Karena kami tidak mengetahui asal muasal dari dua fabel yang akan kami ceritakan, kami memasukannya kedalam kategori cerita rakyat dari Jawa. Dua fabel anak ini sangat seru dan menarik untuk dibaca. Kami yakin andapun akan memiliki pendapat yang sama.
Cerita Rakyat Dari Jawa : Kejujuran Pengemis Tua
Pengemis tua berjalan menyusuri jalan. Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah benda. Ya! Ada sebuah tas kulit tergeletak di pinggir jalan. Pengemis itu membuka tas tersebut. Betapa terkejutnya ia, sebab rupanya tas itu berisi uang yang sangat banyak, yakni seratus dinar.
“Aku harus mengembalikan tas ini kepada pemiliknya. Kasihan sekali pemilik tas ini. Ia pasti membutuhkan uang ini,” ucap pengemis tua.
Pengemis tua pun melewati pasar. Di sana ada seorang lelaki yang terlihat kaya sedang memberikan pengumuman terkait tasnya yang hilang. Lelaki kaya itu berjanji akan memberikan hadiah yang besar kepada siapa saja yang menemukan tas miliknya. Rupanya tas yang dimaksud sangat mirip dengan tas yang ditemukan oleh si pengemis tua. Mendengar hal itu, pengemis tua sangat senang. Ia pun langsung menghampiri lelaki kaya tersebut.
“Apakah tas ini yang kau maksud? Aku menemukannya di ujung jalan tak jauh dari sini,” kata pengemis tua.
“Ya, benar sekali! Ini tasku.” ucap lelaki itu, girang. Ia segera memeriksa isi tasnya. Uangnya rupanya masih tetap utuh. Namun, ia memiliki niat licik kepada si pengemis.
“Ini memang tasku, tetapi kenapa uangku berkurang seratus dinar? Harusnya di tas ini ada uang dua ratus dinar.” seru si lelaki kaya, pura-pura marah.
“Sungguh aku tak mengambil sedikit pun uang di tas itu. Meskipun aku seorang pengemis, tapi pantang bagiku untuk mengambil milik orang lain,” ucap si pengemis. Namun, si lelaki kaya tetap mempermasalahkan hal itu dan kemudian membawa si pengemis ke pengadilan
Sesampainya di pengadilan, lelaki kaya pun menceritakan masalahnya. Hakim lalu berpikir sejenak.
“Baiklah, sekarang aku ingin bertanya,” ujar hakim kepada si lelaki kaya. “Kau bilang uang tasmu ada dua ratus dinar. Benar?”
“Ya, benar,” ucap si lelaki kaya, mantap. “Berarti tas ini bukan milikmu, sebab tas ini hanya berisi seratus dinar,” ucap hakim
Si lelaki kaya terperangah. Ia tidak mampu menyangkal pernyataan hakim, sebab bagaimanapun ia telah berbohong. Kemudian ia pun mengakui perbuatannya. Ia meminta maaf kepada hakim, lalu memberikan hadiah kepada si pengemis tua.
Pesan Moral Dari Cerita Rakyat Dari Jawa : Kejujuran Pengemis Tua adalah Sepandai apa pun menyembunyikan kebohongan, cepat atau lambat pasti akan terbongkar juga.
Dongeng Rakyat Dari Jawa : Kisah Kakak Beradik
Di salah satu desa di Korea, hiduplah dua bersaudara. Mereka hidup saling menyayangi. Sehari-hari kesibukan mereka adalah menanam padi. Tetapi, sejak si adik menikah, mereka pun pisah rumah, Si Kakak tinggal dengan istrinya, sementara si adik juga tinggal dengan istrinya di rumah lain, Sejak saat itu, mereka pun menggarap ladang milik masing-masing.
Suatu hari, panen padi si kakak sangat berlimpah. Ia berpikir untuk memberikan beberapa karung padi kepada sang adik. Tetapi, si kakak takut menyinggung perasaan adiknya. Lagi pula biasanya adiknya suka menolak pemberiannya.
Si kakak mencari ide untuk memberikan padi-padi itu kepada sang adik. Akhirnya, ia berhasil mendapat ide. Setiap malam secara diam-diam ia akan menaruh sekarung padi di lumbung milik adiknya.
Malam itu juga si kakak pergi ke lumbung padi milik sang adik dengan membawa sekarung padi. Ia menaruh karung padi tersebut di sana. Setelah itu ia segera kembali ke rumahnya dengan hati gembira. Ia senang karena sudah bisa memberikan padi itu kepada adiknya, meskipun tanpa sepengetahuan sang adik.
Malam berikutnya pun sama. Begitu seterusnya, Tetapi anehnya, karung padi milik sang kakak sama sekali tak berkurang, meskipun ia telah memberikan beberapa karung padi kepada adiknya.
Malam itu sang kakak pergi lagi ke lumbung padi milik sang adik dengan membawa sekarung padi. Belum jauh berjalan, ia melihat seseorang yang sedang memanggul sekarung padi juga. Orang itu mengendap-endap menuju lumbung padi si kakak. Olala… rupanya orang itu adalah sang adik, Ternyata selama ini apa yang dilakukan oleh sang kakak, dilakukan juga oleh sang adik. Ya, sang adik pun ingin memberikan sesuatu kepada kakaknya secara diam-diam.
Sang Kakak pun menghampiri adiknya. Lalu, mereka menceritakan apa yang selama ini mereka lakukan. Kakak-beradik itu pun tertawa terbahak-bahak setelah saling bercerita. Kejadian itu bisa terjadi karena mereka saling mengasihi. Keduanya ingin memberikan sesuatu yang berharga kepada kakak atau adiknya.
Pesan Moral Dari Cerita Anak Dari Jawa adalah sifat saling mengasihi itu adalah memberi tanpa mengharapkan sesuatu. Yuk, saling menyayangi sesama! Agar hidup menjadi lebih bahagia.
Temukan cerita rakyat Jawa Timur terbaik lainnya pada kategori cerita rakyat Nusantara