Legenda Gunung Mauraja merupakan Cerita Pendek Rakyat Indonesia yang menjadi latar asal muasal nama satu gunung yang berada di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Walaupun kebenarannya tentu saja tidak dapat dipastikan, namun legenda rakyat ini (termasuk dalam kumpulan cerpen legenda) sangat terkenal dan diceritakan secara turun temurun. Bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur kisah ini memang sudah tidak asing, namun tidak demikian untuk masyarakat didaerah lain. Penasaran? Ini dia kisahnya.
Cerita Pendek Rakyat Indonesia : Legenda Gunung Mauraja
Alkisah hiduplah seorang anak lelaki pada zaman dahulu Raja namanya. Wajahnya tampan. Keras hati sifatnya. Jika ia menghendaki sesuatu, maka kehendaknya itu harus dituruti. Jika tidak dituruti, Raja akan merajuk dan tidak jarang marah-marah.
Pada suatu hari Raja melihat ibunya tengah memintal benang. “Untuk apa Ibu memintal benang?” tanyanya.
“Ibu hendak membuatkan sarung untukmu,” jawab ibu Raja.
Raja amat senang mendengar rencana ibunya. Setiap saat kemudian ia senantiasa menanyakan kapan selesainya sarung untuknya itu. Pertanyaan itu pada akhirnya membuat ibunya kebingungan. Ibunya yang senantiasa mengajarkan kejujuran, menghindari kebohongan, dan menepati janji itu akhirnya hanya bisa terdiam setelah berulang-ulang Raja bertanya padanya perihal kapan selesainya sarung untuknya.
“Ibu ternyata tidak menepati janji!” kata Raja pada suatu hari karena ibunya tidak memberikan jawaban yang pasti. “Ibu selalu mengajarkan agar Raja menepati janji, namun Ibu sendiri malah melanggarnya.”
Ibu Raja hanya bisa menyebutkan jika membuat sarung itu membutuhkan waktu yang cukup lama. “Sabarlah, anakku,” kata ibu Raja. “Ibu akan selekasnya menyelesaikan pembuatan sarung untukmu ini.”
Raja agak menyesal setelah menuduh ibunya tidak menepati janji. Pada malam harinya Raja bermimpi. Dalam impiannya Raja didatangi seorang kakek. Kepada kakek itu Raja pun menjelaskan masalah sarungnya yang belum juga selesai dibuat ibunya. Kata kakek dalam impian Raja, “Esok hari bangunlah pagi-pagi, sebelum ayam jago berkokok untuk yang ketiga kalinya. Berjalanlah ke arah timur dan jangan engkau berhenti sebelum engkau menemukan sebuah gua di dalam hutan. Tetaplah engkau terdiam selama engkau dalam perjalanan.”
Keesokan paginya Raja menjalankan perintah Kakek dalam impiannya. Ia telah bangun pagi-pagi dan berangkat menuju arah timur ketika ayam jago berkokok dua kali. Ia terdiam selama dalam perjalanannya hingga akhirnya ia tiba di hutan. Ia menemukan sebuah gua yang terdapat mata air di dalamnya. Ketika Raja tengah memperhatikan gua itu, mendadak terdengar sebuah suara yang menyapanya, “Raja cucuku, datanglah ke sini.”
Meski sangat terperanjat, Raja menuruti perintah tersebut. Kian terperanjat Raja saat bertemu dengan sang pemilik suara yang tak lain sang Kakek seperti yang berada dalam impiannya.
Sang Kakek memberi segenggam biji kapas kepada Raja. Katanya, “Tanamlah biji-biji kapas ini di halaman rumahmu. Hendaklah engkau meminta maaf kepada ibumu dan hormatilah kedua orangtuamu itu. Ubahlah sikap burukmu selama ini”
Setelah berpesan, mendadak tubuh sang Kakek menghilang. Tiba-tiba muncul seekor ular yang sangat besar di tempat sang Kakek semula berada. Raja yang sangat ketakutan segera berlari secepatnya keluar gua.
