jawa dengan meletakkan sebuah gunung di tengah Pulau Jawa. Akhirnya, diputuskan untuk memindahkan Gunung Jamurdipa yang letaknya di Pantai Selatan ke daerah sekitar perbatasan Kabupaten Sleman, Boyolali, dan Klaten.
Di tempat akan diletakkannya Gunung Jamurdipa, tinggallah dua orang empu sakti pembuat keris bernama Empu Rama dan Empu Pamadi.
Dalam membuat keris, mereka tidak pernah menempa besi menggunakan palu atau landasan logam, tetapi langsung dengan tangan dan paha mereka sebagai alasnya.
Kemudian, para dewa mengutus Batara Narada dan Dewa Penyarikan untuk menemui kedua empu tersebut dan meminta mereka untuk pindah dari sana agar tidak tertindih oleh gunung yang baru.
Kedua utusan khayangan itu turun ke bumi. Mereka menyampaikan pesan para dewa kepada kedua empu tersebut.
“Terima kasih atas kedatangan kalian, tetapi mohon maaf kami tidak bisa pindah dari sini, karena jika kami berpindah-pindah itu tidak baik bagi kualitas keris buatan kami,” jawab Empu Rama.
Batara Narada dan Dewa Penyarikan mencoba kembali menasihati kedua empu, “Namun, jika hal ini tidak kalian dilakukan, Pulau Jawa akan semakin miring:”
Kedua empu sakti ini tetap pada pendirian mereka dan menolak untuk pindah.
Hal ini membuat Batara Narada dan Dewa Penyarikan marah. Terjadilah pertengkaran yang dilanjutkan dengan pertarungan di antara keempatnya.
Kesaktian Empu Rama dan Empu Pamadi lebih tinggi, Batara Narada dan Dewa Penyarikan dapat terpukul mundur.
Dewa-dewa di khayangan murka ketika Batara Narada dan Dewa Penyarikan pulang dengan tangan hampa.
“Kedua empu itu memang keras kepala! Kalau begitu, kita tidak usah memperhitungkan mereka. Segera tiupkan Gunung Jamurdipa sekarang juga!” perintah Batara Guru.
Dewa Bayu lalu meniup Gunung Jamurdipa, sehingga terempas dan jatuh tepat di atas perapian kedua empu tersebut. Empu Rama da Empu Pamadi tewas tertindih gunung tersebut. Perapian tempat kedua empu tersebut kemudian berubah menjadi kawah. Akhirnya, gunung tersebut disebut dengan Gunung Merapi, karena letaknya persis di lokasi perapian kedua empu pembuat keris itu.
Catatan yang bisa dipetik berdasarkan Cerita Rakyat dari Yogyakarta : Asal Mula Gunung Merapi adalah gunung merapi yang berada di bagian tengan pulau jawa ini merupakan gunung teraktif di Indonesia. kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan taman nasional gunung merapi sejak tahun 2004
Cerita Rakyat Yogyakarta : Asal Usul Gubug Rubuh
Di Daerah Istimewa Yogyakarta ada sebuah dusun yang bernama Gubukrubuh. Letaknya di wilayah Kabupaten Gunung Kidul. Ada cerita di balik nama dusun tersebut yang berhubungan dengan sebuah kejadian pada masa lalu.
Saat itu, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Prabu Brawijaya V. Salah satu permainsurinya bernama Putri Campa yang merupakan persembahan dari Kerajaan Tiongkok. Oleh karena adanya pertentangan di dalam kerajaan, Prabu Brawijaya V mengasingkan Putri Campa yang ketika itu sedang mengandung anaknya. Prabu Brawijaya V meminta putra dari salah satu selirnya, Arya Damar, untuk menikahi Putri Campa dan membawanya pergi. Beberapa bulan setelahnya, Putri Campa melahirkan seorang anak laki-laki dari hasil perkawinannya dengan Prabu Brawijaya V yang kemudian dikenal dengan nama Raden Patah.
