Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara : Ksatria Dan Burung Garuda

Apakah kalian tahu burung Garuda yang menjadi lambang negara kita? Konon burung Garuda sangat besar dan kuat. Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara yang akan Kakak ceritakan malam hari ini berkisah tentang seorang ksatria dan Burung Garuda. Kisah ini menjadi legenda asal muasal terbentuknya Gunnung Mekongga yang berada di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Kalian pasti suka dengan dongeng anak yang kakak ceritakan malam hari ini. Selamat membaca.

Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara : Asal Usul Gunung Mekongga

Dahulu kala, daerah Kolaka dilanda musibah yang cukup mengerikan. Seekor burung garuda raksasa sering datang memangsa ternak penduduk. Penduduk banyak yang kehilangan ternak milik mereka. Lama-kelamaan, mereka khawatir ternak mereka akan habis. Dan jika tidak ada ternak lagi yang bisa disantap, penduduk khawatir burung garuda raksasa juga akan memangsa manusia.

Kekhawatiran ini yang membuat beberapa wakil warga mencari seorang cerdik pandai bernama Larumbalangi. Ia terkenal dengan kesaktiannya, karena keris sakti, dan sarung sakti yang bisa dipakai untuk terbang. Mereka meminta pendapat Larumbalangi untuk melawan garuda raksasa itu.

“Mudah saja. Kalian cari bambu tua dan buatlah menjadi beberapa bambu rucing. Kemudian pilihlah seseorang kesatria untuk dijadikan umpan. Bawalah orang itu ke tengah lapangan dan pagari dengan bambu-bambu runcing itu. Ujung bambu yang runcing haruslah menghadap ke atas. Biarkan ia menjadi daya tarik burung garuda raksasa untuk mendekat. Kelika burung itu sudah dekat, suruh orang tersebut menusukkan bambu runcing yang dipegangnya ke perut burung itu dan biarkan burung tersebut jatuh menancap pada bambu-bambu runcing di sekelilingnya.”

Warga pun melaksanakan saran Larumbalangi. Mereka mencari orang yang bersedia dijadikan umpan untuk memancing burung garuda raksasa. Dengan demikian, diadakanlah sayembara bagi orang yang bersedia menjadi umpan. Jika pemenangnya seorang budak, ia akan dibebaskan dan diangkat menjadi bangsawan. Namun jika pemenangnya adalah seorang bangsawan, ia akan diangkat menjadi pemimpin.

Dari sekian banyak orang yang berminat, hanya satu orang yang memenuhi syarat. Ia adalah seorang budak bernama Tasahea dari Negeri Loeya.

Pada hari yang ditentukan, Tasahea dibawa ke tengah Padang Bende. Ia dikelilingi oleh beberapa bambu runcing yang sudah ditancapkan ke tanah. Kemudian semua warga mulai bersembunyi.

Menjelang siang, tiba-tiba suasana menjadi mendung. Itu pertanda burung garuda raksaa telah datang. Burung mengerikan itu melihat mangsanya di Padang Bende. Burung itu mulai terbang mendekat. Tasahea segera mengambil kuda-kuda. Pada jarak yang cukup dekat, Tasahea melemparkan bambu runcing yang dipegangnya tepat mengenai perut burung garuda.

Burung garuda raksasa itu menjerit keras. Ia terjatuh dan menancap ke bambu-bambu runcing yang sudah dipasang. Burung itu kembali menjerit kesakitan, dengan luka-luka di tubuhnya, ia mengepakkan sayapnya menjauh. Namun, karena lukanya cukup parch dan tenaganya sudah habis, ia jatuh dan mati di puncak gunung.

Penduduk Kolaka bersuka cita. Mereka mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam. Namun, pada hari ketujuh, terjadilah wabah penyakit. Di mana-mana tercium bau bangkai. Banyak penduduk terserang penyakit muntah-muntah dan sakit perut, hingga meninggal dunia. Tumbuh-turnbuhan terserang ulat. Hasil panen termakan ulat, sehingga penduduk terserang kelaparan. Rupanya, bangkai burung garuda raksasa di atas gunung itu membusuk dan menimbulkan banyak penyakit.

Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara Ksatria Dan Burung Garuda
Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara Ksatria Dan Burung Garuda

Beberapa orang wakil dari penduduk kembali mendatangi Larumbalangi. Mereka menceritakan bencana baru yang menyerang desa mereka.

Larumbalangi terdiam sejenak sebelum kemudian berkata, “”Pulanglah kalian sekarang. Musibah ini akan segera berakhir.”

Setelah mereka semua pergi, Larumbalangi berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

“Ya Tuhan. Tolong selamatkan penduduk Kolaka yang sedang dilanda masalah. Turunkanlah hujan besar hingga dapat menghanyutkan bangkai burung garuda dan ulat-ulat di pepohonan ke laut.”

Tuhan mengabulkan permohonan Larumbalangi. Tiba-tiba, hujan turun dengan derasnya. Sungai di Kolaka meluap. Bangkai dan tulang belulang burung raksasa serta ulat-ulat hanyut ke laut. Wilayah Kolaka pun bebas dari musibah mematikan itu.

Gunung tempat jatuhnya burung garuda raksasa itu dinamakan Gunung Mekongga yang artinya tempat jatuhnya burung raksasa. Sementara itu, Tasahea, kesatria yang rela menjadi umpan burung garuda diangkat derajatnya menjadi bangsawan. Kemudian Larumbalangi dipilih sebagai pemimpin Negeri Kolaka.

Di Kabupaten Kolaka di Sulawesi Tenggara terdapat Gunung Mekongga dengan ketinggian sekitar 2620 m. Gunung Mekongga adalah gunung tertinggi di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Pesan moral dari Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara : Ksatria Dan Burung Garuda adalah selama menghadapi segala persoalan kita tidak boleh mudan putus asa.

Ikuti cerita rakyat Sulawesi Tenggara lainnya pada artikel kakak berikut ini Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat dari Sulawesi