Sesuai pesan sang Kakek gaib, Raja lantas menanam biji-biji kapas itu di halaman rumah orangtuanya. Ajaib, biji-biji kapas itu tumbuh menjadi pohon kapas dengan kecepatan tumbuh yang sangat mengagumkan. Dari tunas kemudian berubah menjadi tanaman dan akhirnya berbuah hanya membutuhkan waktu seminggu. Buah kapas dari pohon kapas ajaib itu juga ajaib bentuknya, menyerupai gulungan benang yang dipintal ibu Raja. Raja lantas mengubah sifat buruknya setelah mendapati keajaiban itu.
Pada suatu hari kambing-kambing milik orangtua Raja hilang. Raja dan ayahnya kemudian mencari ke mana kambing-kambing itu pergi. Dalam pencariannya, Raja memasuki hutan seperti yang pernah dilakukannya ketika menuruti perintah sang Kakek dalam impiannya. Raja kembali sampai di gua tempatnya bertemu dengan Kakek ajaib. Seketika tiba di depan gua, sayup-sayup Raja mendengar suara gadis-gadis sedang mandi di sebuah sungai. Raja sangat tertarik untuk melihatnya. Ketika dilihatnya baju-baju yang menumpuk di pinggir sungai, Raja lantas mengambil satu baju itu dan menyembunyikannya di sebuah lubang yang terdapat pada pohon.
Kegemparan pun terjadi ketika gadis-gadis itu selesai mandi. Gadis bungsu tidak menemukan pakaiannya. Semua kakak-kakaknya telah berusaha turut mencari, namun baju si gadis bungsu tidak juga dapat ditemukan. Si gadis bungsu hanya bisa menangis sedih.
Raja lantas mendatangi gadis-gadis itu. Ia berpura-pura bertanya perihal penyebab menangisnya si gadis bungsu.
“Pakaian adik bungsu kami itu hilang,” jawab salah seorang kakak si gadis bungsu. “Jika Tuan dapat menemukannya, niscaya kami akan membalas budi balk Tuan itu.”
Raja lantas berpura-pura mencari. Setelah sekian waktu mencari, Raja akhirnya mengambil pakaian yang disembunyikannya di lubang pohon. Diserahkannya pakaian itu pada si gadis bungsu. “Apakah ini pakaianmu?”
Putri sulung mengucapkan terima kasih atas bantuan Raja. Katanya kemudian, “Sesungguhnya kami ini putri-putri ular.”
Raja teringat pada Kakek ajaib yang berubah menjadi ular besar. Maka ditanyakanlah perihal Kakek ajaib itu pada gadis-gadis itu.
“Kakek itu adalah kakek kami.” jawab si gadis sulung. “Gua tempat Tuan bertemu dengan Kakek kami adalah tempat tinggal kami”
Bersama-sama dengan gadis-gadis itu Raja lantas menuju gua dan kembali bertemu dengan Kakek ajaib. Atas perkenan Kakek ajaib, Raja diperbolehkan menikah dengan si gadis bungsu. “Namun sebelum engkau menikahi cucu bungsuku, hendaklah engkau membuat sebuah rumah untuk peristirahatan cucu bungsuku.”
Raja menyanggupi.
Pembuatan rumah peristirahatan itu menyalahi adat istiadat desa di mana Raja tinggal. Warga desa menjadi heran dan penasaran. Mereka lantas mengintip untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi pada Raja dan istrinya itu. Amat terperanjat warga desa setelah mengetahui di dalam rumah peristirahatan yang dibangun Raja itu terdapat sekumpulan ular.
Mereka lantas beramai-ramai membakar rumah peristirahatan itu. Habislah keseluruhan rumah peristirahatan itu dilahap si jago merah. Raja dan istrinya tidak bisa berbuat apapun juga untuk menyelamatkan rumah peristirahatan mereka.
