Cerita Dongeng Jaman Dulu yang kami ceritakan di malam hari ini mengisahkan legenda asal muasal Padi. Cerita ini mengajarkan kita arti sebuah pengorbanan.
Cerita Dongeng Jaman Dulu : Legenda Asal Muasal Padi
Alkisah, kemarau panjang melanda desa Tanah Lingo, Pulau Kalimantan. Karena tidak ada lagi yang dapat dimakan, bencana kelaparan melanda penduduk desa. Mereka ramai membicarakan sebab terjadi kemarau panjang tersebut. Namun, tidak juga diperoleh jawaban. Akhirnya, persoalan tersebut diserahkan kepada Datu Baru Taun, pimpinan tertinggi di desa itu. Kemudian Datu Baru Taun mendapat jawaban bahwa kejadian ini merupakan akibat ulah manusia yang melanggar larangan para leluhur. Banyak penduduk yang telah melakukan dosa. Dosa-dosa itu akan terampuni oleh sebuah pengorbanan berupa persembahan Aiwa. Namun, tidak ada seorang pun yang mau mengorbankan jiwanya.
Dalam situasi yang serba sulit, seorang gadis remaja tampil ke depan. Ternyata, ia adalah Putri Liung, anak Datu Baru Taun. Ia siap mengorbankan dirinya untuk menebus dosa-dosa yang dilakukan penduduk di desanya. Bagi Datu Baru Taun, hal ini sungguh dilematis. Putri Liung adalah anak satu-satunya yang sangat disayanginya. Namun sebagai kepala desa, ia tidak boleh menolak upaya untuk menyelamatkan desanya.
Rupanya tekad Putri Liung benar-benar telah bulat. Tiba-tiba Datu Baru Taun mengumumkan kepada khalayak bahwa leluhur menghendaki pengorbanan putrinya. Putri Liung dibawa ke sebuah lapangan terbuka yang terletak di luar desa. Para penduduk berkumpul menyaksikan upacara pengorbanan sang putri. Tidak berapa lama kemudian, upacara pengorbanan pun segera dilakukan. Putri Liung ditusuk sampai mati, tetapi tidak menjerit sedikitpun. Wajahnya kelihatan berseri-seri. Setelah darah bercucuran, tubuhnya pun jatuh tersungkur ke pangkuan ibu pertiwi, sebagai bentuk kesetiaan pada leluhur, Jenazah Putri Liung segera dikebumikan disertai tangisan dan harapan penduduk akan perubahan yang baik di desa mereka.
Setelah jenazah dikebumikan dan diberi penghormatan terakhir dengan menabur bunga dan doa bersama, tiba-tiba datang kilat menggelegar. Awan mendung mengiringi arwah sang putri. Tidak lama, hujan turun dengan lebatnya, petir menyambar dan guntur pun terdengar menggelora seperti membelah bumi. Penduduk beranggapan kejadian alam yang maha dahsyat ini sebagai pertanda, pengorbanan Putri Liung diterima dan dosa-dosa penduduk desa telah terampuni.
Beberapa hari kemudian, kehidupan desa telah normal kembali. Sinar matahari berseri menerangi bumi, tanaman mulai tumbuh dengan suburnya, hewan berkembang biak dengan cepat, hutan-hutan kembali menghijau, dan air sungai jernih beriak-riak mengaliri daerah sekitarnya. Penduduk desa bersuka cita menyambut keadaan desa yang semakin membaik itu.
Pada suatu hari penduduk dikejutkan oleh satu keanehan yang terjadi di tempat pengorbanan sang putri. Tepat di permukaan tanah ketika sang putri tersungkur mati, tumbuh sejenis rumput yang berbuah berbulir-bulir. Rupanya tumbuh jenis tanaman baru yang sebelumnya tidak dikenal penduduk setempat. Itulah pertama kalinya penduduk mengenal tumbuhan padi. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Putri Liung telah menjelma menjadi tanaman sejenis rumput dengan bulir-bulir bernas, berupa butir-butir padi. Ia menjadi tumbuhan yang menghasilkan bahan makanan pokok dan digemari penduduk. Tanaman padi kemudian semakin dikenal dan menjadi tanaman utama di desa. Di kemudian hari tanaman padi menjadi dewinya para petani.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Jaman Dulu : Legenda Asal Muasal Padi adalah pengorbanan dan keteguhan hati pasti akan membuahkan hasil yang sangat luar biasa Tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Tidak ada perjuangan yang tanpa pengorbanan.