Cerita Rakyat Daerah Riau : Asal Mula Pulau Senua

Cerita rakyat daerah Riau yang Kakak posting pada malam minggu ini bercerita tentang buruknya akibat sifat serakah. Cerita rakyat Riau ini sekalugus menceritakan asal muasal dari terbentuknya Pulau Senua. Wawasan adik-adik akan bertambah dengan membaca cerita rakyat kepulauan Riau yang kakak terbitkan malam hari ini. Selamat membaca.

Kumpulan Cerita Rakyat Daerah Riau : Asal Mula Pulau Senua

Cerita Rakyat Daerah Riau Asal Mula Pulau Senua
Cerita Rakyat Daerah Riau Asal Mula Pulau Senua

Di kepulauan Natuna, ada sepasang suami istri, yaitu Baitusen dan Mai Lamah. Suatu hari, mereka merantau ke Pulau Bunguran agar bisa hidup lebih balk.

Di Pulau Bunguran, mereka hidup bahagia. Para tetangga pun menyukai mereka. Mak Semah, seorang bidan kampung pun selalu bersedia menolong mereka jika salah satu di antara mereka ada yang sakit.

Suatu hari, Baitusen menemukan sarang teripang, binatang laut yang mahal harganya jika dikeringkan dan dijual. Baitusen dan istrinya pun menjadi saudagar teripang yang kaya raya.

Kehidupan yang mewah mengubah sifat Mai Lamah. la menjadi sombong dan pelit. Perempuan itu pun tidak mau lagi bergaul dengan para tetangganya yang miskin.

Suatu hari, Mak Semah datang untuk meminjam beras. Mai Lamah membentaknya dan mengungkit tentang utang-utang perempuan itu. Mak Semah sangat sedih mendengar ucapan Mai Lamah. Sejak itu, para tetangga menjauhi Mai Lamah.

Suatu waktu, tibalah saatnya Mai Lamah melahirkan. Mereka sudah memesan bidan dari pulau seberang, tetapi ia tak kunjung datang. Akhirnya, Baitusen mencoba meminta bantuan kepada Mak Semah dan tetangga lainnya. Namun, tak seorang pun mau menolong karena mereka pernah disakiti oleh Mai Lamah.

Baitusen membawa istrinya ke pulau seberang untuk menemui bidan. Mereka menggunakan perahu. Mai Lamah meminta suaminya untuk membawa semua peti perhiasan dalam perahu mereka.

Baitusen menuruti kemauan istrinya. Mereka membawa peti perhiasan, lalu menjalankan perahu itu. Ternyata, semakin ke tengah, gelombang laut semakin besar. Air masuk ke dalam perahu. Semakin lama muatan perahu semakin berat. Perahu tenggelam bersama seluruh perhiasan yang mereka bawa.

Baitusen dan istrinya berusaha menyelamatkan diri. Mai Lamah berpegangan pada ikat pinggang suaminya. Mereka berusaha berenang ke tepian di tengah gelombang laut yang ganas. Tubuh Mai Lamah timbul dan tenggelam. Badannya berat, karena sedang mengandung dan ditambah banyaknya perhiasan yang ia pakai. Akhirnya, mereka sampai ke Pulau Bunguran Timur.

Saat Mai Lamah yang sombong dan kikir menginjakkan kaki di pulau itu, tiba-tiba guntur menggelegar. Tampaknya, tanah Bunguran tidak mau menerima kedatangan perempuan itu. Tiba-tiba, tubuh Mai Lamah yang dalam keadaan mengandung berubah menjadi sebongkah batu besar.

Lama kelamaan, batu tersebut berubah menjadi sebuah pulau. Masyarakat sekitar menamai pulau tersebut dengan Pulau Senua. Menurut bahasa masyarakat setempat “senua” adalah berbadan dua atau mengandung. Emas dan perak yang melilit tubuh Mai Lamah berubah menjadi burung walet. Pulau ini terletak di ujung Tanjung Senubing, Bunguran Timur. Sampai kini, Pulau Bunguran terkenal dengan sarang burung waletnya.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Daerah Riau : Asal Mula Pulau Senua adalah Sifat kikir dan tamak akan mebawa celaka pada diri kita sendiri. Karena itu, kita harus saling tolong-menolong antar sesama.

Baca cerita rakyat dari Riau lainnya pada artikel kami berikut ini Kumpulan Cerita Rakyat Daerah Riau dan Cerita Rakyat Riau : Legenda Dayang Kumunah

Daftar pustaka https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Cerita_rakyat_Indonesia