Keluarga istri Raja sangat geram mendapati tindakan warga kampung. Mereka segera mengubah wujud menjadi ular-ular dan lantas meminta bantuan kepiting raksasa. Bersama-sama mereka mendorong tanah hingga tanah itu melesak ke dalam perut bumi. Akibatnya, desa tempat Raja bermukim menjadi hancur dan porakporanda. Tanah desa tersebut amblas ke dalam perut bumi dan tanah di wilayah yang berada di batik desa itu meninggi. Tanah itu terus meninggi hingga akhirnya terbentuk sebuah gunung. Masyarakat kemudian menamakan gunung itu dengan Gunung Mauraja.
Pesan moral dari Cerita Pendek Rakyat Indonesia : Legenda Gunung Mauraja adalah kita hendaklah menghormati adat istiadat yang terdapat pada suatu wilayah. Namun demikian kita jangan terburu nafsu untuk melakukan sebuah tindakan yang menyengsarakan pihak lain dengan mengatasnamakan adat istiadat. Semuanya perlu dipertimbangkan baik-baik
Cerita Pendek Rakyat Indonesia yang kedua berasal dari Kalimantan Barat. Sama seperti contoh cerpen legenda sebelumnya kisah inipun menjadi asal muasal suatu daerah. Ini dia kisah lengkapnya.
Cerita Pendek Rakyat Indonesia : Legenda Sungai Landak
Tersebutlah pada zaman dahulu sepasang suami istri yang berdiam di pinggir hutan. Keduanya bekerja sebagai petani. Hasil pertanian yang mereka usahakan itu biasa mereka jual ke pasar. Sebagian uang hasil penjualan itu mereka gunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup dan sebagian sisanya mereka simpan. Suami istri itu hidup dalam kesederhanaan. Namun demikian, mereka gemar berbagi atau menolong orang lain yang tengah membutuhkan. Karena kebaikan hati keduanya, orang-orang pun menyenangi suami istri itu.
Pada suatu malam si istri telah tertidur dan suaminya masih terbangun. Ketika itulah sang suami melihat keanehan pada istrinya. Dari kepala istrinya ia melihat asap yang muncul dan kemudian diikuti dengan keluarnya seekor lipan berwarna putih. Lipan itu terus berjalan dan merayap keluar rumah. Sang suami mengikuti hingga akhirnya lipan itu berada di ceruk sungai di belakang rumahnya. Di tempat itulah lipan aneh itu mendadak menghilang.
Sang suami sangat keheranan mendapati keanehan itu. Setelah ia kembali ke rumahnya ia kian sulit memejamkan mata meski ia telah membaringkan tubuh di ranjang.
Keesokan harinya sang suami menjelaskan kejadian aneh yang dialaminya semalam kepada istrinya. Sang istri juga menjelaskan, semalam bermimpi. Dalam impiannya, sang istri berjalan di sebuah padang tandus. Ia terus berjalan hingga akhirnya menjumpai sebuah danau yang sangat luas. Di tengah-tengah danau ia melihat seekor landak raksasa. Bulunya berwarna kuning keemasan dan kedua matanya terlihat menyala menyeramkan. Karena seramnya, sang istri pun berlari menjauh.
Sang suami lantas mengajak istrinya menuju ceruk tempat lipan aneh yang keluar dari kepala istrinya itu menghilang. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam ceruk. Tanpa diduganya, tangannya menyentuh benda keras. Terperanjatlah suami istri itu ketika mengetahui benda keras yang menyentuh sang suami tersebut ternyata sebuah patung landak yang terbuat dari emas. Kedua bola mata patung landak itu terbuat dari berlian. Suami istri itu lalu membawa patung landak yang sangat indah lagi mahal itu kembali ke rumah mereka.
Pada malam harinya sang suami bermimpi. Dalam impiannya, seekor landak raksasa mendatanginya dan berujar padanya, “Aku sesungguhnya adalah patung landak yang engkau temukan di ceruk sungai belakang rumahmu itu. Jika engkau menghendaki sesuatu, maka usaplah patung landak itu dengan kain kuning dan ucapkan mantra. Niscaya, apa yang engkau kehendaki akan terwujud.”
Landak raksasa itu mengajarkan mantra yang harus diucapkan jika menghendaki sesuatu. Begitu pula landak raksasa itu juga mengajarkan mantra untuk menghentikan permintaannya. Setelah mengajarkan mantra-mantra, landak raksasa itu pun menghilang.
