Cerita Anak Soleh : Sejarah Asal Mula Keajaiban Air Zamzam

Cerita anak soleh kali ini bercerita mengenai asal mula keajaiban air zamzam.

Air Zamzam adalah air yang keluar dari sumber mata air yang bernama Zamzam di Mekkah, Arab Saudi. Setiap orang yang berhaji, pasti pernah mencicipi segarnya air yang penuh berkah ini. Tidak hanya mencicipi, mereka pasti membawa air tersebut sebagai oleh-oleh.

Tahukah adik-adik, berapa usia sumur Zamzam? Ternyata usianya sudah lebih dari tiga ribu tahun, Iho! Namun, sumur tersebut tidak pernah mengalami kekeringan. Sumur tersebut terus memancarkan air, meskipun jutaan manusia telah mengambil airnya. Luar biasa, kan?

Nah, kisah tentang air Zamzam ini tidak terlepas dari kisah seorang nabi Allah, yaitu Nabi Ismail a.s. Yuk, adik-adik, kita ikuti kisah selengkapnya di bawah ini!

Cerita Anak Soleh : Ismail Putra Ibrahim

Nabi Ismail a.s. adalah putra pertama Nabi Ibrahim a.s. dengan istri keduanya, Siti Hajar. Istri pertama Nabi Ibrahim adalah Siti Sarah.

Nabi Ibrahim sangat mendambakan seorang anak. Tapi karena Nabi Ibrahim dan Siti Sarah tak kunjung dikaruniai anak, Siti Sarah pun mengizinkan suaminya menikahi Siti Hajar, pembantu mereka.

Siti Sarah adalah wanita yang mulia, begitu Pula dengan Siti Hajar. Siti Hajar adalah seorang yang sangat taat beribadah kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim pun hidup rukun bersama kedua istrinya di Palestina.

Akhirnya, Allah SWT memberikan karunia berupa bayi kepada Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Nabi Ibrahim tampak bahagia ketika melihat tanda-tanda kehamilan di Siti Hajar. Nabi Ibrahim bersyukur kepada Allah SWT, begitu pun dengan Siti Hajar. Siti Sarah turut bahagia, karena akhirnya suaminya akan memiliki seorang anak.

“Alhamdulillah, Allah Yang Maha Mendengar akhirnya mengabulkan doa-doa kita,” ucap Siti Hajar kepada suaminya. Dia merasa amat terharu.

Mendapat anugerah itu, Siti Hajar semakin bersyukur dan mendekatkan dirinya kepada Allah swt. Siti Hajar bahkan sering bangun di tengah malam buta dan melawan dingin untuk beribadah kepada Allah.

Sembilan bulan lamanya Siti Hajar mengandung. Kemudian, tibalah masa kelahiran itu.

“Bayi kita laki-laki,” bisik Ibrahim dengan lembut kepada Siti Hajar.

Ibrahim kemudian memberi nama Ismail untuk buah hatinya itu. Ibrahim dan Siti Hajar berdoa bersama agar bayi tersebut kelak menjadi anak yang saleh, taat, dan rajin beribadah.

Jika Ibrahim dan Siti Hajar sedang diliputi kegembiraan, berbeda dengan Siti Sarah. Rasa cemburunya muncul. Apalagi, ia masih belum dikaruniai seorang anak.

Sikap Siti Sarah terhadap Siti Hajar pun berubah. Sebenarnya Siti Sarah sadar bahwa sebagai istri seorang nabi, sikapnya tersebut kurang terpuji. Tapi, sebagai wanita, Siti Sarah tidak mampu menolak rasa cemburunya itu.

Nabi Ibrahim berpikir, bagaimana mereka bertiga dapat kembali hidup rukun dan saling menyayangi seperti semula. Ibrahim tidak sadar bahwa ternyata ada rencana besar Allah SWT untuk keluarganya, terutama untuk Ismail dan Siti Hajar.

Di Gurun Sunyi Tampa Bekal

AIlah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk membawa istrinya, Siti Hajar dan Ismail yang masih kecil, ke suatu wilayah yang jauh di selatan. Ibrahim sendiri tidak tahu di mana itu, karena beliau sendiri belum pernah ke sana.

Namun, karena itu adalah perintah Allah SWT, Ibrahim pun segera memenuhinya. Maka, berangkatlah beliau bersama Siti Hajar dan Ismail.

Dengan menunggangi unta yang begitu lambat jalannya, mereka menempuh jarak ratusan kilometer. Mereka menembus panasnya gurun yang membakar kulit pada siang hari, dan dingin yang menusuk tulang pada malam hari.

“Akan ke mana kita, wahai suamiku? Apakah tempat itu sudah dekat?” tanya Siti Hajar.

“Masih jauh,” jawab Ibrahim. “Bersabarlah! Mari kita berdoa! Semoga Allah SWT mempercepat perjalanan ini dan melindungi kita semua!”

Sepanjang perjalanan yang melelahkan itu, di atas punggung unta, Ibrahim dan Siti Hajar terus berdoa kepada Allah SWT.

Malam pun tiba. Bintang di langit begitu benderang menyinari padang pasir yang luas dan sunyi. Saat itulah, Ibrahim dan Hajar tersadar, betapa kecilnya mereka di antara kekuasaan Allah SWT yang demikian besar dan menakjubkan. Tak henti mereka berdua memuji Allah SWT.

