Posting kali ini merupakan posting terakhir mengenai cerita dongeng rakyat dari Papua. Namun demikian bukan berarti koleksi cerita rakyat Papua dan cerita tentang hewan Papua yang Kakak miliki sudah habis. Masih banyak sekali cerita rakyat dari Papua yang akan Kakak bagikan di blog ini dimasa yang akan datang. Yang suka dengan dongeng dari Papua harap bersabar, beberapa minggu kedepan Kakak akan berbagi cerita rakyat Nusantara dari seluruh wilayah yang ada di Indonesia.
Cerita Dongeng Rakyat Dan Fabel Dari Papua : Towjatuwa dan Buaya Ajaib
Towjatuwa adalah seorang lelaki yang tinggal di dekat sungai Tami pada masa lampau. Istri Towjatuwa tengah hamil tua, tak berapa lama lagi akan melahirkan. Towjatuwa sangat khawatir istrinya itu akan mengalami kesulitan ketika melahirkan. Untuk mengatasi kesulitan itu ia membutuhkan rumput air yang tumbuh di sungai Tami. Rumput air itu akan direbusnya dan air rebusannya untuk minuman istrinya.
Ketika Towjatuwa berada di sungai Tami tengah sibuk mencari rumput air, ia mendengar suara mencurigakan di sebelah belakangnya. Seketika ia menoleh, tak terperikan keterkejutannya. Di hadapannya berdiri seekor buaya besar!
Towjatuwa sangat takut. Tubuhnya gemetar hebat. Ia hampir pingsan karena ketakutannya. Tidak ada lagi kesempatan baginya untuk menghindar atau melarikan diri jika buaya besar itu menyerangnya. Ia tak lagi dapat bergerak, seperti pasrah menerima. Dalam ketakutannya yang sangat, Towjatuwa memperhatikan buaya besar itu. Aneh, buaya besar itu tidak seperti buaya-buaya yang pernah dilihat Towjatuwa sebelumnya. Pada punggung buaya besar itu terdapat bulu-bulu indah dari burung kasuari. Ketika buaya itu bergerak, ia terlihat sangat menakutkan.
Namun, buaya besar itu tampaknya tidak berniat menyerang Towjatuwa. Ia hanya bergerak perlahan-lahan mendekati Towjatuwa. Towjatuwa kian ketakutan. Mendadak, buaya besar itu ber- ujar, “Jangan engkau takut. Namaku Watuwe. Aku tidak akan menyerangmu:’
“Namaku … Towjatuwa,” Towjatuwa berujar terbata-bata.
“Towjatuwa, apa yang tengah engkau cari di sungai ini?”
Towjatuwa lantas menjelaskan kepentingannya di sungai Tami itu. Katanya, “Aku sedang mencari rumput air yang kugunakan untuk membantu persalinan istriku.”
“Tidak usah engkau khawatir,” kata Watuwe. “Sekarang pulanglah. Nanti malam aku akan datang ke rumahmu untuk menolong persalinan istrimu itu.”
Towjatuwa bergegas kembali ke rumahnya. Kejadian mengejutkan yang dialaminya itu diceritakannya pada istrinya. “Buaya besar itu nanti malam akan datang ke rumah kita ini untuk menolong persalinanmu.”
Pada malam harinya, Watuwe memenuhi janjinya untuk datang ke rumah Towjatuwa. Dengan kekuatan saktinya, Watuwe membantu persalinan istri Towjatuwa. Persalinan pun lancar. Anak Towjatuwa telah lahir dengan selamat. Seorang bayi lelaki. Towjatuwa memberi nama anaknya itu Narrowra.
“Towjatuwa, ketahuilah, anakmu ini nanti akan menjadi seorang pemburu yang tangguh,” kata Watuwe. “Namun ingatlah balk-balk, engkau dan anak keturunanmu nanti hendaklah tidak membunuh dan memakan dagingku. Jika engkau dapati kelak aku terbunuh, ambillah kantung air seniku. Bawalah kantung air seniku itu ke puncak Gunung Sankria. Di puncak Gunung Sankria itu engkau akan bertemu dengan Manusia Langit. Ia akan memberi petunjuk berharga untuk engkau lakukan. Ingatlah balk-balk, jika engkau atau anak keturunanmu melanggar pantangan untuk membunuh atau memakan dagingku, niscaya engkau dan anak keturunanmu semuanya akan menemui kematian!”
Sejak saat itu Towjatuwa dan anak keturunannya berjanji untuk memegang teguh pesan Watuwe. Towjatuwa dan anak keturunannya tidak hanya menghindari untuk membunuh dan memakan daging buaya, namun mereka juga berusaha keras melindungi Watuwe dan buaya-buaya lainnya yang hidup di sekitar sungai Tami dari incaran para pemburu.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Rakyat Dan Fabel Dari Papua : Towjatuwa dan Buaya Ajaib kelestarian lingkungan hidup hendaklah kita jaga baik-baik. Keberadaan hewan dan juga tanaman di dunia ini hendaklah dijaga dan di lestari kan demi kebaikan bersama.
Cerita Dongeng Rakyat Dan Fabel Dari Papua : Seekor Rubah dan Para Heyna
Suatu malam seekor rubah jantan tengah berburu di sebuah padang rumput di afrika, sang rubah mencari beberapa ekor kelinci untuk dia santap dia pergi berburu pada malam hari dimana para kelinci sedang tidur, trik sang rubah adalah memasuki sarang kelinci tanpa di ketahui oleh penghuninya. Ketika pagi hari sang rubah memperhatikan para kelinci sedang asik memakan rumput. Mereka tidak merasa terganggu terhadap kehadiran seekor rubah jantan karena sang rubah tidak dapat menandingi kecepatan para kelinci namun sang rubah terus mengikuti mereka hingga sang rubah melihat mereka memasuki lubang-lubang sebagai sarang mereka, sang rubah yang telah melihat sarang kelinci kini kembali ke kediamannya dan tidur.
