Kisah Nabi Syu’aib AS menjadi cerita anak pendek pengantar tidur adik-adik malam hari ini. Seperti kisah 25 nabi dan rasul lainnya cerita Nabi Syu’aib AS juga mengandung hikmah dan pesan moral yang sangat baik.
Syu’aib berasal dari Madyan. Nabi Syu’aib diutus untuk berdakwah kepada kaum Madyan dan penduduk Aikah di wilayah Tabuk. Mereka terdiri dari orang-orang kafir. Mereka menyembah “Aikah”, yaitu sebidang padang pasir yang ditumbuhi beberapa pohon belukar dan tanam-tanaman. Nabi Syu’aib wafat di Mekah Al Mukarramah.
Kisah Nabi Syu’aib AS : Cerita Anak Pendek
Kaum Madyan hidup dalam kemakmuran. Tanahnya subur. Gandum dan buah-buahan menjadi sumber penghidupan mereka. Akan tetapi, mereka sering melakukan tindak kejahatan. Mereka tidak segan menindas orang-orang miskin. Mereka melakukan praktik penipuan dalam jual beli. Mereka mengurangi takaran timbangan. Mereka Juga berbuat licik untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
Hal itu terjadi karena mereka tidak memiliki pegangan hidup. Mereka meninggalkan agama tauhid peninggalan Nabi Ibrahim.
Allah mengutus Syu’aib sebagai nabi. Tugasnya adalah berdakwah untuk mengajak kaumnya kembali kepada ajaran Allah dan meninggalkan perbuatan buruk mereka.
Nabi Syu’aib segera menyeru kepada mereka, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Allah. Sesungguhnya, telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan. Janganlah kamu mengurangi barang-barang takaran dan timbangannya. Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.”
Kemudian, Syu’aib kembali berseru, “Janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah. Janganlah kalian menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Ingatlah, dahulunya kamu berjumlah sedikit. Lalu, Allah memperbanyak jumlah kamu. Perhatikanlah, bagaimana kondisi sesudah orang-orang berbuat kerusakan.”
Seruan Syu’aib ternyata membuat kaumnya rnarah. Pemuka-pemuka dari kaum mereka yang sombong berkata, “Sesungguhnya, kami akan mengusir kamu, hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami atau kamu kembali kepada agama kami.”
Syu’aib pun berkata, “Bagaimana mungkin kami keluar dari kebenaran yang ditunjukkan oleh Allah? Jika kami melakukan hal tersebut, kami termasuk orang yang ada dalam kebohongan yang besar. Kami tidak bisa kembali kepada ajaran sebelumnya kecuali jika Allah menghendaki. Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakal.”
Syu’aib berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan adil dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” Jawaban Syu’aib tentu saja membuat para pemuka kaum Madyan yang kafir kesal. Mereka berkata, “Sesungguhnya, jika kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
Syu’aib berseru dan memberi peringatan kepada kaumnya, “Hai kaumku, janganlah pertentangan antara aku dan kalian menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak jauh dari kamu. Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada- Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.”
Ternyata, seruan dan peringatan Syu’aib malah ditanggapi dengan ejekan dan hinaan. Mereka melontarkan ancaman kepada Syu’aib. Mereka berkata, “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah diantara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah merajam kamu, sedang kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.”
Syu’aib menjawab dengan lantang, “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan. Hai kaumku, lakukanlah apa yang kalian mampu. Sesungguhnya, aku pun akan melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang aku yakini. Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Tunggulah azab, sesungguhnya aku pun menunggu bersama kamu.”
Peringatan Syu’aib ternyata tidak juga memengaruhi hati mereka. Mereka tetap mempertahankan tradisi, adat istiadat, dan agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Di samping itu, jika sudah merasa tidak berdaya menghadapi penjelasan Nabi Syu’aib, mereka lalu melemparkan tuduhan-tuduhan kosong, seolah-olah Nabi Syu’aib adalah tukang sihir dan ahli sulap yang ulung. Mereka telah berani menentang Nabi Syu’aib.
Mendengar tantangan kaumnya, Nabi Syu’aib berdoa kepada Allah agar menurunkan azabnya kepada kaum Madyan. Allah berkenan menerima permohonan dan doa Syu’aib. Allah memerintahkan Nabi Syu’aib dan pengikutnya yang beriman agar meninggalkan Madyan. Sementara itu, orang kafir mengira bahwa Nabi Syu’aib pergi karena rasa malu sehingga meninggalkan Madyan.
Kemudian, Allah menurunkan hawa udara yang sangat panas di atas kaum Madyan. Panasnya matahari saat itu mampu membakar kulit. Mereka juga merasakan dahaga karena keringnya kerongkongan. Kaum Madyan menjadi panik. Mereka berlari-lari mencari perlindungan ke sana kemari. Tiba-tiba, terlihat di atas kepala mereka gumpalan awan hitam yang tebal. Lalu, mereka berlari ingin berteduh di bawahnya.
Setelah mereka berada di bawah awan hitam itu, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api diiringi suara petir dan gemuruh ledakan dahsyat. Gempa pun menghantam mereka. Mayat-mayat mereka bergelimpangan. Hancurlah kaum Madyan.
Nabi Syu’aib merasa sedih atas kejadian yang menimpa kaumnya. la berkata kepada para pengikutnya yang telah beriman, “Aku telah sampaikan kepada mereka risalah Allah, menasihati dan mengajak mereka agar meninggalkan perbuatan sesat, serta telah aku peringatkan mereka akan datangnya siksaan Allah jika mereka tetap berkeras hati. Akan tetapi, mereka tidak menghiraukan nasihatku dan tidak memercayai peringatanku. Oleh karena itu, tidak patut aku bersedih atas terjadinya bencana yang telah membinasakan kaumku yang kafir itu.”
Kemudian, Nabi Syu’aib dan pengikutnya yang selamat melanjutkan dakwah mereka untuk mengajak manusia ke jalan Allah dan melaksanakan ajaran-ajaran-Nya.
Hikmah dari Cerita Anak Pendek : Kisah Nabi Syu’aib AS adalah
- Sosok Nabi Syu’aib yang gigih memperjuangkan nilai-nilai persaudaraan, cinta kasih, kesadaran, keadilan, kejujuran, dan ketulusan patut kita jadikan teladan.
- Kreatif menyusun strategi ketika berdakwah merupakan hal yang sangat penting kita miliki.
- Kenikmatan dan kelebihan pemberian Allah yang tidak diimbangi dengan keimanan akan mengakibatkan pemiliknya tertutup hatinya menerima kebenaran.
- Mendustakan kebenaran Allah dapat mengakibatkan manusia tertimpa azab.
Baca cerita anak singkat lainnya dengan membaca artikel berikut ini Cerita Pendek Hewan : Anak Burung Unta Dan Ibunya dan Kumpulan Cerita Hewan Fabel Pendek Terbaru