“Istriku, di depan itulah akhir perjalanan kita,” kata Ibrahim sambil menunjuk sebuah lembah yang terdapat reruntuhan bangunan batu kuno.

Rupanya tempat itu adalah Ka’bah, bangunan pertama di bumi yang didirikan oleh para malaikat atas perintah Allah SWT. Bangunan yang kini hanya tersisa puing-puing batu itu, telah berdiri ribuan tahun sebelum Nabi Adam diturunkan ke bumi.

“Turunlah!” ucapnya kepada Siti Hajar, lalu menghentikan untanya tak jauh dari Ka’bah.

Siti Hajar turun. Ia tak percaya bahwa lembah sunyi itulah tujuan perjalanannya yang melelahkan. Belum hilang rasa letih dan keterkejutan Siti Hajar, tiba-tiba suaminya pamit akan kembali ke Palestina.

“Aku akan kembali ke Palestina. Tinggallah di sini. Tunggulah sampai aku kembali lagi kemari!” ucap Ibrahim sambil meletakkan bekal ala kadarnya di dekat bangunan tua batu itu. Setelah itu, Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan Ismail.

Cerita Anak Soleh Sejarah Asal Mula Keajaiban Air Zamzam
Cerita Anak Soleh Sejarah Asal Mula Keajaiban Air Zamzam

Siti Hajar sedih dan berlinang air mata melepas kepergian Ibrahim. Apalagi kini dirinya hanya berdua saja dengan Ismail di lembah sunyi yang tandus itu. Siti Hajar berpikir, betapa tega suaminya meninggalkannya di tempat asing yang sepi itu.

Tapi, ketika tersadar bahwa itu semua kehendak dan perintah Allah SWT, Siti Hajar bisa menerima. Dengan penuh keikhlasan, ia bertekad akan menjalankan kehidupannya di tempat baru itu. Namun, ia masih bingung. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan di lembah yang sunyi dan tanpa tanda-tanda kehidupan sama sekali itu.

Zamzam Bukti Kasih Allah SWT

Dalam waktu beberapa hari, bekal makanan dan air minum yang dibawa dari Palestina sudah habis.

“Aduh, bagaimana ini?” ucap Siti Hajar, panik. Ismail kecil terlihat menangis dan meronta-ronta kehausan.

Di tengah suasana padang pasir yang terik itu, Siti Hajar juga merasa amat haus. Tapi, keselamatan Ismail lebih penting baginya.

Siti Hajar berpikir keras, bagaimana cara mendapatkan air untuk mengobati dahaga putranya tersebut. Sebenarnya Siti Hajar tahu, jangankan sumber air, sebatang pohon kecil sebagai tanda keberadaan air pun tidak ia jumpai di sana.

“Aku tidak boleh menyerah,” tekadnya dalam hati. “Aku harus berusaha! Aku harus bisa menemukan sumber air untuk putraku ini!”

Siti Hajar lalu mulai mencari sumber air. Ketika tampak air melimpah di kejauhan, Siti Hajar senang bukan kepalang. Ia berlari-lari kecil menuju sumber air itu. Tapi, ketika ia sampai di tempat itu, tak ada apa-apa selain padang pasir dan bebatuan.

“Ah, tak ada apa-apa di sini!” katanya seraya menyeka keringat yang mengucur deras membasahi sekujur tubuhnya.

Ketika ia melihat ke seberang bukit, tampak olehnya air melimpah.

“Yang di sana itu pastilah sumber air yang sesungguhnya!” ucap Siti Hajar.

Tanpa menunda waktu lagi, Siti Hajar langsung berlari ke seberang bukit. Meski lelah, ia harus segera ke tempat itu. Ismail sudah meraung-raung menantinya pulang membawa air.

Namun, lagi-lagi, ketika sampai di tempat itu, tak ada air sama sekali. Penampakan air yang dilihat Siti Hajar tersebut rupanya hanya fatamorgana.

Siti Hajar terus berlari-lari, berusaha mendapatkan air. Ia bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwa tujuh kali. Tapi, belum juga ia dapatkan air untuk putranya.

Akhirnya, Siti Hajar kembali ke tempat Ismail dengan lunglai. Dia memasrahkan segalanya kepada Allah SWT.

Tiba-tiba, mata air memancar deras dari jejak kaki Ismail. Tentu saja Siti Hajar terkejut melihatnya.

“Zamzam,” ucap Siti Hajar sambil mencoba mengumpulkan air itu. Zamzam yang diucapkan Siti Hajar berarti: ‘berkumpullah berkumpullah!’ Maksudnya, agar air itu berkumpul sehingga mudah bagi Siti Hajar untuk mengambilnya.

Dengan air itu, terobatilah dahaga yang mendera Ismail. Siti Hajar pun bersujud syukur, memuji kebesaran dan kemurahan Allah SWT atas dirinya.

Air Zamzam atau yang sekarang disebut juga sumur Zamzam, adalah salah satu bukti kebesaran Allah SWT. Bagaimana tidak? Sudah ribuan tahun usia sumur tersebut, tapi masih deras mengalirkan airnya yang segar dan penuh berkah kepada manusia, sejak zaman Nabi Ibrahim hingga sekarang.

Hikmah dari Cerita

Hikmah yang dapat diambil dari Cerita Anak Soleh ini adalah sungguh, Allah SWT tak akan pernah menyia-nyiakan usaha dan doa hamba-hamba-Nya.

Baca juga cerita anak Islami lainnya pada kisah berikut ini: