Cerita Anak Islami Pendek : Isabella Enggan Mengaji

Selain mendisplinkan anak untuk belajar, hal sulit lain yang seringkali menguras kesabaran orang tua adalah mendisiplinkan anak belajar mengaji. Banyak anak enggan bahkan malas untuk melakukannya, padahal mengaji penting untuk bekal akhirat kelak. Karena itu cerita anak islami pendek kali ini menceritakan tentang seorang anak yang enggan belajar mengaji.

Bagaimana orang tua menanggapinya dan apakah si anak akhirnya mau belajar mengaji? Yuk simak dulu kisahnya! Oh ya moms, kisah ini bisa juga dibacakan sebelum tidur sebagai dongeng pengantar tidur yang penuh pesan. So, let’s check these out!

Cerita Anak Islami Pendek : Isabella Enggan Mengaji

Di sebuah kota kecil di perbatasan Indonesia – Malaysia, tinggal sebuah keluarga yang harmonis. Sama seperti keluarga lain yang berbahasa campuran Indonesia – Melayu, keluarga kecil itu pun demikian.

Keluarga kecil tersebut terdiri atas ibu, ayah dan seorang anak perempuan berumur 5 tahun. Anak perempuan tersebut bernama Isabella.

cerita anak islami pendek

Isabella sebenarnya merupakan anak yang pintar dan rajin. Ia duduk di bangku sekolah TK dan selalu menjadi leader di antara teman – temannya. Ia juga pandai melukis. Kegemarannya melukis itu sangat didukung oleh kedua orang tuanya. Maklum, Isabella memang anak pertama dan masih menjadi satu – satunya di keluarga tersebut.

Hingga suatu hari, saking asyiknya Isabella melukis, sampai – sampai ia lupa bahwa hari itu dirinya ada jadwal mengaji.

Ibunya tentu mengingatkan sang buah hati. “Nak, Isabella, kau tak nak pergi ngaji-kah? Tu orang sudah menanti”.

“Tak nak lah mamah. Isabella lukis belum selesai – selesai ni”.

Mendengar hal tersebut, ibunya tentu mengingatkan sang anak. “Ehh, budak (anak)ni. Tak bolehlah kau macam tu. Melukis kan bisa diselesaikan nanti. Sekarang waktunya kau pergi ngaji sama teman – teman kau tu sudah menanti di langgar sebelah”.

anak dan ibu muslimah kartun

“Ah mamah ni tak seperti ibu teman – temanku. Banyak sekali aturannya. Isabella tak suka ah sama mamah”.

“Eh, kita orang harus pandai tak boleh cakap (berbicara) macam tu. Mengaji itu penting sebagai bekal akhirat. Kalau kau orang tak mengaji, macam mana bisa masuk surga. Katanya Isabella ingin masuk surga bukan? Kalau tak belajar mengaji, tak paham agama macam mana bisa pandai. Macam mana bisa menggapai cita kalau Tuhan tak nak (tidak mau) terlibat”.

Mendengar ibunya yang berceramah cukup panjang, Isabella mulai bergegas untuk pergi mengaji. Meski tentu di hatinya ia sangat enggan.

Isabella pun pergi mengaji diantar sang ayah menggunakan motor. Di jalan, ia melihat banyak anak kecil seusianya yang masih bermain. Ada anak laki – laki bermain kelereng, anak wanita bermain petak umpet, ada juga yang masih bermain masak – masakan sore itu.

Melihat teman – temannya yang bermain, Isabella tentu berusaha protes kepada ayahnya.

“Ayah, mamah macam mana tak bolehkan Ella melukis. Ella kan tidak main – main seperti mereka. Mereka main masih boleh tak dicegah pun oleh mamahnya, Ella kenapa dilarang terus.”

Mendengar curahan hati sang ayah, sang ayah menanggapi Isabella dengan cukup santai.

“Nak, mamah bukan tak bolehkan Isabella bermain. Tapi Isabella harus menunaikan kewajiban dulu untuk mengaji karena mengaji itu penting. Isabella tak selamanya jadi budak, tak selamanya juga hidup di dunia ini. Seperti kakek dan nenek yang sekarang tak bersama kita, kita pun nanti kalau sudah tua mengalami yang sama. Kalau tak persiapkan bekal, kita tak punya apapun untuk dibawa pulang.”

“Memang kita akan pulang kemana Ayah?” tanya Isabella kepada ayahnya.

“Pulang ke surga. Pulang ke rumah abadi. Rumah kita bisa hancur, rumah tempat kita pulang nanti tidak bisa hancur. Keahlian apapun yang Ella punya entah melukis, matematika, bahasa, atau apapun itu kalau tidak bisa sholat dan mengaji akan percuma.”

Ayahnya melanjutkan, “Mengaji bisa membuat Isabella pandai, dan kalau Isabella ingin surga mengaji bisa menjadi salah satu jembatannya. Budak – budak (anak – anak) tuh punya keluarga yang berbeda dengan keluarga Ella. Budak – budak tuh pasti punya aturan yang berbeda juga dengan aturan keluarga Ella. Jadi Ella tak boleh membanding – bandingkan aturan orang tua Ella dengan aturan orang tua mereka. Sekalipun mamah dan ayah tak pernah larang Isabella melakukan apapun yang Ella suka. Mamah dan ayah pasti dukung Ella, hanya Ella harus disiplin dan tahu batasan waktunya. Ella paham?”.

Mendengar hal tersebut, Ella tentu menurut. Ia juga mengangguk tanda bahwa dirinya paham. Ella pun belajar bahwa ia tidak hanya harus disiplin dan rajin mengaji sebagai bekal ke surga nanti melainkan juga mulai memahami bahwa setiap keluarga memiliki aturannya masing – masing, begitu juga dengan keluarga Isabella atau yang juga dipanggil Ella.

Ingin cerita anak islami lainnya? Baca : Cerita Anak Islami Inspiratif : Keimanan Seorang Budak

Itulah secuil cerita anak islami pendek yang bisa jadi inspirasi untuk diperdengarkan kepada anak – anak di rumah entah di waktu senggang atau di moment malam sebelum tidur. Semoga bermanfaat ya moms dan tentu bisa menjadi inspirasi bagi si kecil untuk terus belajar dan mulai memahami tentang pentingnya disiplin. Semangat mendidik si kecil moms!