Walaupun yang akan kami posting adalah cerita legenda yang singkat, namun cerita rakyat ini sangat popular dan memiliki pesan moral yang baik. Dua legenda rakyat pendek ini berasal dari Tibet dan Armenia. Selamat mendongeng ayah dan bunda.
Cerita Legenda Yang Singkat : Sapi Yang Hilang (Tibet)
Di suatu desa, tinggallah keluarga peternak. Mereka memiliki tiga orang putri. Mereka beternak sapi. Mereka memiliki beberapa ekor sapi. Setiap hari, ketiga putri tersebut menggembalakan sapi-sapi itu di padang rumput.
Namun kali ini mereka sedang sial. Satu sapinya lari dan hilang entah ke mana. Ketiga gadis itu lalu pulang menemui orangtuanya. Mereka mengadukan perihal sapi yang hilang itu.
“Kalian cari sapi itu sampai ketemu.” seru ayah mereka, marah.
Ketiga putri peternak itu lalu pergi mencari sapi yang hilang itu. Mereka memutuskan untuk berpencar agar lebih cepat mendapatkan kembali sapi tersebut.
Anak pertama bertemu dengan seorang nenek. Ia tak tahu bahwa nenek itu adalah seorang penyihir. Ia pun bertanya kepada nenek tersebut.
“Apakah Nenek melihat seekor sapi berjalan ke arah sini?” tanya Anak Pertama.
“Seperti apa ciri-ciri sapimu?” si Nenek balik bertanya.
Anak pertama lalu memberi tahu ciri-ciri sapinya. Sapi itu sebenarnya ada di rumah penyihir. Penyihir itu telah menangkapnya. Tetapi, penyihir itu belum puas. Ia juga ingin menangkap si Anak Pertama.
“Sepertinya sapimu lari ke arah rumahku. Lebih baik kita ke rumahku sekarang,” ujar si Nenek.
Anak Pertama pun pergi ke rumah si Nenek. Namun, disana ia tak menemukan sapinya. Si Nenek malah memberikan makanan kepada si Anak Pertama. Si Anak Pertama pun makan dengan lahap. Ia tak tahu bahwa daging yang disediakan oleh si Nenek akan membuat seseorang tertidur.
Saat si Anak Pertama tertidur, Nenek Sihir menyekapnya di dalam kamar. Kemudian si Nenek Sihir pun kembali ke luar rumah. Di sana, ia bertemu dengan si Anak Kedua. Si Nenek Sihir melakukan hal yang sama dengan sebelumnya. Ia memberi tahu kepada si Anak Kedua bahwa sapi milik keluarganya berada di rumahnya. Kemudian si Anak Kedua pun mengikuti si Nenek Sihir ke rumahnya.
Nenek Sihir menyuguhkan sepiring daging kepada si Anak Kedua yang langsung dimakan dengan lahap oleh anak tersebut. Setelah makan, si Anak Kedua pun tertidur di rumah Nenek Sihir. Si Nenek Sihir langsung mengurung anak tersebut.
“Aku sudah mendapatkan dua anak untuk kumakan,” gumam si Nenek Sihir, senang. Kemudian ia kembali keluar rumah untuk mengambil air di sungai. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan si Anak Ketiga. Anak ketiga itu menanyakan hal yang sama dengan kedua saudaranya. Si Nenek Sihir pun menunjukkan arah rumahnya.
“Sepertinya sapimu berjalan ke arah rumahku. Lebih baik kita segera ke sana,” ujar Nenek Sihir.
Anak Ketiga mengikuti Nenek Sihir ke rumah tersebut. Sesampainya di sana, ia disuguhi sepiring daging yang terlihat sangat Iezat. Tetapi, si Anak Ketiga tak memakannya. Nenek Sihir pun kemudian meninggalkannya di rumah sendirian.
Saat Nenek Sihir keluar rumah, ada seekor anjing yang menemui anak ketiga itu. Anjing tersebut memberi tahu bahwa dua saudara si Anak Ketiga telah disekap. Sapi milik mereka juga ada di rumah si Nenek Sihir. Cepat-cepat si Anak Ketiga mencari kamar dimana kedua kakaknya disekap. Setelah berusaha keras, akhirnya si Anak Ketiga berhasil melepaskan kedua kakaknya.Tak hanya itu, ia juga berhasil menemukan sapi keluarganya.
