Tersebutlah seorang raja yang memerintah negeri Madura. Prabu Kangsa namanya. Sang raja sangat sakti. Tubuhnya kebal, tidak mempan kulitnya dilukai oleh aneka senjata. Serasa tidak ada yang mampu mengalahkannya. Tidak mengherankan jika Prabu Kangsa sangat ditakuti.
Prabu Kangsa amatlah kejam lagi sewenang-wenang tindakannya. Dia gemar menghukum siapa pun juga yang dianggapnya bersalah. Orang yang dianggapnya bersalah atau menentang kehendaknya akan segera dihukumnya dengan hukuman mati.
Syahdan, Prabu Kangsa mendengar ramalan ahli nujum. Menurut ahli nujum itu. Prabu Kangsa sebenarnya dapat menguasai dunia. Namun, keinginannya itu akan terhalang oleh seorang anak lelaki Prabu Wasudewa yang bertakhta di Dwarawati. Prabu Kangsa lantas memberikan perintah kejamnya kepada para patihnya untuk mengamat-amati Diah Dewaki, istri Prabu Wasudewa. Jika anak yang dilahirkan Diah Dewaki itu perempuan, maka hendaknya dibiarkan saja. Namun, jika anak itu laki-laki, hendaknya anak itu dibunuh seketika itu juga ketika dilahirkan.
Prabu Wasudewa mengetahui rencana keji Prabu Kangsa tersebut. Maka, dia pun berembuk dengan para penasehat kerajaannya untuk mencegah kejadian buruk itu terjadi seandainya anak Prabu Wasudewa kedelapan itu lahir laki-laki.
Lahirlah anak kedelapan Prabu Wasudewa itu kemudian. Seorang bayi laki-laki. Prabu Wasudewa memberi nama bayi itu Kresna. Sesaat setelah dilahirkan, bayi itu lantas ditukar dengan bayi perempuan. Secara rahasia dan diam-diam Kresna lantas diungsikan keluar istana kerajaan Dwarawati dan dititipkan pad asepasang suami istri pengembala lembu. Kirata dan Yasoda namanya.
Begitu rapi tersembunyinya siasat yang dilaksanakan di kerajaan Dwarawati itu hingga para patih Kerajaan Madura terkecoh dan beranggapan bahwa anak yang dilahirkan istri Prabu Wasudewa adalah seorang bayi perempuan. Prabu Kangsa sangat gembira menerima laporan dari para patihnya.” Aku akan menguasai dunia!” begitu katanya.” Aku memang ditakdirkan menguasai dunia.”
Kresna tumbuh sebagai anak yang telah menampakan kewibawaan dan keperkasaannya sejak usianya masih belia. Kresna mengakui jika Kirata adalah ayahandanya dan Yosada adalah ibunya. Hingga ketika remaja menjelang dewasa usianya, Kresna merasa ada hal-hal aneh yang senantiasa ditutup-tutupi Kirata dan Yosada. Setiap bulan sejak Kresna masih kecil, dia senantiasa dikunjungi seorang laki-laki asing. Kresna merasakan kasih sayang lelaki asing itu sangat besar kepadanya. Lelaki asing itu selalu memberikan uang dan bahan makanan untuk Kirata dan Yosada. Kresna juga selalu dipeluk lelaki itu sebelemu pergi meninggalkannya dengan menunggang seekor kuda.
“ Siapakah lelaki itu ayah.” Tanya Kresna ketika kembalui dipeluk sebelum lelaki itu pergi.
Selama ini Kirata dan Yosada selalu berdusta dengan mengatakan bahwa lelaki itu adalah saudara jauh mereka. Namun setelah Kresna menjelang dewasa, Kirata akhirnya membuka rahasia besar mengenai asal-usul dari Kresna.” Anakku, ketahuilah laki-laki itu sebenarnya adalah ayah kandungmu. Beliau adalah Prabu Wasudewa yang bertahta di kerajaan Dwarawati. Engkau sesungguhnya putra mahkota kerajaan Dwarawati. Sementara aku dan istriku yang selama ini kamu anggap sebagai orang tuamu, sesungguhnya hanyalah orang tua angkatmu.”