Kemudian, Putri Campa menikah dengan Arya Damar dan memperoleh seorang putra bernama Raden Kusen. Ketika dewasa, Raden Kusen dan Raden Fatah pergi berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya. Setelah itu, dengan menyembunyikan jati dirinya, Raden Kusen pergi ke Kerajaan Majapahit dan mengabdi di sana.
Kecakapan perilakunya membuat Raden Kusen dipercaya menjadi Adipati Terung di Kerajaan Majapahit. Sementara itu, Raden Patah berhasil membuka sebuah pesantren bernama Glagahwangi di Jawa Tengah.
Suatu saat, Raden Kusen mengajak saudara tirinya, Raden Patah, menemui Prabu Brawijaya V. Kemudian, mereka menceritakan siapa mereka sebenarnya kepada Prabu Brawijaya V
“Raden Patah ini adalah putra Baginda dari Putri Campo, sedangkan
hamba adalah anak tiri sekaligus cucu Baginda dari Arya Damar,” ujar Raden Kusen.
Semula, Prabu Brawijaya V tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Namun, akhirnya kedua orang ini dapat meyakinkannya. Lalu, Raden Patah diangkat menjadi Bupati Glagahwangi yang sudah berganti nama menjadi Demak.
Dalam waktu singkat, di bawah kepemimpinan Raden Patah, Demak berubah menjadi wilayah yang maju dalam perdagangan. Pelabuhannya menjadi tempat singgah pedagang-pedagang muslim. Pada perkernbangannya, Raden Patch dapat memperluas kekuasaannya dengan menaklukkan Semarang.
Raden Patah juga menyerang Kerajaan Majapahit dengan niat mengislamkan ayahanda dan para pengikutnya. Namun, niatnya ini ditentang oleh Sunan Ampel. Raden Patah lalu mengurungkan niatnya. Ketika Sunan Ampel meninggal dunia, keinginan tersebut muncul kembali.
la berhasil menaklukkan Kerajaan Majapahit den mengislamkan penduduknya. Namun, ayahanda dun pengikutnya melarikan diri karena tidak ingin diislamkan oleh putranya.
Saat pasukan Prabu Brawijaya V melarikan diri sampai ke wilayah Gunung Kidul, Raden Patah terus melakukan pengejaran. Di pedalaman, pasukan Prabu Brawijaya V bermaksud bersitirahat di sebuah gubuk untuk melepas lelah. Namun, ternyata pasukan Raden Patah telah lebih dulu sampai di sana. Mereka berhasil menyergap pasukan Prabu Brawijaya V, tetapi Prabu Brawijaya V berhasil melarikan diri.
Di gubuk tersebut Raden Patah membimbing pasukan ayahandanya untuk memeluk Islam. Mereka diajarkan salat den ajaran-ajaran Islam lainnya. Sementara itu, Prabu Brawijaya V melarikan diri sampai di pantai sebelah selatan Gunung Kidul. Ia putus asa dan tidak melanjutkan lagi pelariannya. Prabu Brawi jaya V pun mengakhiri hidupnya di tempat itu.
Oleh masyarakat, daerah tempat pasukan Parabu Brawi jaya V memeluk agama Islam dinamakan Gubukrubuh. Gubuk berarti rumah dan rubuh berarti rubuhnya badan ketika sujud dalam salat.
Pesan moral cerita rakyat dari Yogyakarta Asal Usul Gubug Rubuh adalah Kita tidak boleh, memaksakan sesuatu kepada orang lain. Segala sesuatu akan lebin baik jika dilakukan dengan kesadaran.
Baca dongeng dari Yogyakarta lainnya pada artikel berikut ini Cerita Rakyat Yogyakarta : Dongeng Candi Prambanan dan Kumpulan Dongeng dan Cerita Rakyat Pulau Jawa