Sebelum si Nenek Sihir pulang, ketiga saudara itu sudah pergi jauh dari rumah tersebut. Ketiga saudara itu tak mau lagi datang ke tempat di mana si Nenek Sihir tinggal.
Pesan moral Cerita Legenda Yang Singkat : Sapi Yang Hilang (Tibet) dari adalah berhati-hatilah dengan orang yang baru kau kenal.
Cerita Rakyat Yang Singkat Dan Menarik Dari Armenia : Jangan Ingkar Janji
Dahulu kala di sebuah desa di Armenia, perempuan yang menikah langsung dibawa pindah ke rumah suaminya. Sebab, setelah menikah, perempuan menjadi tanggung jawab suaminya.
Pada suatu hari, seorang laki-laki menikahi perempuan di desa itu. Pesta pernikahan digelar dengan sangat mewah. Lelaki itu adalah seorang bangsawan.
Ada ratusan pengiring pengantin laki-laki. Ada yang naik kereta kuda, ada pula yang menunggang kuda. Mereka semua terlihat bahagia. Banyak barang yang dibawa oleh pengantin laki-laki untuk diserahkan kepada pengantin perempuan.
Hampir sehari semalam pesta digelar. Setelah pesta, Iaki-Iaki itu langsung membawa istrinya ke rumahnya. Kini, perempuan itu sudah bukan tanggung jawab orangtuanya. Pasangan pengantin baru itu naik ke atas kereta kuda.
Rumah si lelaki memang cukup jauh. Perjalanan ke sana memakan waktu berhari-hari, sementara iringan pengantin cukup banyak. Bekal perjalanan rupanya tak cukup untuk mereka semua. Matahari pun begitu terik sehingga rombongan pengantin itu kehabisan air minum.
“Bagaimana ini, kita sudah berjalan cukup jauh, tetapi tak kunjung menemukan sumber air. Lihatlah para perempuan itu, mereka terlihat sangat lelah dan kehausan,”ucap salah satu kerabat si Lelaki.
Rombongan pengantin berhenti sejenak. Para lelaki berembuk untuk mencari air di sungai terdekat.Tapi, tak ada satu pun sungai di dekat sana.
“Aku akan memohon kepada dewa agar kita ditunjukkan di mana mata air itu berada,” ucap lelaki.
Lelaki itu lalu berdoa. Ia berjanji kepada dewa bahwa jika saat itu dewa menunjukkan tempat mata air terdekat, maka lelaki itu akan memberikan kurban. Dewa mengabulkan doa lelaki itu.
“Kalian semua lihatlah, di sebelah sana muncul mata air baru! Rupanya dewa mendengar doaku,” seru lelaki itu.
Rombongan pengantin pun bersuka-cita. Mereka bisa minum air sepuasnya. Semua itu berkat doa lelaki itu.
Setelah minum dengan puas dan mengambil air untuk persediaan, rombongan itu pun segera bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
“Lebih baik kita Ianjutkan perjalanan agar tak terlalu lama sampai ke rumah. Lihatlah, istriku sudah terlihat lelah,” ujar si Lelaki.
Maka kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan pulang. Lelaki itu melupakan janjinya kepada dewa. Jangankan memberikan kurban, berterima kasih pun tak ia lakukan. Dewa sangat marah pada rombongan pengantin itu. Dewa akhirnya mengutuk mereka menjadi batu. Itu karena hati mereka yang seperti batu.
Hingga kini, jika musim semi muncul, akan terlihat bayangan manusia dan kuda yang menjadi batu itu. Para orangtua sering menceritakan kisah ini kepada anaknya agar sang anak tak pernah lupa pada janjinya.
Pesan moral dari kumpulan cerita rakyat singkat ini adalah tepatilah janjimu agar tak menjadi orang yang suka ingkar. Sebelum berjanji, pikirkan terlebih dahulu apakah kau bisa menepatinya atau tidak. Jika tak bisa menepati, Lebih baik tidak usah berjanji.
Jangan lupa kunjungi channel youtube kami https://www.youtube.com/channel/UC_ay1jdDqXucE6Gk7FhVz5Q