Penjelasan Kirata sangat mengejutkan Kresna. Dia semakin terkejut mendengat alasan kenapa dia dititipkan kepada orang tua angkatnya.
Setelah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya, Kresna segera mengejar ayahandanya. Dia berlari sekuat tenaga untuk mengejar ayahandanya yang menunggang kuda. Pengejarannya berakhir dipinggir sungai, sedangkan Prabu Wasudewa telah berada diseberang sungai. Satu-satunya jembatan untuk melintasi sungai itu telah diangkat oleh Prabu Wasudewa. Hal ini dilakukan agar keberadaan Kresna tidak dapat diketahui oleh para mata-mata Raja Kangsa.
Kresna tidak menyerah. Tanpa takut dan ragu dia segera menceburkan diri kedalam sungai yang dalam dan lebar. Prabu Wasudewa sangat kaget melihat anak kandungnya menceburkan diri kedalam sungai. Kuda tungganannya segera dipacu mendekati pinggir sungai. Prabu Wasudewa sangat khawatir dengan keselamatan Kresna karena mengetahui sungai itu berisi puluhan buaya ganas.
Kekhawatiran Prabu Wasudewa tidaklah berlebihan. Saat tubuh kresna masuk kedalam air, tiga ekor buaya langsung menyerangnya. Tiga moncong buaya terbuka lebar-lebar untuk melumat tubuh Kresna.
Dengan moncong besarnya salah satu buaya segera menyergap Kresna. Namun kejadian mengagetkan terjadi, Kresna tidak menghidar dari serangan itu. Dia malah menangkap mulut buaya dan dengan gerakan cepat dia menarik lidah dari buaya sungai yang ganas. Meraung-raung kesakitan buaya besar itu ketika kresna menarik lidahnya. Kejadian ini membuat buaya lain ketakutan melihat kesaktian dari Kresna, mereka segera berenang menjauh.
Masih didalam sungai Kresna melempar lidah buaya besar kedaratan.” Lidah ini akan bermanfaat bagi manusia.” Begitu ujarnya.
Kresna kemudia keluar dari dalam sungai dan menemui Prabu Wasudewa. Dihaturkannya sembah hormatnya.” Ayahanda.” Katanya.” Aku berhasil.”
Prabu Wasudewa sangat terkejut sekaligus bangga buka main mendapati kesaktian dan keberanian anak kedelapannya. Kresna pun diajak ke kerajaan Dwarawati. Tanpa takut akan serangan dari Prabu Kangsa, Prabu Wasudewa mengumumkan bahwa Kresna merupakan anak kedelapannya.
Tak terkirakan terperanjatnya Prabu Kangsa mengetahui jika anak kedelapan dari Prabu Wasudewa adalah seorang laki-laki. Dia segera memerintahkan para patih dan panglima perangnya untuk menyerang kerajaan Dwarawati. Penyerangan itu langsung dipimpin oleh Prabu Kangsa sendiri.
Peperangan dahsyatpun terjadi. Peperangan untuk memenuhi hasrat Prabu Kangsa dalam menguasai dunia. Prabu Kangsa langsung berhadapan dengan Kresna. Prabu Kangsa menyerang Kresna dengan segala kesaktiannya. Namun ternyata kesaktian Kresna masih berada jauh diatas kemampuan Prabu Kangsa. Setelah mengalami pertempuran yang sengit, akhirnya Prabu Kangsa tewas ditangan Kresna. Setelah tewasnya Prabu Kangsa, peperangan antara Kerajaan Madura dan kerajaan Dwarawati pun usai. Nama Kresnapun melambung, dia dikenal sebagai raja yang disegani dan dihormati.
Lantas apa yang terjadi dengan lidah buaya yang dilempar oleh Kresna?
Lidah buaya itu kemudian menjelma menjadi pisang istimewa dengan batang pohon besar. Buah-buanya menyerupai lidah buaya dan rasanya sangat manis. Pohon pisang itu kemudian dikenal sebagai pohon pisang gdang saba.
Pesan moral dari Cerita Legenda Nusantara Anak Kedelapan Prabu Wasudewa adalah kesewenang-wenangan yang merupakan anak dari kejahatan akan dapat ditumpas oleh kebenaran. Jika memiliki kemampuan, hendaknya itu digunakan untuk membantu sesama.