Pada saat malam hari dia pergi kesarang para kelinci namun ketika dia memasuki sarang kelinci dan menangkap seekor kelinci yang sedang tidur tercium bau beberapa ekor heyna yang mendekat sang rubah sangat berhati-hati keluar dan membawa kelinci tersebut sambil melihat keadaan sekitar.
Ketika itu sang rubah berlari seekor heyna menghadangnya, lalu sang rubah di sergap 3 ekor heyna lapar sambil meneteskan air liur. Sang heyna berkata kepada sang rubah “tuan rubah kau pandai sekali berburu hewan berdaging empuk itu, tapi kepandaianmu itu tidaklah cukup untuk pergi dari kami dengan selamat, jika kau ingin nyawamu selamat lebih baik kau berikan kelinci gemuk itu pada kami.” lalu sang rubah berkata dengan santainya “baiklah ambil ini tuan heyna namun jika kau mau daging yang empuk dan lezat besok malam kau akan aku antarkan ke kawanan domba, apa kau mau?” sang heyna menjawab “kau amat baik wahai rubah, kenapa kau mau memberikan ku makanan padahal nyawamu saja terancam.” sang rubah lalu berkata “ya itu sebagai perjanjian padaku para heyna tidak akan pernah menyerang para rubah apa kalian setuju?” sang heyna menjawab “baiklah asalkan kau selalu memberi tahu kami dimana kami bisa makan enak.”
Para heyna kemudian berebut memakan kelinci dengan rakusnya dan sang rubah kini harus puas dengan perut kosong, sang rubah itu sangat kesal kepada sang heyna karena telah mengambil hewan buruannya dengan paksa. Kekesalan sang rubah membawanya ke sebuah tempat dimana tempat itu tidak pernah dilewati maupun dikunjungi oleh hewan lain, tempat itu adalah sarang kelompok singa.
Sang rubah memasuki sarang singa dengan penuh kekesalan namun segera ia menampakan wajah yang gembira, sang rubah melihat para singa sedang asik menyantap seekor kerbau yang sangat besar dengan tenang mereka berbagi makanan dengan sangat adil namun mereka merasa terganggu dengan kehadiran sang rubah yang telah berani memasuki wilayahnya “berani sekali seekor rubah kecil masuk ke sarang kami, kenapa kau datang kemari?” Tanya sang singa jantan “aku kemari untuk menawarkan sebuah bantuan kepada kalian.” kata sang rubah “bantuan apa itu, apa kami terlihat memiliki masalah disini?” Tanya sang singa “sebuah tempat persembunyian para domba.” kata sang rubah “aku sama sekali tidak percaya kepadamu.” kata sang singa, sang rubah memberikan sang singa beberapa bulu domba yang dia terkam ketika para domba sedang merumput dan berkata “cobalah cium bau ini apa kau mengenalnya?” sang singa berkata “kau berkata jujur wahai rubah dan memang kebetulan sekali kami sudah cukup sulit menemukan mangsa karena mereka selalu bermigrasi setiap tahun.”
Sang rubah melakukan sebuah perjanjian dengan para singa untuk tidak memakannya dan selalu melindunginya dari serangan hewan lain terutama para heyna, para singa setuju dengan perjanjian itu. Segera sang rubah memberikan penjelasan tentang sebuah gua dekat tebing disanalah para domba tinggal namun mereka harus menyergapnya ketika sata malam datang saat terdengar suara serigala mengaum karena mereka telah tertidur lelap dan mungkin saja mereka akan menemukan musuh disana, sang rubah pergi dari sarang itu dan bersiap untuk malam berikutnya.
Saat malam berikutnya telah tiba sang rubah keluar dari sarangnya dan pergi ke tempat para heyna yang sedang berkumpul “baiklah akan kau antar kalian ke tempat para domba namun jika kau mendengar para serigala mengaum kalian harus segera keluar dari tempat para domba tinggal.” kata sang rubah, sang rubah mengajak para heyna untuk pergi ke sebuah gua dimana para domba tinggal, para heyna dengan terburu-buru masuk kedalam gua dan sang rubah hanya duduk di luar, tidak lama kemudian para singa datang mereka tidak bertemu dengan sang rubah, mereka hanya duduk menunggu suara auman serigala dan tidak lama kemudian suara auman serigala terdengar sang singa berlarian ke arah mulut gua namun mereka kaget dengan para heyna yang sedang menggusur-gusur domba di mulut masing-masing heyna, saat itu sang singa dengan sigap menyerang para heyna dan mengusir para heyna dari gua itu.
Setelah kejadian itu sang rubah mendekati gua dan berbicara kepada salah singa “aku telah menepati janjiku, silahkan kau santap daging lezat itu.”
Beberapa heyna mati di dekat gua itu karena diterkam oleh para singa namun salah satu dari mereka berhasil meloloskan diri, keesokan harinya sang rubah bertemu heyna yang meloloskan diri itu sang heyna tidak tahu bahwa yang membawa para singa adalah sang rubah dia menceritakan kepada sang rubah kejadian semalam, sang rubah hanya tersenyum mendengarnya lalu pergi meninggalkannya sambil berkata dalam hati “itu adalah balasanku pada para heyna karena merebut makananku.”
Pesan moral dari Cerita Dongeng Rakyat Dan Fabel Dari Papua : Seekor Rubah dan Para Heyna adalah Jangan pernah merampas hak milik orang lain. Karena hal itu hal yang tidak baik dan akan merugikan diri kita dikemudian hari.