Cerita Dongeng Sebelum Tidur : Kisah Putri Karang Melenu

Cerita dongeng sebelum tidur yang kami dongengkan hari ini ada dua yaitu Kisah Puteri Karang Melenu dan legenda Sumpah Tulang Badi. Keduanya sangat menarik dan kakak sukai. Ini dia dua legenda rakyat tersebut.

Cerita Dongeng Sebelum Tidur : Legenda Naga Erau dan Putri Karang Melenu

Dahulu, ada sepasang suami istri yang sudah lama menikah namun belum dikaruntai keturunan. Suatu hari, keadaan alam sangat buruk. Hujan turun dengan derasnya. Persediaan kayu bakar sepasang suami istri itu habis. Mereka pun mengambil salah satu atap rumah untuk dijadikan kayu bakar.

Saat membelah kayu atap rumah, mereka menemukan ulat kecil. Seketika, hujan berhenti. Karena takjub, mereka memelihara ulat kecil itu.

Suatu malam, sang Suami bermimpi bertemu putri cantik. Putri itu mengaku bahwa ia penjelmaan dari si Ulat dan akan pergi besok.

Benar adanya, paginya, si Ulat berubah jadi naga. Sebelum pergi, sang Naga berkata, “Ikuti ke mana pun aku pergi.”

Sesuai permintaan, suami istri tersebut mengikuti sang Naga. Hingga akhirnya, mereka tiba di sungai. Sang Naga menyelam, lalu muncul gelembung bercahaya di sungai. Suami istri tersebut mengambil gelembung tadi. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat di dalam gelembung terdapat bayi perempuan sedang terbaring di dalam gong. Lalu, bayi itu diberi nama Putri Karang Melenu. Kelak, bayi tersebut menjadi istri raja Kutai Kartanegara pertama, yaitu Aji Batara Agung Dewa Sakti.

Cerita Dongeng Sebelum Tidur
Cerita Dongeng Sebelum Tidur

Dongeng Cerita Sebelum Tidur : Sumpah Tulang Badi

Seorang laki-laki tinggal bersama adik perempuannya di Malinau. Mereka anak yatim piatu yang hidup rukun satu sama lainnya. Orang-orang mengenal mereka sebagai anak yang baik dan ramah.

Suatu hari terjadi peperangan antara dua suku. Banyak korban yang tewas. Sang kakak juga ikut berperang, membantu sesama sukunya. Situasi semakin tak terkendali. Kondisi kampung sudah hancur. Sawah ladang mati tak terurus. Sampai hewan ternak pun mati kelaparan. Musuh-musuh mengejar warga kampung yang melarikan diri.

Sang kakak berusaha melindungi adiknya agar selamat dari kejaran musuh. “Adikku, pergilah kau ke hulu sungai,” katanya di suatu pagi.

“Kenapa, Kak? Kenapa Kakak menyuruhku pergi? Kakak tidak ikut?” Si adik heran dengan perintah kakaknya itu.

“Pergilah. Kau harus sembunyi di hulu sungai agar tidak mati dibunuh musuh,” jawab si kakak.

“Aku tidak mau berpisah denganmu, Kak,” ucap adiknya sembari menangis tersedu.

“Ikutilah perintahku!” pungkas kakaknya.

Besoknya si adik pergi mudik ke hulu sungai melewati Sungai Sembuak dengan menaiki perahu sendirian. Kakaknya berdiri di pinggir sungai melepaskan adiknya. Perasaannya sedih, tapi cara inilah yang terbaik demi keselamatan adiknya.

“Bahwa tidak akan ada yang boleh masuk ke hulu sungai ini untuk mengganggu hidup adik perempuanku dan Sungai Sembuak inilah batasnya.” Sang kakak bersumpah demi tulang badi,

Setiap saat sang kakak menjaga tepian sungai dari siapa pun yang berniat jahat. Ia benar-benar menjalankan sumpahnya. Bahkan, arus sederas apa pun tak akan bisa menembus ke hulu sungai. Sejak itu, si adik hidup tenang di sana dan memperoleh keturunan yang kemudian dinamakan suku Lundayeh. Sang kakak tetap tinggal di kampung kelahiran bersama warga suku Tidung yang tersisa.

Temukan artikel menarik lainnya mengenai Cerita Dongeng Sebelum Tidur pada posting berikut ini Cerita Dongeng Sebelum Tidur Untuk Anak dari Inggris dan Prancis dan Cerita Dongeng Sebelum Tidur – Fabel Anak Dunia