Cerita Rakyat Barat : Pangeran Babas Yang Kasar

Pada dasarnya dengan sering membaca dongeng anak kita jadi dapat membedakan mana cerita rakyat Barat dan mana cerita rakyat yang berasal dari Asia. Dongeng kali ini berasal dari negara barat. Yuk kita baca ceritra ini hingga akhir.

Cerita Rakyat Barat : Pangeran Babas Yang Kasar

Pangeran Babas adalah putra mahkota kerajaan Kaki Langit. Parasnya tampan dan tubuhnya tegap. Sayang, Pangeran Babas punya kebiasaan buruk. “Dasar kelabang peyot!” seru Pangeran Babas saat seorang anak memotong jalannya.

“Maaf, maaf,” jawab anak itu sambil menunduk ketakutan.

“Bwaaah! Kamu memberiku air comberan? Dasar kutu busuk!” katanya di lain kesempatan. Saat itu, temannya memberi satu gelas minuman dingin.

Ibu Ratu menggeleng sedih melihat kebiasaan buruk putranya itu. “Babas, janganlah suka mengumpat dan berkata kasar. Tahukah kamu bahwa itu menyakiti hati orang lain?” nasihat Ibu Ratu.

Pangeran Babas mengedikkan bahu. “Bosan, ah, Ibu selalu menasihatiku seperti itu. Bukankah mereka yang salah, lagipula aku seorang pangeran. Aku bebas melakukan apa saja. Negeri ini bakal menjadi milikku, kan?”

Ibu Ratu tak pernah bosan menasihati pangeran Babas. Namun, Pangeran Babas tetap melakukan kebiasaan buruknya. Berulang kali dia mengeluarkan kata-kata kasar dari mulutnya. Tak peduli pada teman atau pada orang yang Iebih tua. Kadal busuk, cacing peyot, macan ompong, dan masih banyak lagi perbendaharaan kata-kata kasarnya. Rasanya, tiada hari tanpa umpatan darinya.

Ibu Ratu pun mengeluh pada Raja. Raja segera menegur Pangeran Babas. Bukannya sadar, Pangeran Babas malah jadi marah kepada ibu dan ayahnya. Dia pikir, kedua orang tuanya mengada-ada.

“Mengapa Ayah dan Ibu tak mau membelaku? Aku, kan, putra mahkota. Jangan membela orang lain, dong.” Pangeran Babas jadi merasa bahwa ayah dan ibunya tak lagi menyayanginya. Raja dan Ratu hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar kemarahan putranya. Meski mereka menjelaskan panjang lebar, Pangeran Babas tetap saja bersungut-sungut.

Hingga suatu hari, terjadi keriuhan di pintu gerbang istana. Sekelompok pasukan berkuda bersiap menyerang istana.

“Siapa mereka?” teriak Raja pada panglima.

“Mereka dari kerajaan sebelah. Mereka tersinggung karena katanya ada satu penduduk kita yang mengumpat putra raja mereka.”

Raja mengangkat alis. “Persilakan mereka untuk masuk, kita ajak mereka bicara baik-baik.” Akhirnya, seorang utusan dari kerajaan sebelah pun masuk dan berbincang dengan Raja.

Utusan itu bercerita bahwa ada seseorang yang mengumpat kepada pangeran mereka dengan kasar. “Pangeran kami dipanggil dengan sebutan monyet kurap,” kata utusan itu. “Tak hanya itu, dia juga menyebut pangeran kami gendut dan jorok, seperti kerbau yang mandi di kubangan,” imbuhnya lagi.

Raja Iangsung tahu, siapa yang melakukan itu. Itu pasti ulah Pangeran Babas. Beliau lalu memanggil Pangeran Babas dan menyuruhnya untuk meminta maaf.

“Tapi, dia memarkir kudanya di tempat parkirku.” Pangeran Babas berkelit. Raja berbisik, “Tahukah kau, gara-gara umpatanmu itu, negara kita hendak diserang? Apa jadinya jika mereka menyerang dan rakyat kita jadi korban? Pernahkah kamu memikirkan akibat ucapanmu sebelum kamu mengucapkannya?”

Pangeran Babas terkesiap. Kerajaan ini akan diserang? Dia tak menyangka akibatnya bisa sejauh itu. Akhirnya, Pangeran Babas mau meminta maaf. Untung saja, utusan kerajaan tetangga bersedia menerima maafnya.

“Pangeran bisa mengucapkan maaf secara Iangsung kepada pangeran kami. Ayo, berkunjunglah ke istana kami. Di sana, Pangeran bisa bermain bersama,” pintanya.

Pangeran Babas memandang ayahnya. Raja mengangguk.

Cerita Rakyat Barat : Pangeran Babas Yang Kasar

“Memiliki teman baru tentu menyenangkan. Tapi ingat, biasakan berkata-kata yang baik, ya?” pinta Raja.

Pangeran Babas mengangguk. Pelan-pelan, dia berusaha keras menghilangkan kebiasaan buruknya itu. Semoga dia berhasil, ya.

Pesan moral yang dapat dipelajari dari Cerita Rakyat Barat : Pangeran Babas Yang Kasar adalah

Apakah kalian bosan saat orang tua menasihati agar selalu bersikap sopan? Bertutur katalah yang baik, bertingkahlah yang baik, bertindaklah yang sopan, itulah nasihat yang selalu mereka ucapkan.

Sebenarnya, orang tua terus menasihati kalian seperti itu karena mereka ingin kalian tumbuh menjadi orang yang berakhlak baik. Menjaga sopan santun, hormat pada sesama, dan bertutur kata yang baik akan membuat kalian disukai dan disegani orang. Sebaliknya, tak akan ada yang mau berterman dengan orang yang kasar, apalagi suka mengumpat. Yuk, ikuti nasihat orang tua. Itu tandanya mereka sayang pada kalian.