Indonesia memiliki banyak sekali cerita daerah nusantara yang menarik, diantara cerita daerah yang menjadi kesukaan Kakak adalah Punai Anai. Kisah Punai Anai berasal dari Riau. Kisah rakyat ini menceritakan tentang bagaimana nasib seseorang yang diramal oleh ahli nujum. Apakah ramalan ahli nujum itu terbukti? Kita ikuti kisah Punai Anai yang merupakan cerita daerah nusantara dari Kepulauan Riau.
Cerita Daerah Nusantara – Kisah Punai Anai
Punai Anai adalah seorang anak yang berasal dari keluarga yang terbilang mapan dan berada meski ia mempunyai enam saudara kandung. Kedua orang tua Punai Anai sangat memercayai ramalan Datuk ahli nujum. Apapun yang diucapkan Datuk ahli nujum mereka percayai sebagai sebuah kebenaran.
Pada suatu hari kedua orang tua Punai Anal kembali mendatangi Datuk ahli nujum. Mereka bertanya perihal nasib mereka dan juga tujuh anak mereka di kemudian hari.
Dengan menggunakan tempayan, air, dan sembilan jeruk limau serta mantra-mantra saktinya, Datuk ahli nujum mencoba meramal. Hasil ramalannya kemudian disampaikannya kepada kedua orang tua Punai Anai. Katanya, “Kalian dan juga enam anak kalian akan bernasib mujur. Sangat beruntung, malah. Hanya seorang anak kalian saja yang tidak akan bernasib balk.”
“Siapa anak kami yang tidak bernasib balk itu, Datuk?”
“Punai Anai,” jawab Datuk ahli nujum. “Tidak hanya tidak baik nasibnya, namun Punai Anai juga akan membawa sial dan petaka bagi keluarga kalian! Oleh karena itu, untuk menghilangkan kesialan dan malapetaka yang akan menimpa keluarga kalian, Punai Anai hendaklah diusir dari keluarga kalian.”
Meski menyayangi Punai Anai, kedua orangtua Punai Anai melaksanakan perintah Datuk ahli nujum. Punai Anai mereka usir dari rumah.
Punai Anai sangat sedih ketika meninggalkan orangtua dan enam saudara kandungnya. Langkah kakinya gontai. Tidak tahu kemana ia harus pergi. Beberapa saat berjalan, Punai Anai akhirnya memutuskan untuk menuju hutan.
Di hutan itu Punai Anal mendirikan gubug kecil untuk kediamannya. Ia pun membuka ladang yang akan digunakannya untuk bercocok tanam. Karena tidak ada manusia lagi di tengah hutan itu, Punai Anai akhirnya bersahabat dengan para hewan yang terdapat di sana. Hewan-hewan tampaknya juga senang bersahabat dengan Punai Anai. Mereka kerap menghibur Punai Anai dan Punai Anai akhirnya merasa betah tinggal di dalam hutan setelah bersahabat erat dengan para binatang hutan. Untuk makanannya, Punai Anai mendapatkannya dari hasil berladangnya. Jika tidak mencukupi, ia akan mencari buah-buahan, umbi, dan juga aneka dedaunan. Hewan-hewan yang menjadi sahabatnya kerap pula mencarikan aneka makanan untuknya jika hasil berladangnya kurang mencukupi kebutuhan pangannya.
Sangat berbeda dengan yang disebutkan Datuk ahli nujum, kehidupan keluarga Punai Anai menjadi susah sepeninggal Punai Anai. Hasil pertanian mereka yang biasanya berlimpah-ruah, waktu itu kerap mengalami kegagalan. Lumbung padi mereka kerap kosong tanpa terdapat padi sedikit pun di dalamnya. Uang simpanan mereka mulai banyak diambil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lama-kelamaan uang simpanan mereka pun habis. Ditambah dengan kegagalan panen yang seringkali terjadi, keluarga Punai Anai itu pun akhirnya jatuh miskin.
Sementara kehidupan Punai Anai di dalam hutan bertambah balk. Pertanian yang dijalankan Punai Anai di ladangnya mendatangkan hasil yang melimpah-Iimpah. Begitu banyaknya hasil pertanian itu hingga Punai Anai bermaksud menjualnya ke pasar. Berangkatlah Punai Anal menuju pasar. Ia tidak sendirian, melainkan ditemani aneka hewan yang menjadi sahabatnya. Kawanan gajah, harimau, kerbau hutan, kera, dan kawanan hewan lainnya beramai-ramai mengikuti Punai Anai seraya membawa hasil pertanian Punai Anai yang hendak dijual di pasar.