Keesokan harinya sang suami mencoba melakukan pesan landak raksasa dalam impiannya. Ia menghendaki berlian. Seketika ia mengusap tubuh patung landak emas dengan iringan mantra, dari mulut patung landak itu lantas keluar berlian. Terus keluar berlian itu dari mulut patung landak dan baru berhenti setelah si suami mengucapkan mantra untuk berhenti.
Tak terkirakan gembiranya suami istri itu mendapati keajaiban yang mereka alami. Keduanya lantas kembali mencoba meminta nasi berikut lauk pauk yang banyak jumlahnya. Seketika itu muncul nasi berikut lauk pauk dalam jumlah banyak seperti yang diminta sang suami. Maka, sejak saat itu suami istri itu menjadi orang yang sangat kaya karena permintaan mereka senantiasa terwujud dalam kenyataan.
Syandan tersebutlah seorang perampok yang sangat keheranan mendapati kekayaan suami istri yang tetap berdiam di pinggir hutan itu. Ia sangat ingin mengetahui rahasia penyebab kekayaan melimpah yang dimiliki suami istri itu. Dengan penyamarannya, si perampok akhirnya mengetahui rahasia penyebab suami istri itu dapat begitu kaya raya. Ia juga mengetahui mantra untuk mendapatkan sesuatu dari patung landak emas tersebut. Ia pun merencanakan siasatnya untuk mengambil patung landak emas yang dimiliki suami istri tersebut.
Si perampok membuat patung landakyang sangat mirip dengan patung landak milik suami istri itu. Dengan siasatnya, si perampok akhirnya berhasil menukar patung landak itu. Ia lantas menuju daerah Ngabang setelah mendapatkan patung landak ajaib.
Ketika si perampok tiba di daerah Ngabang, daerah itu tengah mengalami musim kemarau yang berkepanjangan. Air sangat sulit didapatkan. Si perampok berkehendak menarik simpati warga Ngabang dengan mengadakan air. Ia sangat berharap warga akan bersepakat menunjuknya sebagai pemimpin mereka.
Si perampok lantas mengusap patung landak emas itu dengan kain kuning dan mengucapkan mantra. Seketika itu air memancar deras dari mulut landak ajaib. Warga seketika bersuka cita mendapati air yang telah lama tidak mereka temukan waktu itu muncul berlimpah ruah dari mulut patung landak. Dengan berbagai peralatan yang dimiliki, warga mendapatkan air yang sangat mereka butuhkan. Semua warga Ngabang telah mendapatkan air, namun air terus deras mernancar dari mulut patung landak ajaib. Si perampok yang tidak mengetahui mantra untuk menghentikan permintaannya menjadi kebingungan. Ia telah berusaha meminta patung landak ajaib itu untuk berhenti mengeluarkan air, namun air tetap deras memancar. Si perampok telah berusaha menutup mulut patung landak ajaib, namun tetap saja air terus memancar keluar.
Si perampok kebingungan berbaur takut. Air yang terus memancar dari mulut landak ajaib itu telah menggenangi daerah di mana si perampok berada. Karena kebingungan dan rasa takutnya yang kian menjadi jadi, si perampok berusaha melepaskan patung landak ajaib itu dari tangannya. Aneh, patung landak itu tidak bisa dilepaskannya dari tangannya.
Air yang terus memancar keluar dari mulut patung itu akhirnya menggenang dan semakin meninggi. Terbentuklah sebuah sungai yang kian lama kian meninggi permukaannya hingga menenggelamkan si perampok. Si perampok pun akhirnya tewas. Sungai yang kecil itu terus membesar. Penduduk lantas menamakannya Sungai Landak karena asal sungai itu dari mulut patung landak emas ajaib.
Pesan Moral dari Cerita Pendek Rakyat Indonesia : Legenda Sungai Landak adalah sikap iri hati yang diikuti dengan kelicikan atau kecurangan akan membuahkan kerugian dan penyesalan di kemudian hari bagi pelakunya.