Salah satu rutinitas yang perlu dilakukan untuk membangun kedekatan hubungan antara ibu, ayah dan anak adalah dengan membacakan buku cerita. Ada begitu banyak cerita anak yang bisa dibacakan untuk si kecil salah satunya cerita anak anjing dan kucing yang bermusuhan.
Seperti apa ceritanya? Bagaimana awal mula permusuhan yang terjadi antara kucing dan anjing tersebut? Di sini kita akan menceritakannya.
Eits, ingat cerita ini adalah cerita fabel yang memang dibuat seolah – olah tokoh – tokohnya yang merupakan binatang dapat berbicara satu sama lain dan berperilaku seperti manusia. Jadi kalau di dunia nyata binatang tersebut tidak dapat melakukan semua yang diceritakan kali ini, ya memang karena seperti itu faktanya. Tanpa berlama – lama, simak ceritanya ya!
Cerita Anak Anjing dan Kucing yang Bermusuhan
Di sebuah desa ada seorang penjahit baju yang memiliki dua ekor hewan peliharaan yaitu seekor anjing dan seekor kucing. Kedua hewan peliharaan sang penjahit ini sangatlah cantik. Setiap orang yang datang dan melihatnya pasti memuji mereka.
Anjingnya memiliki bulu yang lebat dan halus, sementara kucingnya memiliki wajah yang sangat menggemaskan. Keduanya saling menyayangi seperti layaknya saudara.
Jika sang pemilik yang berprofesi sebagai penjahit itu mendapat upah dari hasil kerjanya menjahit, anjing dan kucing keduanya sama – sama mendapat jatah makanan enak. Anjing diberi bagian tulang yang besar sementara kucing mendapat bagian berupa ikan. Makanan itu memang merupakan makanan favorit keduanya sehingga mereka menerima makanan tersebut dengan sangat senang.
Suatu hari si penjahit menderita sakit. Ia hanya bisa terbaring lemah di atas pembaringan. Semua pesanan yang sudah masuk bahkan terabaikan. Sementara di lain sisi, pekerjaan rumah pun sama terabaikannya.
Saat itu penjahit meminta anjing dan kucingnya untuk membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah yang tak dapat diselesaikannya sendiri. Mereka diminta mengambilkan segelas susu, mengambilkan obat, menyiapkan makanan dan melakukan berbagai pekerjaan mudah lainnya.
Suatu hari, kucing tersebut merasa malas dan bahkan merasa keberatan ketika ia selalu dimintai penjahit melakukan suatu pekerjaan. Ia juga berpikir penjahit tersebut kini sudah tak lagi bisa memberinya makan. Kucing pun berpikir untuk tak akan lagi membantu penjahit tersebut.
Sementara anjing memiliki pemikiran yang berbeda. Anjing berpikir bahwa selama ini penjahit sudah merawatnya dengan sangat baik dari ia kecil dan selalu memberinya makanan enak setiap hari. Kini ketika penjahit sedang membutuhkannya, anjing tak akan meninggalkannya dan ingin membantu semampunya.
Di sisi lain kondisi penjahit pun semakin lama semakin memburuk. Anjing merasa sangat sedih melihatnya, sesekali ia menjilat kaki tuannya yang terbaring lemah tersebut. Anjing mengingat masa – masa dahulu ketika penjahit selalu memperlakukannya dengan baik.
Namun setiap kali anjing menjilat kaki tuannya, sebanyak itu pula ia merasa kecewa karena tuannya itu memang sudah tak lagi dapat bergerak. Penjahit meninggal dunia.
Anjing sangat sedih, ia kehilangan arah. Seringkali ia hanya bisa duduk termenung di sisi mesin jahit yang sudah tak lagi di gunakan itu.
Anjing tersebut bahkan sudah berhari – hari lamanya tidak makan. Sesekali ia mendatangi kamar dan berharap ada tuannya di sana, menyambutnya, memeluknya dan bermain dengannya seperti dahulu. Tapi semua itu hanyalah angan yang tak akan pernah menjadi kenyataan.
Sementara ketika waktu makan tiba, anjing dan kucing suka memperebutkan makanan karena kini sudah tak ada lagi orang yang membagikan makanan untuk mereka. Selain suka berebut makanan, kucing juga kesal karena anjing selalu meratap dan merenungi kepergian tuan mereka. Saat itulah cerita anak anjing dan kucing yang bermusuhan dimulai.
Kucing yang malas dengan ratapan anjing pun berniat untuk mengusir temannya itu. Suatu hari, kucing mencuri makanan tikus. Ia mengenakan mantel bulu yang sangat mirip dengan bulu anjing. Tikus pun mengira bahwa anjing yang melakukannya.
Tikus yang kesal karena makanannya dicuri dan mengira bahwa pencuri itu adalah anjing bersama dengan si kucing mengusir anjing tersebut.
Sementara anjing sebenarnya tahu siapa yang memfitnahnya. Anjing pun berkata kepada kucing, “Ini adalah pertemuan kita yang terakhir. Aku berjanji anak cucuku nanti tidak akan pernah ada yang bisa tinggal serumah dengan anak cucumu.”
Meski mendapat perkataan seperti itu, si kucing tidak merasa bersalah. Setelah itu, ia tinggal di rumah tuannya dengan bahagia karena merasa tak ada lagi yang mengganggunya.
Namun ternyata semua perasaan bahagia kucing itu hanya terjadi sebentar saja. Setelahnya, tikus dan gerombolannya mengusir kucing dengan cara yang sama. Seekor tikus mengenakan mantel bulu yang mirip dengan kucing dan mencuri makanan tikus yang lain sehingga tikus lain pun mengira yang melakukannya adalah kucing.
Meski kucing tersebut menyangkal, namun ia tidak bisa melawan begitu banyak tikus yang mengusirnya. Ia pun pergi dari rumah itu dan hidup sebatang kara. Ia hidup di jalanan tanpa ada siapapun yang bisa dimintai bantuan.
Pesan moral
Apa yang kita perbuat, itulah yang akan kita tuai di kemudian hari. Jika kita merencanakan suatu keburukan untuk orang lain, keburukan yang sama juga akan terjadi pada diri kita jadi berbaiklah dengan makhluk atau manusia lain jika ingin kebaikan datang ke arah kita.
Ingin membaca cerita anak lainnya? Baca : 7+ Cerita Anak Terbaik Dunia Untuk Mendidik Anak
Itulah sedikit informasi yang kami dapat bagikan kali ini terkait cerita anak anjing dan kucing yang bermusuhan. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut ya!