Keadaan pasar pun menjadi gempar saat Punai Anai beserta sahabat-sahabatnya itu tiba di sana. Orang-orang berlarian tunggang-langgang karena takut dengan hewan-hewan yang terlihat galak lagi menyeramkan itu. Namun, Punai Anai meminta mereka untuk tidak takut, karena semua hewan itu tidak bermaksud jahat atau mengganggu. Mereka datang membantunya membawa aneka hasil pertanian yang hendak dijualnya.
Syandan, Putri Raja tengah berjalan-jalan di pasar itu dengan diiringi beberapa prajurit dan juga dayang-dayang. Ketika melihat Punai Anal datang bersama hewan-hewan, Putri Raja sangat terkejut, terperangah, dan akhirnya terpesona pada Punai Anai. Terlebih-lebih ketika ia melihat semua hewan itu patuh pada perintah Punai Anai. Putri Raja langsung jatuh hati pada Punai Anai. Ia meminta prajuritnya untuk menemui Punai Anai dan meminta Punai Anai untuk menghadap ayahandanya.
Punai Anai datang menghadap Sang Raja. Sang Raja, permaisuri, dan para hulubalang sangat terkesan dengan sikap dan penampilan Punai Anai ketika datang menghadap. Terlebih- Iebih Putri Raja yang kian jatuh hati pada Punai Anai. Sang Raja lantas meminta Punai Anai untuk tinggal di istana kerajaan dan mendapat tugas khusus untuk mengurus dan merawat aneka hewan kesayangan Sang Raja. Dengan gembira, Punai Anai menerima tugas dan perintah Sang Raja.
Punai Anai bekerja dengan balk. Semua hewan kesayangan Sang Raja menjadi sehat dan terawat. Mereka semua sangat jinak kepada Punai Anai dan menganggap Punai Anai sebagai sahabat mereka. Sang Raja sangat sayang dengan Punai Anai yang rajin lagi sopan itu. Sementara Putri Raja kian mencintai Punai Anai.
Punai Anai sesungguhnya merasa jika Putri Raja mencintainya. la pun juga mencintai Putri Raja. Namun, ia tidak berani menunjukkan perasaannya itu. Ia merasa sangat tidak pantas untuk mencintai Putri Raja. Ia hanya menyimpan perasaan cintanya itu di dalam hati.
Bagaimanapun juga, meski berusaha untuk ditutup-tutupi, Sang Raja dan Permaisuri mengetahui juga jika anak perempuan mereka jatuh cinta pada Punai Anai. Mereka juga mengetahui jika Punai Anai juga mencintai anak perempuan mereka. Raja yang bijaksana itu akhirnya meminta Punai Anai untuk datang menghadapnya dan mengemukakan rencananya, “Apakah engkau menerima seandainya putri tunggalku itu kunikahkan denganmu?”
“Hamba menerimanya dengan segala sembah dan hormat, Baginda,” jawab Punai Anai.
Maka, Punai Anai dinikahkan dengan Putri Raja dengan pesta pernikahan yang sangat besar. Dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam. Punai Anai pun hidup bahagia di istana kerajaan di samping istrinya yang cantik jelita lagi balk budi perangainya itu.
Ketika Sang Raja telah berusia tua, Sang Raja menyerahkan takhtanya kepada Punai Anai. Maka, bertakhtalah Punai Anai selaku raja yang adil dan bijaksana. Segenap rakyat menyambut gembira dan mencintai Punai Anal, karena Punai Anai senantiasa mengupayakan kesejahteraan mereka.
Setelah Punai Anai bertakhta selaku raja, ia sangat rindu dengan keluarganya. Ia pun datang menjenguk kedua orangtua dan juga enam saudara kandungnya. Ia memaafkan kesalahan kedua orangtuanya yang telah membuangnya. Ia mengajak kedua orangtua dan juga enam saudara kandungnya itu untuk tinggal di istana kerajaan bersamanya.
Raja Punai Anai hidup berbahagia. Ia senantiasa mengingatkan segenap rakyatnya untuk tidak memercayai ramalan. Ia kerap memberi contoh pada dirinya sendiri. Menurut Datuk ahli nujum, ia adalah pembawa kesialan dan malapetaka bagi keluarganya. Namun ramalan itu ternyata salah besar, karena dirinya menemukan kebahagiaan yang sangat besar. Sementara keluarganya yang diramal akan mendapatkan kebahagiaan, malah jatuh miskin dan hidup menderita.
“Sekali-kali janganlah kalian memercayai ramalan, karena kebanyakan ramalan itu salah dan sangat menyesatkan!” begitu pesan Raja Punai Anai kepada segenap rakyatnya.
Pesan moral dari cerita daerah nusantara – punai anai adalah janganlah percaya dengan ramalan karena ramalan itu kebanyakan salah dan menyesatkan. tukang ramal atau ahli nujum itu tidak mengetahui apa yang akan terjadi di kemudian hari karena semua itu hanya Tuhan saia yang mengetahuinya. janganlah mendahului kehendak Tuhan!