Anak diusia dibawah 15 tahun pada umumnya suka sekali dengan Cerita Anak Bergambar. Pada posting kali ini Kakak akan bercerita tentang seorang gadis yang bernama Inkelu. Cerita ini merupakan cerita rakyat Maluku yang kami buat menjadi Dongeng Anak Anak Bergambar. Semoga adik-adik suka dengan cerita kami kali ini. Selamat membaca.
Cerita Anak Bergambar Kehamilan Inkelu (Cerita Rakyat Maluku)
Inkelu adalah gadis yang sangat cantik. Ia dan kakak laki-lakinya Tameru, merupakan anak pasangan bangsawan dari Desa Adodo.
Desa Adodo terletak di Pulau Fordata, Provinsi Maluku. Menurut kebiasaan turun-temurun di desa itu, seorang gadis tidak boleh keluar rumah sampai ia dewasa.
Inkelu pun demikian, orangtuanya menjaganya dengan ketat. Banyak pemuda yang penasaran ingin melihat wajah cantiknya, namun belum pernah ada yang berhasil melihat Inkelu
Hari ini Inkelu merayakan ulang tahunnya yang ke-15. Ia merasa sudah dewasa. Ia ingin sekali melihat dunia luar. Jadi, ketika ayahnya mengucapkan selamat ulang tahun, Inkelu memohon,
“Ayah, aku ingin sekali melihat dunia luar. Bukankah aku sudah cukup besar? Tak usah jauh-jauh, aku hanya ingin berjalan-jalan di pantai.”
Ibunya memotong ucapan Inkelu, “Tidak Nak, tunggulah sampai usiamu 17 tahun. Kau belum cukup dewasa.”
Ayahnya diam mendengar perkataan istri dan anaknya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia mengizinkan Inkelu melangkah keluar rumah. Dengan syarat, ia harus ditemani pelayan.
“Terima kasih, Ayah. Jangan khawatir, aku bisa menjaga diri dengan balk,” jawab Inkelu dengan senang.
Keesokan harinya, Inkelu menghirup udara luar bersama beberapa pelayannya. Mereka membawa beberapa keranjang bambu.
“Aku akan menangkap kepiting dan kerang, Ayah,” kata Inkelu riang. Ayah dan ibu Inkelu hanya tersenyum dan berdoa agar hal buruk tidak menimpa putrinya.
Inkelu sangat gembira. Seumur-umur, baru kali ini ia melihat pantai. Ia berlari ke sana-kemari, menangkap kerang dan kepiting sebagai oleh-oleh untuk orangtuanya. Lama kelamaan, Inkelu merasa bosan. Ia ingin berjalan ke arah barat untuk melihat-lihat apakah ada benda lain yang bisa ia pungut.
Ia berkata pada pelayannya, “Aku akan berjalan ke arah barat. Kalian pergi saja ke arah timur. Jangan ikuti aku, aku ingin sendirian. Nanti kita bertemu lagi di tempat ini.”
Para pelayan saling memandang. Mereka khawatir Inkelu tersesat, namun Inkelu berusaha meyakinkan mereka bahwa ia akan baik-baik saja.
Inkelu menyusuri pantai ke arah barat. Sambil berjalan, ia memunguti kulit-kulit kerang. Tak terasa, ia sudah berjalan jauh, sampai ia merasa lelah. Inkelu mencari tempat untuk beristirahat.
“Ah, itu dia. Batu datar itu sepertinya nyaman untuk diduduki,” gumamnya ketika melihat sebongkah batu datar yang terletak hampir di tengah laut.
Inkelu membaringkan diri di batu itu. Saat kantuk mulai menyerang, tiba-tiba ia dikejutkan oleh kehadiran seorang pria tampan. Inkelu menjadi salah tingkah, selain ayah dan kakaknya, ia tak pernah bicara dengan pria mana pun.
Inkelu dan pria itu berkenalan. Meskipun sangat singkat, perkenalan itu cukup berkesan bagi Inkelu. Ketika Inkelu ingin berbincang lebih jauh dengan pria itu, tiba-tiba saja pria itu menghilang. Inkelu benar-benar bingung.
Hari sudah menjelang sore ketika Inkelu berkumpul dengan para pelayannya. Saat ia kembali, ayah dan ibunya senang melihat Inkelu kembali dengan selamat. Namun ada yang aneh. Inkelu mendadak menjadi pendiam, dan semakin lama perutnya semakin membesar. Inkelu hamil!
Seluruh desa gempar. Siapa yang menghamili Inkelu? Meski sudah didesak oleh banyak orang, Inkelu tak pernah mengaku siapa ayah bayi yang dikandungnya.
Sembilan bulan berlalu, Inkelu pun melahirkan. Sekali lagi penduduk Desa Adodo gempar. Bayi yang dilahirkan Inkelu bukanlah bayi manusia, melainkan seekor anak hiu berwarna putih. Sekarang, tahulah orangtua Inkelu dan penduduk desa Iainnya siapa ayah bayi itu.
“Pemuda itu adalah makhluk gaib jelmaan ikan hiu. Kau telah dipilihnya menjadi ibu dari anaknya,” kata salah seorang tetua desa.
Oleh penduduk desa, bayi hiu itu dibawa ke tempat di mana Inkelu bertemu dengan pemuda gaib itu. Ketika dilepaskan, bayi hiu itu langsung berenang dengan cepat, sungguh ajaib. Inkelu dan orangtuanya merasa sangat lega. Meskipun harus berpisah dengan anaknya, Inkelu tak keberatan. Baginya, yang penting bayi hiu itu bisa kembali ke kehidupannya di pantai.
Pada malam harinya, Tameru, kakak Inkelu bermimpi. Ia bermimpi bayi hiu itu mendatanginya dan berkata, “Paman Tameru, datanglah ke sini pada hari ulang tahunku. Bawalah sepiring nasi putih dan sebutir kuning telur rebus. Taburkan nasi itu di tempat ini sambil memanggilku. Oh iya, Paman harus datang sendiri. Jangan bawa wanita, apalagi wanita hamil.”
Tameru terbangun dengan diliputi perasaan bingung. Tapi ia bertekad untuk melaksanakan permintaaan keponakannya itu.
Setahun kemudian, Tameru pergi ke pantai untuk melaksanakan janjinya. Di dekat batu datar itu ia menaburkan nasi sambil berseru memanggil keponakannya. Malam harinya, Tameru bermimpi lagi. Dalam mimpinya bayi hiu itu sudah besar. Ikan hiu itu mengucapkan terima kasih karena Tameru telah mengabulkan permintaannya.
Pesan moral dari Cerita Anak Bergambar Kehamilan Inkelu (Cerita Rakyat Maluku) untukmu adalah Sebagai anak yang baik, kita harus mendengarkan nasihat orangtua. Mereka tahu apa yang terbaik bagi anak-anaknya.
untuk cerita seru bergambar lainnya adik-adik bisa lihat posting kami sebelumnya yaitu Kumpulan Dongeng Anak Bergambar dan Kumpulan Cerita Dongeng Anak Anak