Kisah Nabi Hud merupakan Cerita Anak Islami yang memiliki banyak sekali amanat moral yang dapat kita petik. Jika pada posting sebelumnya kita telah belajar mengenai kisah Nabi Yahya, maka saat ini kita akan belajar Kisah Nabi Hud alaihi salam.
Nabi Hud merupakan keturunan dari Nabi Nuh. Seiring berjalannya waktu, keturunan Nabi Nuh tersebut semakin berkembang. Kemudian lahirlah bangsa yang disebut kaum ‘Aad yang bermukim di daerah pegunungan Al Ahqaf yang terletak antara Yaman dan Yordnia. Sebagian besar kaum ‘Aad masih menyembah berhala dan Nabi Hud diangkat Allah swt. menjadi nabi untuk mengembalikan kaum ‘Aad ke jalan yang benar.
Kaum ‘Aad dikaruniai Allah sebidang wilayah yang sangat subur dengan tanaman-tanaman yang senantiasa tumbuh subur. Mereka bahkan dapat bercocok tanam dan membuat perkebunan sendiri sehingga memperoleh hasil pertanian dan perkebunan yang berlimpah ruah.
Kaum ‘Aad bertumbuh tinggi, besar, kekar dan kuat. Mereka juga berumur panjang, memiliki peradaban yang maju, karena telah mampu mengolah pertanian. Bahkan, tanah yang mereka olah dapat dijadikan pahatan-pahatan tanah untuk dijadikan rumah.
Namun, keperkasaan mereka tidak berarti mencrminkan akhlak yang baik. Mereka meninggalkan ajaran nenek moyang dengan tetap membuat patung-patung berhala untuk disembah. Nabi Hud berpesan kepada seluruh kaumnya untuk berhenti menyembah berhala dan kembali ke jalan Allah. Selain itu, beliau juga meminta supaya mereka tidak hidup dalam keserakahan atas karunia yang Allah terlah berikan.
Seorang yang beramal saleh terkadang memang lebih sering dipandang sebelah mata. Mereka dianggap berlebihan atau berdusta. Itu pula yang terjadi pada Nabi Hud. Bukan saja perkataannya tidak dihiraukan, tetapi juga dituduh sebagai pendusta
Berulang kali Nabi Hud mencoba untuk berdakwah namun berkali-kali pula mereka menolaknya. Bahkan, mereka semakin berani hingga menentang beliau dengan azab yang pernah dikatakannya saat menyampaikan dakwah. Nabi Hud menyatakan bahwa Allah swt. akan murka kepada siapa saja yang menyekutukan-Nya.
Kaum ‘Aad menjadi bosan dengan seruan nabi hud. Mereka meminata agar Allah swt. menunjukkan azab yang sering beliau katakana. “baiklah jika demikian,” ujar nabi hud. Sesungguhnya, aku bersaksi kepada Allah swt. dan akan disaksikan olehmu sekalian bahwa kalian tidak akan dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun.
Nabi Hud terus berdakwah kepada kaumnya untuk segera memohon ampun dan bertobat. Namun kaum ‘Aad tidak mau mengikutinya. Allah memerintahkan, supaya Nabi Hud meninggalkan daerah Al Ahqaf tersebut bersama beberapa para pengikutnya. Allah swt. akan segera mendatangkan azab-Nya bagi kaum ‘Aad.
Pada suatu ketika, wilayah kaum ‘Aad dilanda kemarau berkepanjangan. Selama beberapa tahun, hujan tidak turun, mengakibatkan kekeringan dan kelaparan di mana-mana.
Daerah Al Ahqaf dilanda kemarau panjang yang sangat lama, sehingga banyak hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang mati akibat kekurangan air.
Sekeras apa pun Nabi Hud member peringatan, kaum ‘Aad tetap saja berpegang teguh menyembah patung berhala. Kemudian langit menjadi gelap dan sayup-sayup terdengar angin bertiup kencang. Udara terasa dingin, “lihat, azab itu ternyata berupa akan turunnya hujan.” Kaum ‘Aad begitu senang menyambut hujan yang mereka kira akan segera turun itu karena dapat membasahi kembali tanah dan lahan mereka yang selama ini kekeringan.
Hujan itu ternyata tak kunjung datang. Justru angin yang dari awal bertiup menjadi semakin kencang hingga tujuh hari lamanya. Angin kencang itu menghancurkan segala sesuatu di wilayah Al Ahqaf termasuk para kaum’Aad.
Bencana angin kencang tersebut berlangsung selama tujuh malam delpan hari dan mengakibatkan seluruh kaum ‘Aad yang berada di wilayah Al Ahqaf binasa. Mereka mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang telah kosong (lapuk). (Al Haqqah 69 ayat 7).
Nabi Hud dan para pengikutnya yang selalu taat beribadah dan menjalankan perintah Allah semasa hidupnya terselamatkan. Setelah mendapat wahyu Allah swt. untuk segera menyingkir dari Al Ahqaf, Nabi Hud bermukim di daerah Hadramaut. Beliau hidup tenang dan damai di sana bersama para pengikutnya itu hingga wafat pada usia 472 tahun.
Pesan moral dari Cerita Anak Islami : Kisah Nabi Hud adalah kesombongan yang diperlihatkan kaum Aad membawa mereka pada azab Tuhan. Oleh karena itu jauhilah sifat sombong.